🍂🍂🍂
Happy reading....
Walaupun authornya lagi ga happy 🤣🤣🤣
________________________________
Hari ini, Nayaa sudah bisa menghirup udara segar lagi. Tempat dimana terukirnya ribuan kenangan antara dia dan lelakinya.
"Kapan Namjoon kembali?" Tanya bibi Jang saat berada di halaman rumah.
"masih 6 hari lagi" jawab Nayaa
"Tanggal 12 berarti"timpal bibi Jang.
"Iyy, tanggal 12...hah???" Nayaa terperanjat saat mengingat akan tanggal itu dan segera berlari kedalam rumah.
Setelah meneliti kalender dihadapannya, Nayaa lagi lagi menghela nafas panjang. Sakitnya, karena sibuk akan sakitnya ia lupa kalau sekarang bulan september, bulan kelahiran sang kekasih.
Perlahan ia merebahkan tubuhnya ke ranjang. Melesatkan pikirannya jauh, memikirkan hadiah apa yang akan ia berikan pada kekasihnya itu. Namu lagi-lagi sakit pada kepalanya menyerang dengan begitu kuat hingga ia merasakan seauatu yang mengalir dihidungnya. Tak ingin diketahui oleh sang bibi, Nayaapun melangkah terburu-buru kearah kamar mandi.
Entah sudah berapa lama ia di kamar mandi, menunggu hingga darah yang mengalir itu benar-benar berhenti. Tanpa terasa air matapun kembali terjatuh membasahi pipinya yang sudah terlihat begitu mengecil.
"Sepetinya aku benar-benar tidak akan menunggumu..." Tangis itupun seakan pecah hingga bibi Jang memasuki kamar mandi. Tanpa berkata apapun ia lantas memeluk Nayaa dengan begitu eratnya.
Malam itu, Nayaa menyulam syal pemberian Namjoon dengan tulisan 'NM' dan menulis sebuah surat sebagai hadiah untuk ulang tahunnya. Dia tidak bisa memberikan hadiah lain dengan keadaannya yang seperti ini. Berjalan saja sudah terasa begitu sulit baginya karena nyeri yang terus menjalar diseluruh tubuhnya itu.
_______________________________
Pagi ini udara sangat terasa begitu sejuk, angin berhembus dengan begitu syahdunya dan burung-burungpun saling bersahutan seakan ikut menyambut pagi yang begitu indah ini.
Nayaa menyiram tanaman bonsai yang ia tanam dengan Namjoon tiga bulan yang lalu.
"Tumbuhlah dengan baik...."ucapnya.
Lagi lagi darah mengalir dari hidungnya dengan begitu derasnya, ia menyekanya dengan sapu tangan yang sengaja ia letakkan didalam saku. Perlahan ia melangkah ke arah taman, tempat dia biasa menunggu Namjoon.
Duduk dengan perlahan dan menyandarkan tubuhnya pada pohon rindang yang biasa menjadi sandarannya saat lelah menunggu Namjoon yang selalu terlambat datang.
Ia memejamkan mata seolah-olah menikmati udara pagi sedangkan itu ia lakukan agar bisa menahan rasa sakit, nyeri dan sesak yang mulai melanda tubuhnya.
Perlahan ia membuka mata, dan yang terlihat hanya sehelai daun yang terlepas dari tangkainya dan terjatuh terbawa angin tepat di wajahnya.
"Namjoonaaaaaa, mianhe....."ucapnya lirih hingga mata itu kembali terpejam dengan sebulir air bening yang turut lolos dari kelopak mata yang begitu terlihat sayu itu. Hingga deru nafas yang begitu memburu karena sesak tadi tak terdengar lagi. Hanya angin yang terus membawa dedaunan kering berterbangan hingga terlihat dari seberang sana sosok wanita paruh baya yang terisak begitu pedihnya dan melangkah dengan gontai seolah-olah tenaga dalam dirinya sudah tak ada lagi yang tersisa.
"Nayaa........anakku...."lirih bibi Jang seraya memeluk tubuh Nayaa yang sudah terbujur kaku diatas kursi hingga kemudian ia menangis meraung memanggil nama sang keponakan.
_________________________________
Hari ini, tepat pada tanggal 12 September 2018 Namjoon dan grubnya kembali. Tak ingin membuang-buang waktu iapun langsung meminta ijin untuk pulang dan beristirahat disana. Dia sudah mendapatkan kejutan ulang tahun dari para member dan staff dan ia diperbolehkan untuk pulang agar bisa merayakan ulang tahunnya dengan keluarga dirumah.
Ia berlari begitu kencang setelah turun dari mobil, tak berniat kerumahnya dulu karena tujuannya adalah sang kekasih. Rindunya mungkin sudah seluas lautan jika dapat di lukiskan.
"Bibi...... Apa Nayaa menungguku?"tanyanya tak sabaran saat sampai dihalaman rumah bibi Jang dan melihat sang bibi sedang menyiram tanaman.
"O ouh, Namjoonaaaa...kau sudah datang"bibi Jang menoleh.
"Apa Nayaa menungguku?" Tanyanya sekali lagi karena belum mendapat jawaban.
"Heee eemmm, tentu saja"jawaban bibi Jang sukses membuat pria berlesung pipit itu tersenyum tanpa henti.
Namun, saat ia hendak melangkahkan kakinya ke arah taman, tempat biasa yg kekasihnya itu pergunakan untuk menunggunya kakinya terhenti dengan ucapan bibi Jang.
"Tapi, dia tidak menunggumu ditempat biasa Namjoona..."
Lantas ia menoleh dan mengerutkan alisnya karena tak paham dengan ucapan sang bibi.
"Dia menunggu ditempat lain, dia menyuruh bibi untuk mengantarkanmu"
Jawaban itu, entah kenapa membuat Namjoon diselimuti oleh rasa takut walaupun ia berusaha untuk menghapusnya dengan pikiran, 'hari ini adalah ulang tahunnya tentu saja Nayaa mungkin akan memberikannya sedikit kejutan dihari bahagianya ini'.
"Tunggu sebentar..."bibi Jang masuk kedalam rumah dan setelah keluar ia terlihat membawa sebuah paperbag ditangannya. "Ayo" ajaknya.
Namjoon hanya mengikuti tanpa bertanya apapun karena dia berpikir ini adalah kejutan hari ulang tahunnya jadi dia tidak ingin mengacaukannya dengan pertanyaan pertanyaan konyolnya itu.
Deg
Hingga tiba mereka disebuah lahan yang terlihat seperti taman namun terdapat beberapa batu yang di gunakan sebagai tanda letak sesuatu. Mereka terus melangkah hingga sampai pada batu diatas tanah yang terlihat seperti masih baru dibanding tanah yang lain yang sudah terlihat begitu kering. Namun tanah yang mereka hampiri masih terdapat jejak seperti siraman air dan taburan beberapa jenis bunga yang masih terlihat tidak begitu layu.
"Bi.....kenapa kita kesini?jangan membuatku takut seperti ini!" Suara Namjoon begitu bergetar.
Bibi Jang menghampiri Namjoon dan memegang bahunya, " Namjoona, dia masih menunggumu tapi ditempat yang berbeda. dan disinilah dia menunggumu...Nayaa sudah tidak merasakan sakit lagi...dia bahagia karena sisa hidupnya ia pergunakan untuk bersamamu, menjalin kisah denganmu. Lepaskan dia perlahan....karena bibi yakin dia tidak akan suka jika melihatmu menangis".tanpa menjawab tubuh Namjoon perlahan terjatuh dengan isakan yang tak lagi ia tahan.
Bukan, bukan seperti ini kejutan ulang tahun yang ia inginkan, BUKAN.
Masih dengan suara tangisan yang terdengar begitu memilukan bagi siapa saja yang mendengarnya. Dunianya, seakan-akan dipaksa untuk berhenti untuk sejenak.
"Kenapa???kenapa kau mengingkari janjimu eoh???bukankah kau akan menunggu ditempat biasa???sungguh aku tidak menyukai tempat barumu ini, Nayaa..."masih dengan isak tangis yang sama ia terus memeluk dan mengecupi batu nisan sang kekasih.
"Diantara kita, akulah yang biasa mengingkari janji, jadi tolong tepati janjimu...tunggulah aku ditempat biasa itu!!!"
Bibi Jang tak bisa menahan tangisnya juga saat melihat bagaimana hancurnya pemuda dihadapannya.
Hampir dua jam mereka disana, " ini..." Bibi Jang menyerahkan paperbag yang ia bawa kepada Namjoon setelah tangisnya agak reda.
"Dia menitipkannya pada bibi untuk memberikannya padamu, bibi pulang dulu..." Bibi Jangpun perlahan kembali kerumah sedang Namjoon masih berada diposisi yang sama."Haruskah.......haruskah aku menyusulmu saja?"....
_____________________________________
Tbc......
Satu chapter lagi udah ini ya......
Tolong kritik dan sarannya....🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Until The End
Fanficini hanya...... "Tentang kisah hidup seseorang yang menjadi lembaran cerita dalam hidup salah satu manusia namun dunia tak bisa mengetahui tentang cerita yang begitu sangat memilukan karna sebuah perpisahan...."