Menoleh kearah kanan, Gio mendapati dirinya sedang di tatap oleh orang di sebelah aquariumnya. Tunggu, apakah pantas di sebut orang? Tidak, siren.
Siren itu menatap Gio dengan seksama. Gio heran, apakah ada yang salah dari dirinya? Oh tentu Gio, banyak.
"Apakah kau cacat?" Suara perempuan tiba-tiba muncul di kepala Gio. Gio terkejut, menatap ke atas lalu menoleh-nolehkan kepala mencari sumber suara itu. Dia yakin barusan ada yang sedang berbicara kepadanya. Namun lewat telepati.
"Hei ini aku yang sedang berbicara, menoleh lah ke arah kanan," lagi-lagi dia mendengar suara yang sama.
Gio menoleh kembali ke arah kanan sesuai dengan apa yang di katakan suara iti. Gio dapati siren tadi masih sama posisinya, menatap Gio dengan seksama.
"Gua sepertinya sudah gila karena manusia manusia tadi. Buktinya gua mendengar seseorang berbicara dengan gua tapi lewat telepati," batin Gio.
"Kau tidak gila. Kita memang sedang bertelepati. Itulah yang siren buatan lakukan ketika mereka ingin berbicara ke sesama lainnya," balas siren itu.
Gio terkejut, dirinya tidak percaya. Keren sekali gua bisa bertelepati. Batinnya lagi.
"Namaku Rana, nasib kita ternyata sama ya. Menjadi bahan eksperimen lalu cacat dan sedang menunggu untuk di musnahkan atau di tolong," ucap siren tadi yang bernama Rana. Tidak dipungkiri, hati Gio tersayat melihat senyum kecut di bibir Rana walaupun jika dilihat oleh mata telanjang manusia akan terlihat menyeramkan.
"Nama gua Gio dan apa maksudnya di musnahkan?" tanya Gio. Dia ingin sekali merapat kan dirinya ke aquarium tempat dimana Rana di letakan. Balik ke fakta bahwa paraplegia menghalanginya.
"Maksudnya di buang ke dasar laut. Sepertinya kamu baru ya. Dan apa yang membuatmu masuk ke ruangan sfarosje ini?"
"Gua mengalami paraplegia. Ekor gua sama sekali tidak bisa di gerakan. Kalau lu kenapa bisa disini?"
"Quadriplegia," ucap Rana dengan mata sendu. Gio yang melihat itu merasa kasihan dan juga merasa bersyukur walaupun dirinya mengalami kelumpuhan.
(Quadriplegia=kelumpuhan pada bagian atas dan bawah tubuh, yaitu tepatnya dari bagian leher hingga ke bawah.)
"Yang sabar ya Ran, gua yakin kita bisa keluar dari sini kok. Temen-temen gua pasti bisa temuin kita dan bawa kita keluar," kata Gio memberi semangat. Sebenarnya dirinya juga tak yakin dengan perkataan yang barusan keluar dari bilah bibirnya itu.
"Terima kasih Gio."
•••
Entah bagaimana keadaan Lovi dan Jani. Sekarang mari kita cek keadaan di penginapan.
Sudah hampir pukul 8 pagi. Tetapi para guru belum melihat keempat murid teladannya, iya teladan kecuali Gio, maaf.
"Raynor, kamu beneran tidak melihat Tala dkk?", tanya bu Ratna walas XII IPA 1 kepada Raynor yang sedang nyemil di dalam kamarnya.
"Saya beneran tidak tahu buk. Saya kemaren malem tidur awal kok," jawab Raynor dengan tegas. Bohong!
"Baiklah. Sekarang kamu pergi kumpul ke lapangan ikut berbaris disana. Cepat," perintah bu Ratna sembari menunjuk ke arah pintu.
Raynor segera bangkit dari duduknya lalu menyimpan camilannya di atas nakas. Segera dia berjalan ke arah lapangan dan ikut berbaris bersama anak lainnya.
"Bagaimana bu Ratna? Sudah tau dimana mereka?" ini suara pak Yoko, beliau guru kesiswaan. "Saya tadi bertanya ke Aya teman sekamarnya Lovi. Dia bilang kemaren menjelang malam Lovi, Gio, dan Jani pergi ke luar penginapan. Sedangkan Tala tidak tahu kemana," lanjutnya memberi penjelasan.
"Astaga anak-anak itu kemana. Yasudah pak, kita kumpul dulu di lapangan untuk memberi arahan kepada murid lainnya untuk membantu mencari keberadaan mereka," final bu Ratna. Lalu para guru dan murid berkumpul di lapangan.
"Tes-tes. Untuk para murid disini. Dikarenakan ada suatu kendala yang mengharuskan kita menunda acara perpisahan. Jadi, perpisahan resmi kita tunda sampai Nabastala Rahardian Aldari, Giovano Wicaksana, Senjani Hanasta Melonylan, dan Lovi Nandhani ditemukan," ucap pak Yoko yang sedang berdiri di mimbar sembari menatap para murid dengan seksama.
Suasana lapangan jadi ricuh. Para murid berbicara dan berbisik-bisik. Ada yang tidak terima dan ada yang merasa kasihan. Ada pula yang dengan terang-terangan mengatakan bahwa mereka kabur.
"Pak, kenapa di tunda? Biarin aja mereka. Palingan juga mereka cuma pergi sebentar. Ntar juga balik pak"," ucap salah satu murid dengan lantang.
"Iya pak benar."
"Tau tuh ribetin aja mereka. Nyusahin."
"Kasian ya mereka pergi gitu."
Dan beberapa cemooh dari murid lainnya.
"Stop. Kalian jangan banyak protes. Sekarang kalian ayo berpencar mencari mereka agar tidak kelamaan di tunda," kata pak Yoko menghentikan kericuhan. Para guru mengangguk menyetujui apa yang di katakan pak Yoko. Lalu mereka (pada guru dan murid) mulai berpencar untuk mencari Tala dkk.
Sebenarnya tidak semua mencari. Buktinya sekarang ada beberapa siswa dan siswi yang malah mangkal di cafe yang jauh dari penginapan. Katanya si sengaja jauh biar ga ketahuan guru.
"Menurut kalian Tala dkk itu beneran hilang apa engga?" tanya salah satu siswi sembari menyeruput es green tea nya.
"Mungkin aja, soalnya semalem juga gua liat mereka keluar penginapan. Tanpa Tala, terus gua juga ga liat mereka balik," jawab siswi yang lainnya.
"Enggalah, palingan mereka kabur karna ga betah. Atau mungkin mereka lagi nginep di hotel lain kali. Biasalah anak muda," saut siswa yang sedang bermain game di handphonenya.
"Lu kalau ngomong, suka bener," celetuk siswa lainnya. "Mending kita disini aja ngadem sembari ngopi ngopi yakan," lanjutnya. Lalu mereka mengobrol seakan akan tidak peduli dengan teman temannya yang hilang.
•••
TBC
Jangan lupa vote dan komen❤
Selasa, 3 Mei 2022. 18:41
KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Sea [End]
Fantasi⌜Mengukir senja di langit sore nan asri. Desiran⌝ ombak bercampur pasir terdengar seperti melambai lambai meminta di hampiri. Dapat ku dengar sesuatu berbisik nama ini. Teruntuk langit dan laut, ku titip kan frasa kata bahwa ⌞aku mer...