Lampiran Keduabelas

73 55 3
                                    

Maya mengacak-acak rambutnya kasar. Sejak kejadian kegep tadi kini dia tengah duduk di kasurnya. Untungnya saja tadi Maya hanya ketahuan oleh vertes saja, dan dia bebas dengan alibi ingin mengecek ruangan itu karena dia tidak tahu itu ruangan apa.

Clekk...

Pintu kabinnya terbuka, menampakkan sosok vertes lainnya. Ternyata Maya diminta pergi ke ruang makan untuk membersihkan ruangan itu dan mencuci piring nya. Kata nya tadi ada acara makan malam.

Maya melirik jam tangannya, sekarang pukul 19:54. Dia segera bangun untuk menuju ruang makan kapal dan menyapu ruangan tersebut.

Banyak para profesor serta bawahannya yang masih duduk sekedar untuk berbincang-bincang entah membicarakan apa.

"Pukul 3 dini hari nanti perkiraannya kita sudah sampai di tempat tujuan untuk melakukan sfarosje pada siren cacat."

Mendengar perbincangan itu, Maya mendekatkan dirinya perlahan ke arah dua orang tersebut sambil menyapu.

"Yaahh, itu kalau perkiraan cuaca tepat bahwa hari ini sampai besok cerah. Kalau tiba-tiba ada badai bakalan tambah lama," balas yang satunya sambil menyenderkan diri di sofa.

Maya meremat gagang sapunya dengan kencang. Dia tidak rela kalau sampai ponakan nya di buang di lautan lepas. Dia berdiri di depan mereka. Mereka sontak menatap Maya seakan bilang 'ada apa?'

"Permisi, saya mau ambil gelas kopi ini," kata Maya sembari tersenyum lalu mengangkat nampan berisi dua gelas kopi itu. Segera Maya membungkuk sebentar lalu membawa nampan serta sapu keluar dari ruang makan.

Setelah menaruh nampan di tempat pencuci piring dan menaruh sapu di tempatnya, Maya kembali ke dek 1 menuju tempat pintu hitam tadi. Belum sampai di depan pintu, Maya bersembunyi di balik tembok dekat tangga. Dia bersembunyi karena melihat penjaga keluar dari pintu hitam itu lalu menuju ke arahnya.

Penjaga itu semakin mendekat, Maya menahan nafasnya di kala dia mendengar suara langkah kaki.

"Kamu ngap-." Sebelum penjaga itu selesai berbicara, Maya segera memukul leher bagian belakangnya dengan sekuat tenaga. Dan hasilnya adalah orang itu pingsan. Beruntung Maya pernah mengikuti perguruan silat dua tahun lalu, jadi tenaganya lumayan kuat untuk seukuran perempuan.

Mengambil kunci dari kantong penjaga, kemudian Maya menarik penjaga itu ke kabin kosong lalu menutup pintu itu rapat-rapat.

"Haaah, berat juga. Dasar babon," gumam Maya. Dia melanjutkan langkahnya yang tertunda. Melihat kunci pintu dengan senyuman manis.

Segera Maya membuka pintu hitam menggunakan kunci tersebut. Lorong lagi.

Maya masuk ke dalam ruangan. Di ruangan ini suasananya sangat mencengkam. Mungkin karena seluruh tembok bercat hitam serta pintunya, dan lagi pencahayaan disini tidak seterang di luar sana.

Sebenarnya ruangan ini tidak jauh beda dengan di luar. Hanya bedanya disini pintu kabin nya bertulis S1, S2, S3 dan seterusnya.

Maya meraba pintu S1, ternyata di pintu nya juga ada jendela kecil berbentuk persegi panjang. Jadi kita bisa melihat apa isi di dalam kabin ini.

Maya mengintip lewat jendela itu, yang dilihatnya hanya sebuah aquarium berisi siren di dalamnya. Dia sudah menduga ini, jadi dia tidak kaget lagi.

Tujuan Maya kesini sebenarnya ingin menyelamatkan ponakannya serta para temannya. Dia kemudian menjelajahi para kabin berharap menemukan ponakannya.

Tepat di kabin S17, akhirnya Maya menemukan tujuannya. Hatinya tersayat melihat ponakan yang sangat dia sayangi sedang terkapar di dalam aquarium. Hingga tanpa sadar air matanya keluar membasahi pipinya.

Under The Sea [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang