19) Izinin dong

320 67 9
                                    

Malam harinya Si Kembar dan Ezra datang ke rumah Sultan. Mereka duduk manis di ruang tamu menunggu Mama Shanika membawa Baby Kenzo ke sana.

"Lo bertiga kaya anak TK tau nggak," ucap Sultan sambil melirik mereka sekilas.

Ia sedang bermain game di ponselnya, takut karakter gamenya mati kalau lihat mereka lama-lama.

"ANJI-Uhuk uhuk!"

Hampir saja ia mengeluarkan kata-kata mutiaranya, tapi ketika matanya bertemu dengan mata Papa nya yang baru saja keluar dari ruang kerjanya, ia berpura-pura batuk. Dia tidak mau teman-temannya melihat tangan Papanya itu melayang ke mulutnya.

Ezra menahan tawa, "Pfft .. gue ga bisa bayangin kalau lo keceplosan."

"Mati gue bisa-bisa, ini Mama kenapa lama banget dah?"

"Sabaar, masih jalan Mama .. "

Mereka semua menoleh ke sumber suara, rupanya Mama Shanika dengan Kenzo. Ketiga kurcaci yang diam seperti anak TK mendadak sumringah melihat bayi yang sedang digendong oleh Mama Shanika.

"Halo kakak-kakak! Kenzonya baru selesai mandi nih, sudah wangi," ucap Mama Shanika menirukan suara anak kecil.

"Ululu gemesnya habis mandii, kamu aku bawa pulang mau nggak? Nanti sebagai gantinya Abangku yang tinggal disini," kata Roland yang membuat ia mendapatkan pukulan cinta dari Orland.

"Maksudnya gue dituker gitu sama Kenzo? Lo aja yang gue tuker gimana?" balas Orland dengan volume suaranya dikecilkan, takut membuat kebisingan.

"Males banget, mending elo jauh-jauh dari gue. Gue maunya sama Kenzo, iya nggak Kenzo?"

Entah kenapa Kenzo tiba-tiba menangis setelah Roland menyelesaikan kalimatnya. Roland tertegun, sedangkan Ezra, Orland, dan Sultan menahan untuk tidak tertawa.

"Adek kok nangis? Takut dibawa sama Kak Roland, ya?"

"Aduh Tan ... Kok Saya?"

Mama Shanika terkekeh, "Bercanda ... Maaf ya Kenzonya tante bawa masuk dulu, kalian lanjut ngobrol aja ya."

Keempat anak tersebut mengangguk, walaupun Roland kecewa ia hanya bisa bertemu Kenzo amat sangat sebentar tapi tidak apa-apa yang penting sudah bertemu.

"Jangan deket-deket anak kecil, pada sawan semua anak orang," ucap Ezra yang membuat Roland memgerucutkan bibirnya.

"Paan sih?!"

Roland menatap Ezra dengan tajam. Sedangkan Ezra menjulurkan lidah, dia senang mengejek Roland.

"Bener tuh, kasihan adek gue sampai nangis karena takut dibawa Om Roland."

"Jangan gitu lah ... Gua sedih, ntar kalau gue punya anak terus anak gue nangis kalau ada di deket gue gimana ya?"

Orland menempeleng kepala Roland, "Heh! Kerjain dulu tugas Ekonomi lo! Baru mikirin punya anak ..."

"Ngikut aja lo setan! Diem deh," balas Roland dengan tatapan tajamnya terhadap Orland.

"Lo pada berisik banget dah di rumah orang, kalian hari-hari di rumah kaya gini?" tanya Ezra.

"Oh ini ga seberapa, kadang kita bisa saling lempar barang. Pokoknya barang terdekat yang ada, gue lempar ke dia," jawab Roland dengan senyuman lebarnya sambil menunjuk Orland.

"Bener! Waktu itu gue sama Roland pernah dihukum tidur di loteng gara-gara mecahin guci di rumah."

Si Kembar tertawa lalu tos bersama. Sultan menggelengkan kepalanya lalu terkekeh heran. Belum ada 5 menit lalu mereka adu mulut tapi sekarang sudah tertawa bersama.

Don't Enter | SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang