JANGAN LUPA FOLLOW DULU!
Setelah baca harap tinggalkan vote dan komen yaww!
<3Sepuluh menit perjalanan, akhirnya mereka berdua sampai juga didepan rumah yang elegan itu. Eits, elegan itu nggak melulu harus kaya, barang mewah, branded, dan mahal. Rumah Pat sederhana, namun elegan. Rapi, teduh, elok, nyaman dilihat sejauh mata memandang. Pohon-pohon kecil berjajaran di halamannya yang sederhana, menambah kesan estetika terhadap bangunan itu. Pat membuka pagar rumahnya, mengucap salam.
"Wah, Pat sudah pulang. Duh, ada siapa ini?" mama Pat tertawa lebar. Pat hanya tersenyum. Nadira ikut tertawa. Mama Pat ini adalah tipe orang yang menyanangkan saat diajak mengobrol.
"Assalamualaikum, Tante," sapa Nadira. Meraih tangan mama Pat, salim.
"Waalaikum salam, Nadira. Apa kabar? Sudah lama nih nggak main kerumah. Oh iya, satu lagi, siapa namanya? Dipa? Nggak ikut dia?" mama tersenyum, bertanya.
"Lagi ada urusan super penting katanya, Ma. Jadinya nggak bisa dateng." Pat tersenyum, menunjuk kedalam rumah. "Masak apa Ma?"
"Ohh, Mama masak sup daging. Pat sama Nadira makan dulu ya! Kalian taruh tas dulu. Nadira kalau mau bisa ganti baju dulu, nggak apa-apa meskipun punya Pat kok. Mama siapin dulu ya."
"Iya Tante, makasih." Nadira tersenyum, mengikuti langkah kaki Pat menuju kamar.
Rumah Pat berada di pinggiran kota. Dua lantai. Lantai pertama hanya untuk dapur, ruang tamu, kamar mandi, dan ruang makan. Di lantai dua itulah hanya berisi kamar-kamar. Kamar milik Pat, kamar milik orang tua Pat, dan satu lagi, kamar milik—tidak ada. Juga ada kamar mandi di sebelah kamar Pat. Mama Pat adalah seorang pencinta warna pastel, jadi tidak heran, rumah tersebut rata-rata cat dindingnya berwarna soft.
Kamar milik Pat, berada di pinggir tangga. Nuansa kamarnya gradasi antara warna coklat pastel dan krem pastel. Pat membuka pintu kamarnya.
"Kamu mau ganti baju, Nad?" tanya Pat. Dia cekatan merapikan tasnya, menaruhnya rapi. Membuka lemari bajunya, menunjuk baju.
"Ganti rok aja deh, boleh nggak?" Nadira tersenyum. Dia ikut menyusun tasnya rapi. Berdoa dalam hati 'semoga tidak kelupaan'. Rok sekolahnya tidak membebaskan dia untuk bergerak lincah. Ditambah lagi sabuk yang melilit pinggangnya.
"Boleh, tuh. Mau warna apa? Rok atau celana longgar?" Pat mendaftar pertanyaan, sudah seperti sales saja dia. Menawarkan produk terbaiknya.
Nadira mengerutkan keningnya, berpikir. "Yang matching aja, deh. Celana longgar nggak apa-apa juga sih. Terserah kamunya deh!" Nadira tersenyum.
"Yaudah deh, nih." Pat menyodorkan celana longgar. "Kamu ganti duluan deh, kamar mandinya disebelah. Tau lah ya! Terus nanti kamu duluan kebawah aja nggak apa-apa. Aku nyusul." Pat tertawa. Lupa kalau Nadira sering main ke rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
erreur
RomanceBagaimana rasanya mencintai seorang kakak kelas? Satu baru masuk, satu hendak lulus, secara diam-diam pula. Setelah perhatian-perhatian kecil, bahkan hingga pengorbanan besar, akankah rasa itu membuahkan hasil? Ini adalah sebuah kisah seorang Pat da...