6

387 69 19
                                    

Hope u guys fine^^
Happy reading!







.
.
.

" Habis berkelahi? "

Kanza menatap horor Raka yang berada di samping pintu atap sekolah.

" Raka ngapain disini?! "

Bukannya menjawab Raka justru menarik tangan Kanza untuk turun.

Di bawanya menuju uks dan dengan cekatan mengobati beberapa luka lecet dan lebam di tubuh Kanza.

" Sekarang kenapa lagi? "

Kanza menghela nafas. Ia tau Raka pasti marah.

Ini bukan sekali dua kali dirinya ketahuan berkelahi oleh Raka.

" Mereka duluan yang nyari perkara. Aku diem aja waktu mereka nyuruh ini itu, aku baru bergerak waktu di lempar pakai sepatu. Mereka juga ngejelek-jelekin kamu. Aku gak suka! "

Dan itu alasan kesekian kali yang Raka dengar.

Sama saja seperti sebelum-sebelumnya.

" Kanza, aku kan sudah pernah bilang, tidak usah mengubris orang-orang yang berbicara buruk tentang kita. Mereka akan terkena batunya sendiri nanti "

" Aku tau tapi aku tetap tidak suka "

" Besok-besok jangan berkelahi lagi "

" Tidak janji "

Gantian Raka yang menghela nafas.

" Maaf "

" Raka, stop. Kamu ga salah ga usah minta maaf. Kamu kayak gitu cuman buat aku ngerasa bersalah tau gak? "

Raka mengangguk, lanjut mengobati luka Kanza.

" Oke, sudah. Ayo kembali "

" Ga mau "

" Mau bolos? "

" Hehe.. "

Kanza sudah bahagia Raka akan ikut membolos dengannya tapi sekarang jadi menyesal.

" Lebih baik disini. Sedikit lagi kita ujian "

Kanza berdecak " Tapi kenapa harus ke perpus sih.. Bosaaaan "

" Kanza, kamu beberapa bulan kemarin ga sadar kalau anak-anak makin ambis di kelas? Kamu tidak ingin mengejar mereka?? "

" Tidak. Aku tidak mau maksain diri "

" Tapi kamu ketinggalan beberapa materi "

Setelah di pikir-pikir benar juga.

Kelas Kanza yang lama di kenal dengan kelas yang paling berisik dan nakal berbeda jauh dengan kelas Raka yang lebih kalem tapi sangat ambis. Itulah mengapa ada perbedaan di beberapa materi pembelajaran.

" Oke, kamu bosnya. Ayo ajarin aku " dan Raka tersenyum mendengar ucapan Kanza.

Pada akhirnya jam terakhir pembelajaran mereka habiskan di perpustakaan sekolah. Membahas beberapa materi dengan banyak buku yang mengelilingi keduanya.

Untungnya tadi Kanza sudah meminta bantuan Varel untuk mengambilkan tasnya dan Raka juga menitipkan absen pada Fathur. Entah benar di titipkan atau tidak.

" Anak pintar. Kamu ini cepat belajar, cepat mengerti materi baru hanya ketutupan malasnya saja. Iya kan? "

Kanza mengindikkan bahu.

" Raka, tangan aku sakit.. " keluh Kanza sambil menunjukkan tangannya yang memerah bahkan ada bekas bulpen di jemarinya efek kelamaan menulis.

Iya, Raka menyuruh Kanza untuk merangkum materi yang di lewatkan Kanza.

R A K A !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang