7 - cote amusant de la vie

13 4 0
                                    


JANGAN LUPA FOLLOW DULU!

Setelah baca harap tinggalkan vote dan komen yaww!

<3

JANGAN LUPA FOLLOW DULU!Setelah baca harap tinggalkan vote dan komen yaww!<3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"SUDAH BUKA!"

     Semua orang didalam kelas sontak menoleh ke sumber suara. Memandang dengan keheranan.

      Dipa refleks mengusap belakang kepalanya, "Maaf maaf!" ujarnya menahan malu. Dia bergegas menuju bangkunya, menundukkan kepala, menggigit bibir.

     "Ya ampun Dipa, malu-maluin!" Nadira menepuk pelan ujung seragam Dipa, mendesis.

     "Mana aku tahu kalau sudah banyak orang!" Dipa berbisik sangat pelan. Hampir bisa dibilang hanya menggerakkan mulutnya saja tanpa bersuara.

     "Kamu yang telat!" Nadira balas berbisik, memonyongkan bibirnya.

     "Yaelah, Nad! Belum juga jam setengah enam!" Dipa menurunkan tasnya, duduk.

     "Sudah lewat!" Nadira menyerocos, menunjuk jam tangannya.

     Pat tertawa menghentikan keributan kecil di bangkunya. Menoleh kearah Dipa, "Serius sudah buka?" tanyanya antusias.

     "Yap, siang ini!" ujarnya tak kalah antusias. "Tapi, kayaknya aku nggak bisa dateng, kalau kalian mau kesana!" sambungnya.

     "Loh? Kenapa?" 

     "Ehm, gini .... Disana kan ada kakakku, pasti aku dimarahin. Kakakku itu nggak suka kalau dunianya dicampuri orang lain." Dipa mengangkat bahu, bingung menjelaskan.

     "Kalau gitu, kamu mau kan Nad?" Pat menatap Nadira—memohon.

     Nadira terdiam, memejamkan mata. Pura-pura tidak llihat.

     "Kenapa?" Nana yang baru datang ikut masuk dalam topik.

     Pat tersenyum, menunjuk Nana dengan sejuta harapan. "Na, nanti pulang sekolah ikut aku, yuk?" ajak Pat antusias.

     "Kemana?" Nana balik bertanya, tampak ada kilatan tidak minat di matanya.

     "OKKAR," bisik Pat dengan pelan sekali. Takut ada yang dengar dan ada yang tahu.

     "Ehm ...." Nana menunduk sejenak, menimbang-nimbang.

     Nadira, orang yang paling peka di persahabatan mereka, demi melihat kilatan penuh harapan, kilatan sedih dalam manik mata milik Pat. Demi melihat kilatan tidak tertarik, kilatan ragu dalam manik mata milik Nana, akhirnya membuka mulutnya, menghela napas pendek. "Nanti deh, aku juga pengen coba!" Nadira berbohong, menyenggol lengan Pat, tersenyum.

     "Sungguh?" Pat berseru kecil, "Kamu jadi ikut tidak, Na?" tanyanya lagi.

     "Enggak deh, Pat. Kebetulan aku ada acara!" Nana tersenyum, hendak berterima kasih pada Nadira yang menyelamatkannya.

erreurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang