🥀🥀🥀
______________________________
Jam menunjukkan pukul 7 malam tapi Namjoon belum kembali. Nayaa sengaja menyiapkan makan malam dan menunggu Namjoon untuk makan bersama.
"Makanlah lebih dulu, mungkin dia sedang ada pekerjaan"ucap bibi Jang.
"Tidak, bi. Dia sudah mengatakan akan kembali. Bibi istirahat saja"
"Baiklah...bibi masuk dulu" Nayaa meresponnya dengan anggukan.
Hampir tiga puluh menit dan rasa kantuk tiba-tiba menyerangnya hingga tanpa terasa ia tertidur dengan berbantalkan lengannya yang ia julurkan diatas meja. Suara pintu terbuka dan derap langkah mendekat ke arah sosok yang masih damai dalam mimpinya.
Helaan nafas panjangpun disuarakan. Ia menekuk kaki menyamakan tingginya dengan sosok mungil yang masih terlelap itu.
"Harusnya kau tidak menungguku" ujarnya sambil mengelus lembut rambut Nayaa. Sang pemilikpun terusik dengan gerakan tangannya dan perlahan terbangun.
"Eoh, kau sudah pulang? Aku akan menghangatkan makanannya." Nayaa hendak beranjak tapi pergelangan tangannya ditahan.
"Tunggulah disini, aku yang akan melakukannya". Tahu bahwa kata-kata itu tak ingin penolakan Nayaapun duduk kembali.
Setelah selesai makan malam, mereka kembali ke kamar. Nayaa yang menyadari mimik muka sang kekasih tak seperti biasanyapun nampak heran, pasti ada yang mengganggu pikirannya.
"Apa....ada sesuatu?"tanyanya ragu.
Namjoon duduk bersimpuh dengan tangan yang diletakkan diatas paha sang kekasih yang duduk di pinggir ranjang.
"Aku....aku dan grubku akan melakukan tour lagi, hanya seminggu tapi...." Namjoon nampak ragu.
"Tapi.....kenapa?"
"Lusa...aku harus berangkat lusa."
Nayaa tersenyum, "baguslah...kau harus mempersiapkannya dengan baik kalau begitu"
"Tapi Nayaa, lusa kau harus check up ke rumah sakit dan aku sudah berjanji untuk mendampingimu"lirih Namjoon.
"Ha ha ha.....jadi itu yang membuatmu sampai kacau seperti ini"
"Kenapa tertawa???aku sungguh-sungguh"
"Kali ini, aku mengijinkanmu untuk mengingkari janji lagi" Nayaa masih tersenyum, "aku akan baik-baik saja kan ada bibi Jang"
Namjoon tak menjawab lagi, ia terus tertunduk hingga ia menduselkan wajahnya pada pangkuan sang kekasih. Tak lama terlihat punggung yang begitu bergetar, lelaki itu menangis dalam diam. Nayaa yang menyadari itu hanya mengelus surainya dengan lembut.
"Namjoonaaaa, sungguh aku tidak apa-apa"
"Mian......."suara itu terdengar begitu lirih dengan pemiliknya yang tak lagi bisa menyembunyikan tangisnya. Malam itu, dalam dekapan pangkuan sang kekasih Namjoon meluapkan segala perasaannya. Rasa kecewanya pada dirinya sendiri karena lagi-lagi tak bisa menepati janji yang telah ia buat. Bahkan janji tak akan menangis dihadapan Nayaapun yang ia buat saat tahu akan sakitnya kini ia ingkari. Malam itu, ia benar-benar merasa berada dalam titik terendahnya.
______________________________
Hari inipun tiba, Namjoon akan berangkat pada jam 6 pagi sedang Nayaa akan melakukan check up pada pukul 9 nanti. Namjoon masih menyempatkan diri untuk berpamitan pada Nayaa dan akan langsung berangkat ke bandara dari sana.
"Sudah .....berangkat sana, aku tidak ingin yang lain harus menynggumu"ucap Nayaa saat Namjoon tak juga melepas pelukannya.
"Aku akan menghubungimu nanti setelah sampai."
"O ouh, lakukan itu karena kalau tidak aku benar-benar akan marah."
"Heeemmmm....katakan bagaimana perkembangan pemeriksaanmu nanti padaku"
"Ya ya ya.....aku tahu"
Setelah sesi perpisahan itu berakhir, Namjoonpun berangkat dan ia juga berpamitan pada bibi Jang dan menitipkan Nayaa padanya.
Dan disinilah sekarang Nayaa berada, sedang menunggu hasil dari check upnya. Tak lama susterpun memanggil namanya untuk masuk keruangan dokter.
"Jadi...bagaimana dok?"tanya bibi Jang setelah dipersilahkan duduk oleh sang dokter.
Tak ada jawaban yang berarti selain gelengan pelan dari sang dokter yang mampu menjelaskan semuanya, hasil perkembangan penyakit sang keponakan yang mungkin memang sudah tidak memiliki harapan untuk sembuh.
Tak ada yang berbicara terlebih dulu sejak kepulangan dari rumah sakit. Keduanya sama-sama seperti tercekat tenggorokannya bahkan hanya untuk tersenyum saja terasa begitu sulit.
Tepat jam 10 malam Namjoon menelpon Nayaa.
"Bagaimana hasilnya?"tanya Namjoon diseberang sana.
"Sepertinya hasilnya baik, dokter bilang walaupun tidak akan menghasilkan yang sangat baik tapi aku masih akan baik-baik saja"bohong Nayaa.
"Benarkah????kalau begitu, jangan melewatkan obatmu agar hasilnya semakin lebih baik"
"E eem, tentu saja." Nayaa terdiam sejenak, "Namjoonaaa, bolehkah aku kembali??sungguh aku ingin pulang, aku kurang nyaman berada disini, didaerah kota yang sangat ramai ini"
"Kenapa?apa karena aku tidak ada?"
"Tidak...bukan seperti itu, kau jangan besar kepala. Aku...aku ingin menunggumu seperti biasa, ditempat biasa...ditaman itu. Bolehkah?"
Lama tak terdengar jawaban hingga helaan nafas panjangpun tak terelakkan.
"Baiklah,,,,besok kau boleh kembali dengan syarat, kau tidak akan melupakan obatmu dan segera ke rumah sakit saat sakitmu kembali datang"
"Heeemmm ya ya ya kau sekarang jadi lebih pintar memberikan sebuah syarat" Nayaa terkekeh geli.
Malam itu, hampir sepanjang malam Nayaa tak bisa tetidur. Lagi, dia berbohong lagi tentang hasil pemeriksaannya pada Namjoon. Entahlah, dia hanya tidak ingin membebani lelaki itu dengan keadaannya. Terlalu sulit untuk berkata jujur bahwa sebenarnya dia juga takut, takut akan takdir yang akan dia hadapi.
__________________________________
Tbc.......
Bentar lagi end ini 😌
KAMU SEDANG MEMBACA
Until The End
Fiksi Penggemarini hanya...... "Tentang kisah hidup seseorang yang menjadi lembaran cerita dalam hidup salah satu manusia namun dunia tak bisa mengetahui tentang cerita yang begitu sangat memilukan karna sebuah perpisahan...."