Aku menjadi kaku dan menunduk karena tidak mampu melihat mata Daddy yang kini memandangiku,
"emm" Ucapku,
"jawab dengan benar!" Ucapnya tegas,
aku mengangkat kepala memberanikan diriku untuk melihat wajahnya yang serius,
"yah Daddy karena aku lelah bekerja waktuku terasa sia sia disana, aku ingin belajar sesuatu yang baru dan kurasa mengenai studio dan pekerjaan broadcasting disana sudah aku pahami Dadd hanya saja aku tidak mengerti jalan pikiran manajer yang ada disana ia terus membentakku dan mengataiku itu membuatku kesal kadang aku marah dan ingin memecatnya dari jabatannya itu tapi aku tidak bisa Dadd" Jawabku dengan sangat tulus, kurasa aku sedikit curhat kepada ayahku tentang apa yang sedang aku rasakan saat ini.
"Apakah kau keluar hanya karena alasan bodohmu itu?," Ucapnya yang membuatku membelalakan mata tak percaya,
"Dadd, aku mungkin bodoh atau mungkin kalah dengan tantanganmu tapi aku benar benar jenuh dengan ini" Ucapku serius,
"yah kau keras kepala," Ucapnya lalu mengambil kembali korannya kemudian membacanya tak menghiraukanku.
Lalu tiba tiba ia kembali berkata "jika kau tidak bekerja lalu apa yang akan kau lakukan?, apa kau akan menjadi anak yang memberontak pergi ke bar tiap malam dan menghabiskan masa mudamu dengan hal yang sia sia seperti itu?" Ucapnya lagi yang membuat wajahku memerah menahan emosi tak terima dengan ucapannya.
"Dadd, apa yang kau katakan?, apa kau akan terus memperkerjakanku ditempat itu? Dadd ini bahkan sudah hampir satu tahun aku disana dan lihat aku tidak bisa menjadi diriku seutuhnya, Dadd kumohon aku benar benar lelah dengan itu, soal ke bar aku bahkan tidak sering kesana dan soal masa mudaku, aku mungkin akan menjadi lebih sia sia jika terus berada di perusahaan dengan pekerjaan yang membosankan itu" Kataku kesal,
mood pagiku benar benar akan hancur Tapi aku mempertaruhkannya karena ini adalah kesempatan bagiku sebab Daddy ada disini dan ini adalah saatnya aku memohon untuk permintaanku.
"Aku akan masuk universitas jika aku akan keluar dari perusahaan itu, aku akan melanjutkan studi manajemen ku di Universitas Seoul Dadd" Ucapku pelan dan berusaha menjaga nada suara agar aku bisa mendapatkan permintaanku kepadanya tanpa adanya pertengkaran.
"Pikirkan lagi keputusanmu" Ucapnya lalu ia beranjak pergi meninggalkanku sendirian di ruang tamu.
Aku hanya terdiam membatu tak bisa berkata apapun, setelah Daddy pergi aku kemudian mengambil bantal sofa dan membantingnya dengan keras. Hari yang sangat sial oh Tuhan apakah ini kutukan mengapa orangtuaku berbeda.
Aku kesal dan pergi ke kamarku, kupikir aku akan mengurung diriku disana terlebih dahulu.
...
Author Pov
Sementara itu, Ayah Lisa dibalkon ruang kerjanya melihat pemandangan indah dari sana ia memikirkan mengenai apa yang baru saja dikatakan anak semata wayangnya itu, ia tidak ingin egois namun ia akan melihat sekuat apa usaha Lisa dengan permintaanya.
Tak lama kemudian seseorang masuk kedalam ruangan, itu adalah istrinya.
"Sayang, apakah kau sudah bicara dengan Lisa kita?" Ucapnya lalu memeluk suaminya dari belakang,
"ummm" Jawabnya lembut, "lalu apa kau sudah mengijinkannya?" Tanya istrinya lagi.
Lelaki itu kemudian berbalik dan memandangi istrinya dengan dalam, "sayang, kau tahu aku tidak akan membiarkan Anak kita menjadi seorang yang lemah dan tidak teguh pada pendiriannya, emm jika ia benar benar menginginkan kuliah, ia akan berusaha sekeras mungkin hingga aku mengijinkannya" Ucapnya tenang lalu tersenyum ke arah istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ITS MY FAULT - [JENLISA]
FanfictionKeputusan adalah sebuah tanggung jawab yang harus dijalani, melewati masa muda yang konyol dan penuh tantangan adalah sebuah keistimewaan bagi setiap orang tak terkecuali Bagi Lalisa Manoban. Keputusan Lisa menikmati masa muda yang ia sendiri tidak...