Lampiran Keempatbelas

64 42 6
                                    

Flashback on.

13 juni, 2010.

Wanita dengan bulu mata lentik serta kulit wajah yang bersih nan putih kini tengah memperhatikan suaminya yang sedang melakukan eksperimen pencampuran DNA duyung dengan DNA bayi hiu kecil yang mereka temukan di pinggir pantai kemarin lusa.

Sang empu pemilik bulu mata lentik kemudian memberi atensinya ke manik mata sang suami dengan tatapan tidak yakin.

"Pa, papa serius mau lakuin ini?" tanya Ana kepada Dias, suaminya.

"Iya ma, siapa tau kalau kita campurin DNA mereka lalu di suntikan ke orang bisa membuat mereka jadi duyung seperti Ningla," jawab Dias dengan pandangan yang masih terfokus dengan tabung reaksi serta pipet tetes yang berada di tangannya.

Ningla adalah makhluk mitologi yang dikatakan tidak pernah ada keberadaannya, namun sebab kejadian satu bulan yang lalu membuat Dias dan Ana sangat bangga karena dapat bertemu dengannya.

Orang tua Tala hampir meregang nyawa karena kecelakaan kapal sebulan lalu. Tetapi ternyata mereka terselamatkan, entah karena apa namun ketika mereka membuka mata mereka berada di atas pasir putih dengan matahari yang menerpa wajah mereka. Kalian tau? Ningla lah yang menyelamatkan mereka.

"Tapi pa, kalau Tala tau kita lakuin ini bagaimana? Pasti dia kecewa," sarkas Ana dengan nada sedikit meninggi. Setelah sadar apa yang baru saja di lakukan nya, Ana segera mengatupkan belah ranumnya.

"Kau baru saja membentak suamimu Ana?" murka Dias menatap tajam Ana.

"M-maaf pa," cicit Ana. Menciut sudah nyali Ana di depan suaminya jikalau sudah seperti ini.

"Masuk kamar sekarang, tidak ada bantahan," titah Dias dengan nada dingin.

Setelah Ana masuk kamar, Dias segera membereskan peralatan sains nya. Kemudian menyusul Ana masuk kedalam kamar.

"Ana, bukankah kita sudah sepakat akan melakukan ini?" tanya Dias, lalu dia mendudukan diri di tepi ranjang samping Ana.

"Tapi Ningla kan sudah bantu kita juga pa." Memeluk sang suami, Ana menyenderkan pelipisnya ke pundak Dias.

"Papa tau. Tapi ini kesempatan besar ma. Kalau kita sudah punya banyak persediaan darah nya Ningla. Kita tidak akan mengambil darahnya lagi dan kita akan menjual dirinya. Kita sudah mendiskusikan ini bukan?" Jelas Dias sembari mengelus rambut istri kesayangannya dengan lembut.

Ana hanya menganggukan kepalanya, walau dari lubuk hati nya dia masih tidak tega dengan rencana suaminya. Namun sebagai istri yang baik, dia harus mengikuti kemauan suaminya bukan?

Berbulan bulan Dias melakukan percobaan serum sirenia nya dengan bantuan Ningla serta Ana. Ningla mencari bahan yang diperlukan di laut sedangkan Ana membantu suaminya dengan menjadi istri yang baik.

Hingga suatu ketika.

"Ma, mama," teriak Dias dari ruang kerjanya. Ana yang sedang berkutik dengan masakan di dapurnya hanya bisa menyaut tanpa menghampiri.

Mendapat sang istri tak kunjung menghampiri, Dias keluar dari ruang kerjanya menuju dapur. Senyum bangga tertoreh di belah ranum Dias, dengan bangga dia menggerak gerakkan tabung reaksi yang di genggamnya di depan sang istri.

"Papa berhasil!" seru Dias kegirangangan.

Ana menoleh ke suaminya, memberi kata selamat sambil mengecup pipi Dias.

"Kita harus kasih tau Ningla," kata Ana. Dias hanya menganggukan kepalanya. Kemudian mereka bergegas pergi ke ruang bawah tanah meninggalkan kegiatan masak yang sedang dilakukan oleh Ana.

Under The Sea [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang