tentang kita

17 6 0
                                    


Setelah mengatakan hal yang sulit dimengerti oleh kakak tertuanya di grub idol itu Namjoon terus terlihat gelisah. Entah apa yang sedang ia pikirkan, senjapun kembali menyembunyikan sinarnya berganti dengan pantulan sinar rembulan yang sedikit mengintip dari balik awan.

"Entah sudah berapa lama aku tidak menelponmu?..." Keluhnya pada diri sendiri.

Ya, semenjak meninggalkan desa 2 tahun yang lalu, pikirannya sedikit tersita oleh sahabat yang sangat ia sayangi walau sebenarnya dia juga belum mengerti entah perasaan khawatir yg selalu muncul itu apa masih dilandasi oleh alasan karena dia sahabatnya atau karena alasan lain.

Naya adalah seorang gadis yatim piatu yang tinggal dengan bibinya, satu-satunya keluarga yang masih tersisa. Dari kecil dia tidak mudah bergaul dengan teman sebayanya, sebenarnya itu terjadi karena dia memang selalu dikucilkan karena dia dari keluarga kurang mampu. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Namjoon, salah satu tetangganya yang baru pindah. Dari saat itulah mereka berteman hingga Namjoon harus meninggalkan desa itu karena cita-citanya untuk jauh lebih sukses lagi.

Sudah hampir 1 jam Namjoon melamun sambil memainkan ponselnya. Dia ingin menghubungi sahabatnya itu tapi ada perasaan ragu di benaknya karena rasa bersalahnya yang tak bisa menemui Naya tanpa memberikan alasan apapun sungguh belakangan ini jadwal grubnya sangat padat.

"Baiklah...sepertinya aku harus menelponnya sekarang." Putusnya seraya menggeser benda pipih itu untuk mencari nama Naya disalah satu kontaknya.

Lama terdengar nada sambung yang terhubung namun sudah 3X ia mencoba belum mendapatkan jawaban hingga akhirnya ia memutuskan untuk menjelaskannya nanti saat ada kesempatan lagi untuk pulang.

Namun sebelum beranjak dari tempatnya, Namjoon d kagetkan dengan notif pesan masuk pada ponselnya.

_From : Nayaa

"Apa kau baik-baik saja?"

_To : Nayaa

"Aku baik² saja...kau? Kenapa tidak menjawab telponku?"

_From : Nayaa

"Aku baik...maaf karena aku sedikit ada pekerjaan"

_To : Nayaa

"Apa kau sudah mendapatkan pekerjaan tetap?"

_From : Nayaa

"O oh, sudah. Bagaimana grubmu?"

Baru saja ia mau mengetikkan pesan balasan pada sahabatnya itu, namun jarinya terhenti saat manager memanggilnya untuk membicarakan jadwal sambil makan malam.

______________

Mata itu terus bergerak gelisah sesekali ia mengecek notif pada ponselnya namun helaan nafas kembali terdengar seolah-olah menjelaskan kekecewaan yang ia rasakan.

Baru saja hendak merebahkan tubuhnya kembali ia melangkah ke arah kamar mandi dengan tangan yang terus meremat ujung wastafel saat sakit yang belakangan ini mendera tubuhnya kembali melanda. Darah segar kembali menetes melalui hidungnya bahkan lebih banyak dari biasanya, dari kecil Nayaa memang sering mimisan namun entah kenapa 1 tahun belakangan ini kejadian itu terlalu sering terjadi dengan diiringi sakit dan nyeri yang ia rasakan disekujur tubuhnya. Setelah darah yang mengalir begitu derasnya terhenti Nayaapun membersihkannya karena ia tak ingin membuat bibi Jang khawatir.

Tidak ada yang mengetahui tentang semua keadaanya, bahkan ia berbohong pada Namjoon yang mengatakan bahwa ia sudah bekerja. Karena ia baru keluar dari kamar mandi saat Namjoon menelponnya tadi. Nayaa hanya tidak ingin menjadi beban siapapun termasuk Namjoon yang selalu ada disaat dia membutuhkannya. Namun kali ini ia lebih memilih untuk menahannya sendiri.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhku?" Isak tangis yang tertahan mulai terdengar. Entahlah, sejak mimisannya yang sering terjadi Nayaa menjadi sedikit ketakutan tentang apa yang sebenarnya ia alami.

_______________

Pagi itu, laki-laki dengan tubuh tegap itu berjalan tergesa-gesa seolah tak sabar ingin segera sampai pada tujuannya setelah ia berpamitan pada orang tuanya untuk menemui sahabatnya. Senyumanpun tak pernah hilang dari wajahnya , bahkan hanya dengan membayangkan bagaimana Nayaa terkejut akan kedatangannya.

"Annyeonghaseyo....bibi Jang" sapanya pada wanita paruh baya yang sedang menyiram tanaman dihalaman belakang pekarangan rumahnya.

"Ommo.....ya Namjoonaa kapan kau tiba ??kenapa sepagi ini sudah ada disini?"kaget bibi Jang sambil mendekat ke arah Namjoon.

Namjoon terkekeh pelan "aku mendapatkan waktu istirahat dari agency sebelum tourku minggu depan" jawabnya.

"Wahhh...daebak, kau benar-benar sudah menjadi seorang idol" puji bibi Jang sambil mengelus surai hitam laki-laki yang jauh lebih tinggi dihadapannya.

Namun kegiatan itu terhenti saat suara dentuman keras dari arah dapur terdengar begitu lantang.
Tanpa berkata apapun keduanya langsung memasuki rumah dengan tergesa-gesa.

"Yakkkk, kau menjatuhkannya lagi?? Dasar berandal kecil!" Teriak bibi Jang yang terus melangkah hingga ia menarik telinga Nayaa yang masih terlihat terkejut.

Nayaa memekik kesakitan "aku tidak sengaja bibi, sungguh..." Alasannya dan bibi hanya menghela nafas panjang.

"Namjoona, ajak dia keluar rasanya rumah ini bertambah berantakan sejak dia berkata ingin membantu tapi malah mengacaukan segalanya" Namjoon hanya terkekeh mendengar celotehan bibi Jang sedang Nayaa masih sedikit bertanya-tanya dibenaknya kenapa sepagi ini sahabatnya itu sudah dirumahnya.

__________________

"Kemana tujuan tourmu?" Tanya Nayaa saat mereka sudah d taman belakang.

Namjoon sudah menceritakan semuanya termasuk alasannya yang tidak bisa datang beberapa pekan terakhir.

"Agency masih merahasiakannya..."jawabnya sambil mengambil buah strobery yang ia petik bersama Nayaa di kebunnya tadi.

"Berapa lama?" Nayaa menoleh kearah Namjoon yang masih sibuk mengunyah.

"Sebulan..."

"Apa.....kau bahagia sekarang? "Tanya Nayaa lagi ragu-ragu.

Namjoon nampak berpikir untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan sahabatnya itu.

"Menurutmu?"

"Yaaaak, aku bertanya...seharusnya kau menjawab bukan bertanya balik" Nayaa mempoutkan bibirnya yang menambah kesan lucu pada wajahnya.

"Aku bahagia, tapi....."Namjoon menundukkan pandangannya.

Nayaa melirik pada sahabat yang terlihat sedikit gusar itu. "Tapi kenapa?"

"Entahlah...aku hanya sedikit merasa kosong, seperti ada yang kurang"lanjut Namjoon.

Lalu kemudian keduanya terdiam. Entah sejak kapan obrolan mereka memang menjadi sedikit canggung saat mereka sudah jarang bertemu, entah karena semakin kurangnya komunikasi antara keduanya atau karna perasaan yang sama-sama sulit untuk dimengerti.

Terbiasa bersama dan bergantung satu sama lain lalu dipisahkan oleh sebuah jarak yang dikarenakan mimpi salah satu dari mereka yang begitu besar. Tanpa mereka sadari, walaupun jarak keduanya cukup jauh namun itu semua tidak bisa menghilangkan pikiran satu sama lain yang tetap bermuara pada orang yang sama.

________________________

Tbc...

Huaaaaaaaa aku kok ya tambah bingung ini bisa dimengerti ga sih ceritanya😭😭😭takut bgt huhu....

Boleh minta vomennya gasih???🥺

Tinggalin jejak dong, minimal kasi saran cerita pertama aku ini gimana...hihi

Ya walaupun sebenernya blom kelar sih🤭🤣🤣

🙏🙏🙏

Until The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang