Lampiran Kedelapan

100 76 6
                                    

Ayana Nathalie, siswi yang merangkap jadi teman sekamarnya Lovi sekaligus wakil ketua kelas XII IPS 3 kini tengah mencari keberadaan teman sekamarnya dengan serius.

Aya melakukan hal yang sama seperti Tala sebelum dia terculik. Mencari sekitar penginapan, dan di supermarket terdekat. Dia melakukan hal yang tidak dilakukan Tala, yaitu masuk kedalam supermarket dan bertanya kepada seorang penjaga kasir.

Penjaga kasir bilang, dia melihat dua orang menculik mereka dengan mobil hitam. Entah di bawa kemana karena pihak supermarket tidak ingin terlibat lebih lanjut. Aya berdecak kesal. Astaga bisa bisanya pihak supermarket ini tidak melakukan tindakan untuk mencegah itu terjadi.

Aya berjalan gontai keluar supermarket. Dia tidak tahu harus mencari kemana lagi. Lalu dia pergi ke tempat bu Ratna berada.

"Buk, tidak bisakah kita melapor polisi sekarang?" tanya Aya dengan sopan.

"Tidak Aya. Kamu tahu kan jika belum 24 jam maka kasus tidak akan di tindak lanjutkan," jawab bu Ratna.

"Iya bu, tapi kan..."

"Sudah Aya, sekarang kamu lanjut cari bersama teman teman mu yang lain sana." Setelah bu Ratna mengucapkan itu, Aya mengangguk lalu meninggalkan bu Ratna sendirian di depan penginapan.

"Bu ratna." Tiba-tiba pak Yoko menepuk pundak bu Ratna.

"Iya pak, sepertinya memang sebaiknya kita tutupi kasus ini. Dan lebih baik pulang ke rumah. Perpisahan untuk tahun ini kita tunda dan akan kita laksanakan di sekolah saja, semoga orang tua dari anak yang hilang akan memakluminya dan dapat di ajak kerja sama untuk menutupi kasus."

•••

Siang ini tepat pukul 2, pintu sfarosje kembali terbuka, lagi-tagi membawa siren cacat untuk di taruh di aquarium dan menunggu untuk gilirannya dibuang.

Suara decitan pintu membangunkan Gio yang sedang terpejam. Atensinya lalu tertuju pada kedua siren perempuan dan satu siren laki laki yang di masukkan kedalam aquarium berlabel MS-021 sampai MS-023.

Gio menoleh ke arah Rana, ternyata Rana sedang terlelap. Gio mengurungkan niatnya untuk bertanya-tanya dan memilih diam tidak ingin mengganggu Rana.

Kembali menatap ke penghuni baru di sfarosje ini. Kedua perempuan itu mirip sekali dengan Jani dan Lovi. Tetapi di pipi nya tumbuh sisik seperti dirinya.

Beberapa menit kemudian, Gio terlihat marah. Itu bukan mirip tetapi memang Jani dan Lovi.

Setelah dilihatnya tidak ada orang yang berjaga. Gio mengepalkan tangan berselaputnya dengan kencang. Mencoba memecahkan kaca aquarium ini menggunakan kedua tangannya.

Tentu saja tidak semudah itu. Kaca aquarium ini sangat tebal. Apalagi kekuatan Gio yang melemah akibat kecacatan di tubuhnya. Akibatnya kedua tangannya mengeluarkan darah yang menyebabkan air di aquarium nya menjadi keruh. Tetapi dia tetap menonjok-nonjokan kepalan tangannya ke kaca aquarium.

Rana terbangun mendengar suara keras di sebelahnya. Dia terkejut melihat Gio membabi buta mencoba memecahkan kaca aquarium dengan kedua tangannya. Mustahil untuk memecahkannya hanya dengan tangan kosong. Kedua tangan Gio sudah terluka.

"Stop Gio, stop. Apa yang sedang kau lakukan hah? Itu melukaimu!" Kata Rana marah lewat telepati.

Gio tidak mengidahkan apa kata Rana. Dia hanya fokus untuk memecahkan kaca aquarium ini dan sesekali meraum dengan kencang.

Tentu saja kelakuan Gio mengundang tatapan aneh dari para siren cacat. Kecuali siren yang tuli.

"Tenang Gio. Redamkan rasa amarahmu. Itu melukaimu, Gio," Rana kembali bertelepati mencoba menenangkan Gio yang seperti hewan buas. Rana hanya bisa bertelepati dan mencoba menenangkan Gio, memangnya apa yang bisa dia lakukan lagi?

Setelah mendengar apa yang Rana katakan, Gio terdiam. Menatap kedua punggung tangannya yang terluka. Airnya keruh akibat darahnya, Gio tidak bisa melihat dengan jelas keadaan di luar aquarium.

"Rana. Airnya butek, gua gabisa liat lu," Gio membatin.

"Itu salahmu sendiri. Diamlah sebentar agar keruhnya membaik. Lagian apa yang kau perbuat dengan tanganmu itu? Mengapa kau melakukan itu?" tanya Rana khawatir.

"Gua liat temen-temen gua disini juga. Mereka dua perempuan yg baru dimasukkan tadi. Gua pengen nyelametin mereka Ran," jawab Gio dengan napas yang masih mengebu-ngebu.

"Tapi bagaimana caranya? Disini kita hanya bisa pasrah. Tidak mungkin dapat keluar dari neraka bumi ini"

Mendengar kalimat itu, Gio hanya bisa menghela napas pasrah. "Dasar manusia-manusia gila. Bagaimana bisa mereka melakukan ini kepada kita?" Umpat Gio yang masih berusaha memedam rasa amarahnya.

"Mereka haus akan uang dan harta. Tidak peduli pada sanak saudara mereka apalagi orang lain seperti kita," jelas Rana dengan alis mengkerut dan tatapan yang menajam, dia marah.

Gio membenarkan apa kata Rana barusan, dia sangat setuju dengan itu. Gio rasa manusia yang melakukan ini padanya sudah kerasukan oleh iblis, sampai-sampai tega melakukan ini pada kaumnya sendiri.

•••

TBC

Jangan lupa vote dan komen❤

Selasa, 3 Mei 2022. 18:56

Under The Sea [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang