diagnosis

7 6 2
                                    


"Apa aku sedikit terlambat?" Tanya Namjoon pada gadis yang ia sayangi itu setelah sampai ditaman.

"Menurutmu??"goda Nayaa, "tapi aku akan selalu mengerti karena kau adalah seorang idol bukan lagi Namjoon yang bisa aku temui setiap saat."lanjutnya.

Namjoon terkekeh geli melihat ekspresi Nayaa yang begitu menggemaskan. "Yaaak, kau masih sama seperti waktu ditaman kanak-kanak".

Nayaa hanya memutar bola matanya malas. "Apa kau akan bermalam disini?" Tanya nayaa yang langsung mendapat gelengan pelan dari Namjoon.

"Sebenarnya tidak ada agenda pulang tapi, karena aku sudah berjanji padamu jadi aku agendakan kesini sebagai berjalan-jalan."terangnya.

Nayaa hanya mengangguk-nganggukkan kepalanya pelan. " Namjoona.....aku... Aku yakin kau akan menjadi orang yang jauh lebih sukses dari ini. Percayalah" ujar Nayaa tiba-tiba serius.

Namjoon menatap kedua mata yang sedikit terlihat sayu itu "tapi....aku sedikit lelah "tukasnya.

"Percayalah, aku selalu mendukungmu. Bukankah kau dulu mengatakan tidak akan menyerah karena ada dukungan dariku?" Nayaa menggenggam erat tangan pria dihadapannya.

Namjoon tersenyum dan menganggukkan kepalanya l, menarik Nayaa dalam dekapannya yang entah kenapa ia merasa sedikit berbeda karena tubuh Nayaa seperti semakin mengecil dalam dekapnya.

"Yakkk, apa kau makan dengan baik?? Kenapa tubuhmu seperti semakin kurus seperti ini?"tanya Namjoon khawatir.

"Bukan aku yang semakin kurus, tapi badanmu yang cepat sekali membesar." Gurau Nayaa yang walaupun perkataannya sedikit benar tentang badan Namjoon yang terlihat semakin membesar.

Pertemuan itu kembali diakhiri dengan perpisahan karena Namjoon harus kembali ke asrama sebelum petang.

_______________________

Dua hari setelah kembalinya Namjoon ke dorm, Nayaa ditemani oleh bibi Jang menuju ke Seoul dengan ditemani tuan dan nyonya Kim untuk melakukan pemeriksaan lanjutan tanpa memberitahukan pada Namjoon.

Setelah mendapat jadwal, mereka akan ke salah satu rumah sakit terbesar di Seoul pada keesokan harinya. Sebenarnya bisa saja tuan atau nyonya Kim memberitahukan hal ini pada Namjoon tapi keduanya lebih memilih tetap diam karena ini permintaan Nayaa dan membiarkan kedua anaknya itu untuk menyelesaikan semuanya sendiri.

"Bibi, apa bibi lelah? Mau Nayaa pijitin?" Tanya Nayaa yang melihat bibi Jang sedikit meluruskan kakinya disofa kamar hotel.

Bibi Jang hanya tersenyum dan mengangguk.

Nayaapun melakukan kegiatannya memijat kaki sang bibi hingga pikirannya melayang pada ingatan tentang sakitnya yang masih belum jelas hingga tanpa terasa buliran air matapun lolos jatuh begitu saja. Menyadari hal itu membuat bibi Jang terkesiap dan segera mendudukkan Nayaa disampingnya.

"Ada apa? Apa ada yang sakit"tanya bibi Jang.

Nayaa menggeleng brutal dengan pandangannya yang masih menunduk, "aku.......aku sebenarnya sedikit takut, bi"jawabnya yang mulai terisak.

"Tentang pemeriksaan itu?"lanjut bibi Jang.

Nayaa menggeleng pelan, "tentang hasil akhirnya." Nayaa mulai tidak bisa menghentikan isak tangisnya.

Bibi Jang langsung membawa keponakannya dalam dekapnya untuk menghilangkan ketakutan yang sedang mendera Nayaa.

"Percayalah...semua akan baik-baik saja" ujar bibi Jang seraya mengelus surai hitam keponakannya itu walau sebenarnya ia juga merasa khawatir pada hasil akhir yang Nayaa maksut.

____________________

Setelah nama Nayaa dipanggil keruang pemeriksaan oleh dokter, sudah hampir satu jam gadis itu belum juga keluar. Serangkaian pemeriksaan sudah dilanjutkan termasuk CT scan, namun hasilnya masih akan keluar dua hari lagi.

Suasana didalam ruangan menjadi hening ketika sang dokter sudah memanggil wali dari pasiennya itu. Tuan dan Nyonya Kim ikut masuk karena permintaan bibi Jang.

"Eeemmmm....saya akan mengatakan diagnosisnya , setelah mendapat keterangan dari apa yang nona Nayaa alami dan mengamati gejala-gejalanya...diagnosis saya adalah nona Nayaa menderita Leukimia." Terang sang dokter.

Setelah kalimat-kalimat itu membuat semua yang mendengarnya terperanjat kaget dengan Nayaa yang terus meremas ujung bajunya diatas pahanya.

"Apa diagnosisnya sudah sangat jelas dokter? Maksud saya, apa tidak ada kemungkinan yang lebih baik?" Tanya tuan Kim karena melihat yang lain seperti tercekat renggorokannya untuk berbicara.

"Saya rasa tidak, tapi...mari kita cocokkan dengan hasil CT scan dua hari lagi agar kita bisa mengetahui dengan pasti dan tindakan apa yang akan kita ambil nanti." Jawab sang dokter seraya mengulas senyum.

Setelah seluar dari ruang dokter, entah kenapa tak ada satupun dari mereka yang mengeluarkan suara hingga sampai di hotel lagi.

"Bibi, omma, appa...aku akan beristirahat terlebih dahulu."pamit Nayaa yang langsung membungkukkan badan dan berbalik menuju kamarnya.

"Bagaimana ini?"tanya bibi Jang seolah pada diri sendiri namun masih bisa didengar oleh tuan dan nyonya Kim.

"Tenanglah nyonya Jang, kita akan mengambil tindakan setelah hasil dari CT scannya keluar" jawab nyonya Kim menenangkan dan bibi Jang hanya mengangguk.

Tanpa mereka sadari, ada isak tangis yang tertahan dari balik pintu kamar yang tertutup itu. Semua perasaan takut, khawatir, sakit semuanya menjadi satu dalam benakknya. Tentang semua mimpi untuk membahagiakan bibinya, tentang keinginan untuk mengukir mimpi dimasa depan bersama pria yang ia cintai mulai membuat dadanya semakin sesak mengingat diagnosis dari dokter siang tadi.

    Dua hari telah berlalu, saat ini Nayaa sedang bersama nyonya Kim untuk menunggu hasil dari CT scannya. Nayaa sengaja memohon pada nyonya Kim agar meminta bibi Jang untuk tidak ikut dan walaupun ada perdebatan sedikit tadi dengan bibinya itu, akhirnya sang bibi menurutinya untuk menunggu di hotel.

"Semua akan baik-baik saja, Nayaa"nyonya Kim menggenggam erat tangan yang dingin dan sedikit berkeringat itu.

Nayaapun mengangguk dengan menyunggingkan sedikit senyuman di wajahnya. Bohong jika dia mengatakan tidak takut, karna walau hasil itu belum keluar diagnosis pertama sudah cukup menjelaskan bagaimana keadaan tubuhnya.

Hingga panggilan dari salah satu perawat membuyarkan lamunan keduanya dan segera bangkit untuk menuju ruang dokter.

"Eee, baiklah...saya akan menjelaskan hasil CT scannya."ucap sang dokter setelah hampir lima menit terdiam saat pasien dan walinya sudah duduk dihadapannya.

"Seperti diagnosis saya sebelumnya, hasil CT scanpun sama. Leukimia atau kanker darah yang diderita nona Nayaa sudah memasuki stadium akhir."lanjut sang dokter.

Nyonya Kim terperanjat kaget, "bukankah penyebarannya terlalu cepat dokter??Nayaa hanya dua kali kmarin masuk rumah sakit."tanyanya heran.

Sang dokter tak langsung menjawabnya, ia menatap ke arah Nayaa yang masih tertunduk. "Mungkin nona Nayaa tidak memberitahu anda bahwa gejala yang ia alami sudah dari dua tahun yang lalu"jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari Nayaa.

Nyonya Kim hanya menggelengkan kepalanya pelan seolah tak menyangka bahwa Nayaa bisa menyembunyikan hal serius ini begitu lama.

"Lalu bagaimana dengan tindakan selanjutnya, dokter?"tanya nyonya Kim lagi.

Dokter Lee terdiam sejenak, " di stadium akhir ini, penyebaran sel kanker sudah merusak organ lain seperti paru-paru, nona Nayaa akan mengalami anemia akut serta penurunan trombosit yang sangat cepat."lanjutnya.

Mendengar hal itu membuat Nayaa mengangkat pandangannya. Ia tahu kalaupun ia mengambil tindakan penanganan sepertinya tidak akan memberikan hasil yang bagus lagipula dari mana ia akan mendapatkan uang untuk biayanya.

______________________

Tbc.....

Semoga kalian masih bisa nikmatin cerita ini ya...
Tolong kritik dan sarannya ya gaes.....☺️

Until The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang