JANGAN LUPA FOLLOW DULU!
Setelah baca harap tinggalkan vote dan komen yaww!
<3
Journal yang baru itu telah selesai dihias. Jika satu menit adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengisi lembaran terakhir journal lama mereka, maka lima menit adalah waktu yang dibutuhkan untuk konsep journal baru mereka. Nana yang ternyata jago menggambar, dengan senang hati menawarkan untuk menggambar animasi muka mereka. Hal tersebut tentu saja langsung disetujui oleh ketiganya.
Pat lantas memberi Nana fasilitas untuk menggambar. Tablet milik keluarganya. Mengetahui hal itu, Nana menjadi sungkan untuk menerimanya.
"Memangnya boleh, Pat? Kalau ada file penting gimana?" tanyanya, dia tidak mau menerima tablet yang dijulurkan Pat.
"Haish! Nggak apa-apa! Nggak akan bocor, kecuali kalian yang membocorkannya," jawab Pat dengan enteng, mengangkat bahu. "Umm, maaf, aku nggak ada pen buat nggambar. Kayaknya ada sih, cuma lagi nggak ada. Mungkin dibawa Mama."
"Nggak apa-apa kok!" Nana tersenyum. "Ini beneran boleh kan Pat?" tanya Nana memastikan.
Pat mengangguk, izin untuk turun kebawah lagi.
"Wah, asik! Ada konsumsi nih!" Nadira tertawa, menunjuk sesuatu yang dibawa oleh Pat.
"Ambil deh, ambil!"
Nana tertawa, kemudian teringat sesuatu. "Kau tahu satu hal tentang Kak Rafly, Pat?"
"Nggak mau dengar!" Pat menutup telinganya, menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Serius?" goda Nana, menaikkan sebelah alisnya.
Dipa memukul meja pelan. "Aku juga ada informasi tentang Kak Rafly!" ujarnya semangat, melupakan fakta bahwa Kak Rafly adalah penyebab kekacauan dalam persahabatan mereka. "Bodohnya aku, entah kenapa gitu ya! Meskipun kita lagi marahan, aku masih peduli sama dia! Waktu itu aku nggak sengaja nemuin kertas-kertas aneh di meja tamu, penasaran kan, aku buka deh, isinya tentang pemetaan yang sering dibicarain sama Kak Rafly dikantin! Aku langsung buru-buru buat foto dong! Waktu udah sampai kamar, baru inget kalau kita lagi marahan!" Pat menutup mulutnya, menggeleng-gelengkan kepalanya, kasihan pada dirinya sendiri.
"Itu berati, hatimu masih nyambung sama aku!" Pat nyengir lebar, memeluk bahu Dipa.
"Nggak usah kasih tahu Dip! Pat kayaknya sudah move on deh!" Nana tertawa.
"Yakin nggak mau?" ledeknya.
"Emang apaan sih, kayak penting banget!" tanya Pat gemas, tidak bisa memungkiri hatinya.
"ADADEH!" Dipa tertawa puas, memukul-mukul Pat.
"Ih! Serius Dipa!" Pat cemberut, beralih menatap Nana, "Emang kenapa sih Na?"
KAMU SEDANG MEMBACA
erreur
RomanceBagaimana rasanya mencintai seorang kakak kelas? Satu baru masuk, satu hendak lulus, secara diam-diam pula. Setelah perhatian-perhatian kecil, bahkan hingga pengorbanan besar, akankah rasa itu membuahkan hasil? Ini adalah sebuah kisah seorang Pat da...