"TALA," teriak seorang wanita cantik sembari berlari ke arah Tala yang sedang jongkok menatap laut biru muda sehabis menaruh tiga bucket bunga di tepi pantai. Sekarang jam menunjukan pukul empat sore.
Tala yang mendengar itu kemudian berdiri, membalikkan badannya menghadap sang pujaan hati dengan belah ranum yang mengukir senyuman tulus.
"Udah?" tanya wanita tadi yang kemudian menggandeng tangan Tala.
"Sudah kak, ayo cari makan dulu," jawab Tala mengusak surai wanita yang di sampingnya ini. Lembut sekali surai ini, pikir Tala.
"Ini udah yang ke enam kalinya ya?" wanita itu melepas gandengan tangannya dari Tala, lalu dia mendekat ke arah tiga bucket bunga yang Tala taruh tadi.
"Iya kak, kakak seharusnya gausah nyusul aku ke sini. Ntar kakak sedih lagi," balas Tala yang menatap kekasihnya dengan khawatir. Takut sang kekasih menangis seperti dulu.
"Nggak kok, lagian aku kangen Jani. Dan jangan panggil aku kakak, kita cuma beda dua tahun jadi panggil aku dengan nama aja Tala!" titah wanita tadi sambil mendengus pelan.
Tala hanya terkekeh geli melihat kekasihnya kesal seperti itu. Lucu sekali jika dilihat oleh Tala.
Setelah selesai dengan kegiatan mereka, keduanya beranjak pergi dari tepi pantai. Berjalan ke arah mobil Tala yang terparkir di pinggir trotoar, keduanya saling menautkan tangan.
Tala kemudian membuka pintu mobil seraya berucap, "silahkan masuk tuan putri." Itu membuat kekasihnya menahan senyum tetapi tidak bisa menahan semburat merah yang muncul di permukaan kedua pipi gembilnya.
Keduanya masuk ke dalam mobil, tidak lupa mereka memasang seatbelt untuk keselamatan diri. Segera Tala menyalakan mesin mobil lalu berkendara melewati ramainya hiruk pikuk di ibu kota.
"Tala, ga nyangka kejadian waktu itu udah sembilan tahun berlalu."
"Iya kak, eh maksudnya Maya."
Yang di panggil Maya hanya bisa terkekeh. Dari dulu Tala selalu memanggilnya kakak, padahal Maya sudah melarangnya.
"Jeano benar benar menepati janjinya untuk merubahmu kembali menjadi manusia," ucap Maya yang atensinya berada pada jalanan di luar kaca mobil.
"Aku juga tidak menyangka, ternyata profesor itu sangat berbakat membuat serumnya. Entah apa bahan yang di pakai olehnya."
Maya hanya mengangguk menyetujui ucapan Tala, kemudian keduanya sama sama diam. Membuat suasana di dalam mobil menjadi hening. Dengan Tala yang fokus menyetir lalu Maya yang sedang mengenang masa lalu.
Tadi mereka habis ke pantai untuk mengenang para sahabatnya Tala, hanya menaruh tiga bucket bunga untuk Jani, Lovi, dan Gio.
Gio sudah lama di kremasi. Sedangkan untuk Lovi dan Jani, entah kemana jasad mereka berada. Lautan menjadi tempat terakhir kedua wanita itu.
Tala mengelus lembut kepala Maya.
"Jani pasti sudah tenang di alam lain. Dia juga pasti tidak akan suka melihat tante tersayangnya bersedih lagi," kata Tala lembut sembari menarik tubuh Maya ke dalam dekapannya.
Tangisan Maya pecah seketika di dekapan Tala. Tala hanya bisa mengelus punggung kekasihnya dengan lembut sembari fokus kejalanan.
"Keluarin aja, aku disini bakal jagain kamu. Dulu kamu yang jagain aku, sekarang biar gantian aku yang jagain kamu," gumam Tala yang masih terdengar oleh Maya, kemudian Tala mengecup puncak kepala Maya.
Maya yang kehabisan tenaga karena menangis kini tertidur pulas di pundak Tala. Tala menatap Maya dari kaca mobil, raut wajah Maya sangat menenangkan.
Tala jadi teringat kejadian dulu. Sembilan tahun yang lalu Maya lah yang selalu menemani dirinya setelah kejadian tidak mengenakkan itu. Menyemangati Tala, memperhatikan Tala serta mendukung Tala. Mengatakan bahwa semuanya akan baik baik saja.
•••
Berawal dari Maya merasa tidak enak dengan Tala karena sudah memintanya mencari Jani di laut, lambat laun rasa itu berubah sepenuhnya. Keduanya sama sama merasa nyaman dan memutuskan untuk membangun sebuah hubungan.
Waktu itu, selama Tala dan Ana masih menjadi Manusia Siren, mereka di rawat oleh keluarga Jani sampai serum pengembali jadi. Untuk Dias dan para bawahannya mereka di masukkan ke jeruji besi seumur hidup mereka.
Tala memberhentikan mobilnya di depan apartemen tempat Maya tinggal, niat ingin membangunkan Maya karena sudah sampai tapi yang di lakukan nya hanya mengelus pipi Maya.
"Menenangkan, cantik," gumam Tala pelan dikala tangannya mengusap pipi gembil Maya.
Tala tersenyum tipis, dia mengecup kening Maya. Mendekatkan muka ke daun telinga Maya, Tala membisikkan sesuatu.
"Kebo cantik, bangun. Udah sampai nih."
Merasa tidur nya di ganggu, Maya membuka kelopak matanya. Netra nya langsung bertemu dengan punya Tala.
"Udah tidurnya, cantik?" tanya Tala dengan nada lembut kemudian mengacak-acak rambut Maya.
Akhirnya keduanya sama-sama turun dari mobil. Tala tidak ada niat untuk mampir, dia hanya ingin mengantar Maya selamat sampai kedepan pintu kamarnya.
Memeluk pinggang Maya posesif, mereka masuk ke dalam apartemen. Sesampainya di depan kamar Maya, keduanya saling menatap satu sama lain. Hingga saat yang berambut panjang menunduk karena tidak kuat lama lama melakukan eye contact dengan yang berambut pendek.
"Sana pulang," usir Maya dengan nada pelan.
Tala menarik dagu Maya, kembali membuat eye contact dengannya. Mengkikis jarak di antara keduanya, Maya merasakan napas Tala menerpa wajahnya.
Maya reflek menutup kedua kelopak matanya, membuat Tala menahan senyum geli. Dan,
Cup cup!
Dua kecupan mendarat di masing masing kelopak mata Maya.
"Ngapain merem? Kamu mikir apa hm?" Tanya Tala dengan nada mengejek. Dia sangat suka menjahili Maya.
Segera Maya membuka kelopaknya, merasa malu karena dia pikir Tala akan- ah lupakan.
"Sekarang baru jam enam kurang, nanti malam jangan kemana mana. Ingat, besok mau ke butik buat nyari gaun sama mama," kata Tala sambil memundurkan badannya sedikit.
"Kamu ikut kan?" cicit Maya.
"Tentu saja, masa aku mau biarin calon istri ku berkeliaran tanpa aku. Ya walaupun sama mama tetep aja, lagian kan ke butik juga buat kita."
Maya hanya mengangguk angguk senang, puas sekali dengan jawaban Tala. Tidak, maksudnya calon suaminya.
•••
END
Kali ini beneran tamat. Makasih yang udah mau mampir ke book ini. Nanti saya bakalan buat cerita baru lagi, ditunggu!See u👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Sea [End]
Fantasy⌜Mengukir senja di langit sore nan asri. Desiran⌝ ombak bercampur pasir terdengar seperti melambai lambai meminta di hampiri. Dapat ku dengar sesuatu berbisik nama ini. Teruntuk langit dan laut, ku titip kan frasa kata bahwa ⌞aku mer...