5

368 66 15
                                    

Kanza menatap langit-langit kamarnya.

Entah mengapa jadi teringat cerita Raka beberapa hari yang lalu.

" Ini, alat bantu dengar khusus untuk hiperakusis atau orang-orang yang pendengarannya hipersitif " katanya sambil menunjukkan sepasang benda yang selalu berada di telinganya.

" Termasuk aku. Aku tidak tuli, mereka hanya berbuat gosip semata " lanjutnya.

" Kenapa tidak di bantah jika itu tidak benar? "

" Ku biarkan saja. Aku tidak suka mencari perkara. Terserah mereka ingin melakukan apa "

Kanza menggeleng pelan. Tidak habis pikir.

" Lalu suaramu? "

" Ibu bilang, dulu saat aku terlahir aku tidak mengeluarkan suara. Menangis tetapi senyap. Suaraku baru terdengar ketika aku pertama kali sadar bahwa aku bisa mendengar banyak suara hingga pita suaraku sakit dan ya.. Selama penyembuhan aku tidak boleh banyak bersuara hingga mungkin terbawa hingga saat ini "

" Raka pakai ini sejak kapan? "

" Aku tidak ingat pasti tapi sejak aku menangis sehisteris itu, ibu dan ayah membawaku ke rumah sakit. Sementara alat itu di proses, aku di minta tinggal dalam tempat yang kedap suara. Tempatnya memang membosankan, tapi menenangkan. Aku tidak mendengar suara-suara yang menganggu "

" Seberapa rinci yang bisa Raka dengar? "

" Deru nafasmu. Detak jantungmu. Bahkan angin yang berhembus dan gesekan rumput. Aku bisa dengar semuanya "

Kanza menatap Raka yang memandangi alat bantu dengarnya.

" Raka tidak marah?? "

" Marah tentang apa? "

" Satu sekolah mengataimu tuli dan bisu. Mereka membully mu. Kamu tidak marah? "

Di lihatnya Raka terkekeh. " Untuk apa? Marah tidak menghasilkan apapun "

" Tapi setidaknya emosimu tidak terendam sendirian! "

Kanza terkesiap saat Raka menutup kedua telinganya.

" M-maaf. Raka, aku minta maaf "

Kanza lupa bahwa Raka sedang melepas alatnya.

" Tidakpapa. Tidak masalah "

Kanza memeluk Raka. Mengelus surai kecoklatan itu dengan pelan.

" Raka mau tidak, setelah ini lebih banyak mengeluarkan suara?? Lebih banyak mengekspresikan emosi Raka sendiri pada sekitar?? Seperti pada ibu dan ayah dulu, lalu aku, lalu yang lain. Aku siap menerima semuanya "

Kanza melepas pelukannya. Membawa dagu Raka agar wajahnya menatap ke arahnya.

" Lagipula suara Raka bagus. Halus sekali. Aku suka. Jadi aku ingin lebih sering mendengarnya "

Raka kembali terkekeh.

" Aku tidak berjanji, tapi akan aku coba. Cuma buat Arkanza "

Pipi Kanza memerah.

" Kanza tau tidak? Aku fikir awalnya kamu hanya anak yang iseng menyatakan perasaannya kepadaku. Lagu lama. Aku di jadikan bahan taruhan. Begitu sudah aku terima atau aku dekati, mereka membuangku "

" Ckckck.. Aku punya first impression yang buruk ternyata "

Raka tertawa.

" Kanzaa aku belum selesai berbicaraa " Ia menarik lengan Kanza yang bersedekap dada agar kembali berhadapan dengannya.

R A K A !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang