JANGAN LUPA FOLLOW DULU!
Setelah baca harap tinggalkan vote dan komen yaww!
<3"Udah keluar pengumumannya?"
"Gimana Al? Lolos nggak?"
"Buka dong, Al!"
Alana berdeham, menyuruh teman-temannya diam. Membuka segel amplop putih ditangannya. Teman-teman yang lain mengerubunginya, menatap penuh harap.
"Gimana?"
"Ahay! Ya gue lolos dong! Yakali seorang Alana Laurenz nggak lolos hal kecil kayak gini!" ujarnya meremehkan, dengan suara yang sengaja diimut-imutkan.
"Selamat Al!" teman-temannya memuji, bertepuk tangan.
Semester lalu, Alana mendaftar ekskul cheerleader disekolahnya. Pengumuman anggota tim memang lambat, diumumkan satu semester setelahnya. Dari anak kelas sepuluh, hanya ada tiga dari dua puluh orang yang lolos. Sedangkan dari kelas sebelas, ada tujuh siswa yang lolos.
"Lo hebat, Al! Gue aja nggak lolos. Selamat ketua!"
"Makasi, buat gue, gampang ini mah!" Alana tertawa, sedikit mengejek. Membiarkan teman-temannya melihat kertas pengumuman. "Dari anggota grup kita, siapa aja yang lolos?" tanyanya.
Teman-temannya menggeleng, isi suratnya berbeda, alias ditolak.
"Hah? Cuma gue?" tanyanya seolah merendahkan. "Gue minta tolong, bantu cari informasi, siapa yang dari kelas sepuluh, berhasil masuk ke tim cheerleader, oke?"
"Beres Al!"
Pat menggeleng-geleng melihat kelakuan Alana. Musuh terberatnya semakin berat saja. Apalagi dengan ia menjadi anggota cheerleader, ini makin susah.
"Kenapa, Pat?" bisik Nadira, menggoda sahabatnya.
"Diem!"
Dipa dan Nana tertawa, tidak berhenti menggoda Pat dengan mengungkit kejadian bulan lalu. Pat melotot tajam, seperti baru mendapat mangsa yang hendak ditikam, soratannya mematikan.
Dipa dan Nana diam, menelan ludah.
"Oh, Jadi kalian ya? Anggota tim cheerleader lain, anak kelas sepuluh?" tanya Alana angkuh, manatap dua teman seangkatannya yang sedang menyantap batagor. "Kenalin nih, aku Alana Laurenz. Pasti udah kenal kan?"
"Enggak," balas mereka singkat.
"Okay. Kenalin, aku Alana Laurenz, ketua perkumpulan TRA Limerence. Aku juga anak baru tim cheerleader. Umm, mungkin kedepannya kalian bisa memanggilku, kapten?" ujarnya menyombong.
KAMU SEDANG MEMBACA
erreur
Lãng mạnBagaimana rasanya mencintai seorang kakak kelas? Satu baru masuk, satu hendak lulus, secara diam-diam pula. Setelah perhatian-perhatian kecil, bahkan hingga pengorbanan besar, akankah rasa itu membuahkan hasil? Ini adalah sebuah kisah seorang Pat da...