10

317 58 9
                                    

hiii.. kayaknya ini sisa beberapa chapter lagi. Terimakasih yang udah mau mampir dan nungguin ㅠㅠ <3



.
.
.

Musim gugur kali membawa perasaan tersendiri untuknya.

Entahlah, atau mungkin hanya perasaannya saja.

" Eh eh.. Kamu kenapa sendirian disini?? Orang tua kamu mana?? "

Anak lelaki yang sedang duduk manis itu diam sesaat sebelum menjawab, " Ayah pelgi ke mini malket beyi plestel "

" Plester?? Kamu luka?? Habis jatuh?? Yang mana yang sakit??? "

Dan anak kecil itu langsung menunjuk ke arah lutut dan dagunya yang terluka.

" Oh astagaa.. Bagaimana bisa aku tidak sadar " ucapnya.

Ia dengan cepat mengeluarkan mini pouch berisi obat dan plester yang memang selalu ia bawa kemana-mana. Jaga-jaga saja bila ada yang terluka.

Ia bersihkan dulu luka yang ada disana sebelum menutupnya dengan plester yang ia bawa.

" Masih sakit tidak? "

Gelengan adalah jawaban dari anak itu.

" Baguslah.. Maaf ya, plester kakak sisa gambar kelinci yang lainnya sudah habis " ucapnya namun anak tersebut membalasnya dengan senyuman.

" Tidakpapa, kak.. Telimakasih "

Dengan gemas ia cubit kedua pipi berisi dan merona itu. Sungguh anak ini menggemaskan sekali.

" Kalau begitu kakak duduk disini ya? Kakak temani sampai ayah kamu datang "

" Otee! "

Dan canda gurau keduanya berhenti kala dirinya mendegar seseorang menyebut namanya.

" Kamu disini?? "

Dirinya diam.

Ia ingin lari namun tidak bisa.

" Kanza.."

" M-maaf aku tidak tau dia anakmu. Seharusnya aku tidak menganggu "

Baru saja ia akan melangkah, tangannya sudah di tahan lebih dahulu.

" Kanza, aku ingin bicara sebentar "

" Tidak. Kita tidak punya sesuatu yang harus dibicarakan "

" Ku mohon "

Kanza terus berusaha melepas genggaman tangan Raka yang malah semakin mengerat.

" Raka, tanganku sakit "

" Ku mohon dengarkan aku sebentar "

" Raka- "

Genggaman tangan Raka terlepas saat ada yang memukul tangannya.

" Ayah tidak boleh begitu sama kakak! Kakak baik, tadi dia temani Aljun disini nunggu ayah "

Kanza mengelus kepala anak yang bernama Arjun itu sambil mengucap terimakasih sebelum dirinya pergi dari sana.

.
.
.

Begitu tiba di rumah wajah Kanza langsung berengut. Ia kira rumahnya akan ramai.

" Nyonya lagi keluar sama mbak-mbaknya, tuan ya pasti kerja, den Kenzo mah ada di kantor tuan ngebantuin disana "

Saat ia akan naik ke lantai dua, suara pintu utama yang terbuka membuatnya urung dan beralih melihat siapa yang datang.

" Eh, Arkanza kah?? "

R A K A !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang