melangkah

4 5 0
                                    

🔞

Happy reading....

________________

Setelah kepulangannya dari rumah sakit, Nayaa jadi sedikit menjadi pendiam. Nyonya Kimpun sudah menyampaikan hasilnya pada bibi Jang.

"Bagaimana kalau dengan kemoterapi?" Tanya bibi Jang pada Nayaa yang masih terdiam memandang keluar jendela kamar hotel.

Ia menoleh dan tersenyum ke arah bibi Jang, "bi, bisakah kita melupakan semua tentang diagnosis itu? Sungguh aku ingin melupakannya dan hidup seperti biasa sebelum tahu akan penyakitku ini."

Bibi Jang hanya menghela nafas panjang dan memeluk putri yang sangat ia cintai itu." Baiklah, asal kau tidak melewatkan untuk check up dan meminum obatmu" jawab bibi Jang yang masih mendekap hangat tubuh Nayaa.

Nayaa terkekeh mendengar jawaban itu "rupanya bibi sudah jauh lebih pintar bernegoisasi ya..."goda Nayaa dan bibi Jang hanya tersenyum kecut seolah dipaksakan.

Dan sesuai dengan permintaan Nayaa, merekapun kembali ke desa dengan harapan Nayaa akan jauh lebih baik menjalani hari-harinya. Walau sebenarnya semua pihak keberatan karena keputusannya tapi mereka hanya ingin Nayaa menjalani hidupnya sesuai dengan apa yang diinginkan.

Hari-harinya ia lalui seperti tidak pernah terjadi apa-apa walaupun tak bisa ia sembunyikan saat sakit itu kembali lebih sering datang.

"Akhir-akhir ini, sejak kembali dari Seoul aku sulit menemukan senyum bibi..."keluh Nayaa sambil memeluk sang bibi dari arah belakang.

Bibi Jang hanya terdiam, kemudian terdengar suara isak tangis tertahan darinya. Nayaa yang menyadari hal itupun semakin mengeratkan pelukannya.

"Berjanjilah untuk tetap bahagia, bi. Apapun yang akan terjadi, ada atau tidak ada aku nanti" tanpa terasa air matanya juga lolos membasahi pipinya.

"Apa kau bahagia jika bibi seperti itu?" Tanya sang bibi.

"Eeeemmm...aku bahagia melihatmu bahagia, tolong berikan aku senyumanmu seperti biasa, aku sangat merasa sepi tanpa itu"jawab Nayaa.

Merekapun saling memeluk dengan erat diiringi isakan tangis yang begitu memilukan dari keduanya.

______________________

Hari ini adalah pekan waktu Namjoon untuk pulang. Nayaa sedari tadi memilah baju untuk ia kenakan menemui prianya itu.

"Sebenarnya apa yang sedang kulakukan? Aku hanya akan bertemu dengannya bukan kencan.huffttt!!" Keluh Nayaa melohat kamarnya sudah berantakan dengan baju-bajunya.

"Apa....dia akan datang? Dia bahkan belum menghubungiku sama sekali." Lanjutnya seraya merebahkan diri.

Bibi Jang terperanjat saat melihat Nayaa yang baru saja keluar dari kamarnya. "Kau akan berkencan?".

Nayaa terbelalak mendengar pertanyaan dari bibinya, "tidak, aku hanya akan menunggu Namjoon ditaman seperti biasa."jawabnya.

"Yaaak, kau seperti akan berkencan. Orang-orang yang melihat kalian akan berpikir kalian sepasang kekasih."ujar bibi Jang karena memang belum tahu hubungan Nayaa dan Namjoon.

"Memang kenapa kalau orang-orang berpikir seperti itu, biarkan saja"jawab Nayaa yang tak bisa menyembunyikan wajahnya yang merona.

"Omo omo....wajahmu merona sekali, apa kalian memang berkencan?" Selidik bibi Jang.

Nayaa hanya memutar matanya malas, "hentikan, bibi.aku akan berangkat..." Nayaa mencium pipi bibi Jang yang masih terlihat menggodanya.

______________________

Tepat pada menit ke empat puluh lima ia menunggu, pria itu datang dengan senyum lesung pipitnya yang begitu manis.

"Apa aku terlambat lagi?" Sapanya pada Nayaa yang menyambutnya dengan senyuman.

"Ani, aniaa....aku yang terlalu cepat datang karena tak sabar" Nayaa menunjukkan senyum yang memperlihatkan deretan gigi rapinya.

"Yaaaaa sayang sekali, padahal aku tadi sudah terburu-buru karena aku ingin aku yang menunggumu disini"keluh Namjoon kecewa.

"Haruskah aku pulang dan mengulangnya?" Goda Nayaa yang hanya mendapat gelengan dari Namjoon dan mereka mengobrol seperti biasa hingga,...

"Nayaa....album grubku masuk di salah satu nominasi dan dua pekan lagi acara award itu akan diselenggarakan."tutur Namjoon.

Nayaa terbelalak tak percaya, "wahhh jinjja??? Daebakkk....!!! Kalian sangat hebat. Aku yakin, kalian akan mendapatkan daesang itu."

Namjoon tersenyum namun pandangannya kembali menunduk dengan senyuman yang perlahan luntur. Nayaa yang menyadari hal itupun terlihat bingung.

"Wae???bukankah harusnya kau senang?"tanya Nayaa memperhatikan lekat-lekat prianya itu.

"Tentu aku senang, karena usaha kami mulai membuahkan hasil tapi...."Namjoon berbalik menghadap Nayaa dan menatap lekat-lekat onyx hitam itu. "Waktu....waktuku akan waktuku akan sedikit tersita dengan agenda-agenda baru termasuk undangan di acara-acara variety show. Aku.....aku hanya takut tidak bisa menemuimu seperti ini"lanjut Namjoon panjang lebar.

Walaupun Nayaa masih belum menghilangkan senyumnya, namun tak bisa ia pungkiri rasa kecewa yang menyerang batinnya secara tiba-tiba. Ia ingin menikmati waktunya bersama orang yang ia cintai itu, karena ia juga sadar mungkin hidupnya tidak akan lama lagi.

Setelah obrolan panjang itu, Namjoon harus kembali ke asrama. Malam itu, sebelum masuk ke mobil Namjoon kembali merengkuh tubuh Nayaa dengan erat. Ada perasaan ragu dan khawatir yang tidak bisa ia jelaskan namu ia sendiri tidak tahu penyebabnya. Hingga tertinggal mereka berdua karena tuan dan nyonya Kim sudah masuk kedalam rumah memberikan waktu untuk kedua anaknya.

"Hubungi aku jika kau akan datang, qku akan tetap menunggumu seperti biasa." Ujar Nayaa.

Namjoon melepas pelukannya dan mengangguk, "aku akan usahakan untuk datang, tolong tunggu aku." Jawab Namjoon, "saranghae..."lanjutnya.

Namun tanpa menjawab Nayaa melangkah lebih dekat kearah Namjoon hingga menyisihkan jarak diantara mereka. Kakinya sedikit menjinjit dan mendongakkan kepalanya, perlahan ia mendaratkan bibir tipisnya pada bibir tebal milik pria yang mengaku kekasihnya itu dengan lembut.

Namjoon yang masih membulatkan matanya karena tak percaya dengan apa yang baru saja Nayaa lakukan hanya bisa terdiam hingga ciuman itupun terlepas.

"Berbahagialah....aku akan menunggu".ucap Nayaa. Merekapun kembali saling merengkuh satu sama lain menyalurkan rasa tidak rela karena harus kembali berpisah.

Malam itu terasa begitu dingin, bahkan menusuk pada sendi-sendi tulang para penghuni rumah yang sedang terbawa pada lamunannya masing-masing.

Nayaa tanpa sengaja melihat ke arah totenbag pemberian Namjoon. Perlahan ia membuka dan mengeluarkan syal pemberian pria itu.

"Seperti kau sedang memelukku sekarang, begitu hangat."ujar Nayaa saat ia sudah mengenakan syal itu.

_______________________

Tbc......

Huaaaaa.....maaf ya karena tiba-tiba ada adegan 18+ seperti ini🙈

Sungguh ini benar-benar tidak terduga, ngalir gitu aj🤭

Until The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang