9 - drame de la vie

10 4 0
                                    


JANGAN LUPA FOLLOW DULU!

Setelah baca harap tinggalkan vote dan komen yaww!

<3

Dari kejadian sebelumnya, Kak Rafly akhirnya memutuskan rehat sejenak selama beberapa hari, atau dirasa kerumunan geng Alana memudar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari kejadian sebelumnya, Kak Rafly akhirnya memutuskan rehat sejenak selama beberapa hari, atau dirasa kerumunan geng Alana memudar. Bukan tidak berjualan, mereka tentu saja tetap berjualan. Tetapi dengan tiada kehadiran Kak Rafly sementara dalam angkringan itu. Hanya ada Kak Rafael, Kak Ziel dan ibu dari Kak Ziel. 

     Maka Alana berseru kecewa, menyuruh rekan-rekan seangkotnya pulang, membatalkan acara makan-makan keesokan harinya. Apalagi saat jawaban dari Kak Rafael membuat muka Alana makin kusut tak tertahankan. 

     "NGGAK BISA! Kemarin si Rafly cuma bantu-bantu, soalnya mamanya Zi nggak bisa dateng kemarin! Kalau sekarang mah, mungkin si Rafly udah sibuk sama basket atau buku-buku pelajarannya. Si ambis mah begitu! Kenapa sih?" ujar Kak Rafael—berbohong. Berharap kedepannya mereka tidak kesana lagi.

     Pat yang memutuskan menunggu geng Alana pergi, dan tak sengaja mencuri dengar percakapan mereka hanya menyeringai. 'Itu pasti hanya tipuan, karena membangun OKKAR adlah cita-citanya sejak lama!' batinnya.

     Alana yang tidak mudah percaya, keesokan harinya lagi tetap nekat membawa serombongan orang untuk mengecek kembali di angkringan itu, kembali mendapat kekecewaan lagi. Kak Rafly tidak ada disana. Hanya ada tiga orang seperti sebelumnya. Pun juga jawaban dari Kak Rafael yang tetap sama seperti sebelumnya, membuat Alana sebal bukan kepalang.

     Sekembalinya Alana bersama gengnya ke sekolah. Sebenarnya Alana masih ragu atas ucapan Kak Rafael, tetapi, melihat Kak Rafly sedang bermain basket bersama tim basket, Alana akhirnya yakin. 'Memang benar, bukannya Kak Rafly memang seharusnya sibuk dengan basketnya daripada berjualan bersama orang-orang tidak jelas itu?' batinnya terlalu yakin.

     "Bungkus mas." Pat tersenyum, tetap sabar menunggu Kak Rafly kembali berjualan kembali.

     "Kamu nggak seperti yang lain? Datang cuma waktu ada temen kita?" tanya Kak Rafael, menghentikan langkah Pat yang hendak duduk.

     Pat menghembuskan napasnya pelan, berusaha menjawab dengan santai. "Saya sih suka makanan disini! Lagian daripada temen mas yang itu, masih cakepan ketua tim futsal disekolah saya!" ujar Pat dengan meyakinkan—berbohong. Eh, tapi sebenarnya hal itu benar adanya kok! Ketua tim futsal disekolahnya memang ganteng, bisa jadi memang lebih ganteng daripada Kak Rafly. Namun, selain ganteng, Kak Rafly juga punya kharisma tersendiri yang membuatnya berbeda daripada yang lain.

     "Oh, makanan disini memang enak ya?" tanya Kak Ziel lagi, berbasa-basi.

     Pat mengangguk, kembali meyakinkan.

     "Kenapa suka pakai masker kak?" Kak Rafael kembali bertanya, basa-basi sebenarnya.

     "Banyak polusi disini, apalagi pusat kota kayak gini! Debu-debu gitu." Pat tersenyum wajahnya nampak serius, walaupun hatinya sedikit tremor, takut lidahnya keseleo menyebut nama salah seorang dari mereka.

erreurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang