Terhitung sudah tiga hari dari kepulangannya dari rumah sakit, keadaannya bisa dibilang agak membaik karena sudah tiga pagi pula ia tidak mengalami hal-hal yang selalu ia rasakan termasuk rasa pusing yang menyerang begitu tiba-tiba saat pagi datang. Namun ia selalu merasa cepat kelelahan bahkan berat badannya terus menurun dengan nafsu makannya yang masih normal.
Bibi Jang menghampirinya dan meletakkan soup abalon kesukaannya di hadapannya. " Makanlah selagi masih hangat, kau masih terlihat pucat"
"Wahhh benarkah, bi? Padahal aku sudah merasa jauh lebih baik dari sebelumnya..." Nayaapun membawa sesendok soup kearah mulutnya.
"Apa...kau benar-benar tidak ingin melakukan pemeriksaan lanjutan?" Tanya bibi Jang hati-hati karena takut akan reaksi keponakannya.
Nayaa menggeleng pelan "bi....aku baik-baik saja, tolong berhenti mengkhawatirkanku"
"Bagaimana bibi bisa berhenti jika kau selalu menyembunyikan perasaanmu yang sebenarnya. Bibi ingin kau mengatakan sakit jika memang merasakan sakit bukan malah berusaha terlihat baik-baik saja seolah-olah tidak terjadi apa-apa" jawab bibi Jang dengan sedikit penekanan dalam setiap katanya.
Nayaa bangkit dan memeluk tubuh bibinya itu dari belakang, "baiklah...aku akan jujur, tentang apapun itu...yang aku rasakan, perasaanku. Apa bibi puas?"jawab Nayaa sambil menggoyang-goyangkan tubuh bibi Jang ke kanan dan ke kiri.
"Eeeemmm...berbahagialah...bibi menyayangimu" bibi Jang menepuk-nepuk tangan Nayaa yang melingkar disekitar pinggangnya.
"Arra..."Nayaa tersenyum penuh dengan ketulusan.
________________
Hari itu terlihat dua sosok manusia yang saling melempar senyuman dan sesekali terkekeh dengan candaan salah satunya sedang menyusuri kebun strobery yang terhampar luas didekat pemukiman warga setempat, melanjutkan rencana mereka untuk berjalan-jalan setelah rencana itu gagal dulu.
"Kapan kau kembali?" Tanya Nayaa
"Besok."jawab namjoon singkat
"Eoh, jinjja??? Kenapa cepat sekali?" Gerutu Nayaa
Namjoon yang melihatnya terkekeh geli karena baru pertama kalinya Nayaa menunjukkan perasaannya. Bukan hanya merespon dengan kata-kata 'oh' atau 'baik'. Itu sebuah kemajuan baginya, karena dengan begitu perlahan Nayaa tidak akan menyembunyikan apapun walaupun Namjoon sendiri ragu tentang apa yang sebenarnya disembunyikan oleh sosok didepannya.
"Aku akan datang seperti biasa..."hibur Namjoon.
"Cih, bahkan kau sudah lama tak melakukan itu" Nayaa lagi-lagi mempoutkan bibirnya.
"Apa....kau tetap mau menunggu jika sedikit terlambat nanti?"ujar Namjoon ragu-ragu.
Nayaa menoleh menghadap pada Namjoon, " datanglah, aku akan tetap menunggu ditempat biasa" jawabnya tanpa ragu.
Namjoon mengangkat kedua tangannya, menyentuh pipi mulus gadis dihadapannya, entah kenapa ada ketidak puasan dibenaknya mengingat Nayaa yang tidak mau melakukan pemeriksaan lanjutan.
"Saranghae......"ujarnya lirih tanpa menghentikan kegiatannya sedang pemilik pipi yang mulai sedikit tirus itu hanya tersenyum dengan memejamkan mata.
"Ayo pulang..."ajak Nayaa lantas berbalik tanpa memperdulikan wajah cemberut Namjoon yang mengharapkan jawaban.
"Yakk Nayaa, saranghae..."sedikit berteriak karena Nayaa sudah melangkah terlebih dahulu meninggalkannya. "Kau belum menjawabku?!"
Mendengar teriakan itu Nayaa menoleh "eoh....arra..."senyum jahilnya.
"Itu bahkan bukan jawaban." Keluh Namjoon lalu mengikuti Nayaa dari belakang.
____________________
Helaan nafas terdengar begitu gusar. Entah kenapa ia seperti tidak ingin kembali ketempat yang menjadi peristirahatan saat ia lelah selepas bekerja dengan rekan-rekannya. Apa yang membuat dia ragu bahkan dirinyapun tak bisa mengetahuinya.
"Aku akan kembali ....beejanjilah untuk tetap menunggu seperti biasa karena aku benar-benar akan datang"ujar Namjoon sesaat setelah mobil jemputannya tiba.
"Kau sedikit cerewet belakangan ini." Nayaa menggoda pria yang terlihat gusar dihadapannya.
Tanpa menjawab, Namjoon meneluk erat gadis yang telah ia akui sebagai kekasih itu. Sedang ibu, ayah dan bibi Jang yang melihat hanya bisa menggelengkan kepala.
Setelah selesai dengan acara berpamitan panjang itu, mobil yang membawa Namjoonpun sudah tak terlihat lagi.
"Bibi akan masuk dulu"ucap bibi Jang sambil menepuk bahunya.
"Eeeemmmm....aku masih mau ke taman, bi." Jawab Nayaa dan mendapat anggukan dari sang bibi.
Dan semenjak hari itu, Nayaa sering menghabiskan waktunya ditaman, tempat kebersamaanya dengan Namjoon. Ditempat itulah dia bisa mengingat semua kenangan yang telah mereka ukir bersama.
Belakangan ini tanpa terasa sudah dua pekan sejak keberangkatan Namjoon, Nayaa kembali mengalami sakit yang mendera tubuhnya bahkan lebih sering. Biasanya sakit itu akan menyerang saat pagi tiba, namun sekarang dalam sehari ia bisa sampai tiga kali mimisan walaupun semua itu kembali ia sembunyikan dari bibi Jang.
Hingga malam itu, bibi Jang begitu tergesa-gesa menuju kerumah Namjoon. Ia meminta bantuan tuan dan nyonya Kim untuk membawa keponakannya yang kembali ditemukan tak sadarkan diri dikamarnya dengan beberapa bekas memar ditubuhnya.
30 menit berlalu, dokter belum keluar dari ruang UGD. Bibi Jang hanya bisa sesekali menghela nafas panjang dan bangkit dari duduknya untuk menghilangkan gelisahnya.
"Anak itu terlalu pintar menyembunyikan apapun" ujar nyonya Kim tiba-tiba yang membuat bibi Jang mengangguk setuju.
"Sebaiknya kita bawa Nayaa untuk melakukan pemeriksaan dirumah sakit kota"sambung tuan Kim.
Bibi Jangpun menyetujuinya, walaupun dia masih ragu apa keponakannya akan punya pemikiran yang sama sepertinya.
Setelah mendapat keterangan dari dokter, mereka semua masuk menemui Nayaa yang sudah sadarkan diri.
"Apa ada yang sakit?" Tanya bibi Jang yang masih mengelus surai hitam itu.
Nayaa tersenyum dan menggelengkan kepala, "tidak, bi. Aku baik".
"Bisakah kau berhenti seperti ini? Tolong katakan apapun yang kau rasakan. Sungguh itu membuat aku sedikit lega jika tahu apa yang sebenarnya terjadi."nada bibi Jang mulai sedikit meninggi.
Lagi-lagi Nayaa hanya meresponnya dengan senyuman. "Pekan ini....adalah pekan terakhir dan jika tidak ada halangan lain berarti Namjoon akan datang pekan depan, apa.....boleh aku meminta untuk merahasiakan semua ini?"pinta Nayaa sambil menatap lekat-lekat pada tuan dan nyonya Kim secara bergantian.
"Asal kau mau melakukan pemeriksaan lanjutan, maka Namjoon tidak akan mengetahui apapun."jawab tegas tuan Kim.
Nayaa menghela nafas begitu panjang seolah mengeluh, "apa ini ancaman?" Tanyanya lagi yang hanya mendapat senyuman dari orang disekitarnya karena ekspresi lucunya.
"Tidak, ini sebuah kesepakatan negoisasi yang baik.bukankah kau sangat pintar dalam hal ini?!" Goda nyonya Kim yang mendapat anggukan dari bibi Jang.
Nayaapun menyerah dengan sanggahannya, "baiklah, aku akan melakukan pemeriksaan tapi setelah pekan depan Namjoon kembali."
Jawaban itupun mendapat anggukan dari semuanya._______________________
Tbc ....
Masih bakal lanjut ini ya, wkwkwk
Tolong tinggalin jejak wahai para readers🤭☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
Until The End
Fanfictionini hanya...... "Tentang kisah hidup seseorang yang menjadi lembaran cerita dalam hidup salah satu manusia namun dunia tak bisa mengetahui tentang cerita yang begitu sangat memilukan karna sebuah perpisahan...."