Author Pov
Rose dan Jisoo yang tengah berada di resto itu kini telah menyelesaikan makan siang mereka, bukan tanpa sebab dia mengajak kembali mantan kekasihnya bertemu dia bahkan menguatkan dirinya sebelumnya.
Tepat sesaat setelah Lisa pergi dari apartementnya dia berdiri menatap kota itu dengan damai, benar saja apa yang sedang dijalaninya akhir-akhir ini membuatnya sedikit putus asa.
kesepian dan frustasi dengan urusan pekerjaan dia membutuhkan hiburan yang benar-benar bisa membuatnya kembali bersemangat ketika menghadapi situasi pekerjaannya.
Tidak menunggu lama dia mendapat informasi tentang kampus Rose, hari ini dia tidak begitu mementingkan urusan pekerjaannya yang menumpuk, kembali mengejar harapannya yang sempat membuatnya putus asa beberapa waktu, kali ini dia tidak akan tinggal diam lagi.
sering menasehati Lisa untuk mengerti dengan keadaan dia akan mengaplikasikan sendiri ucapannya pada dirinya.
Hingga dia menutup mata dan mengeluarkan nafas berat dan mengumpul kekuatannya menemui Rose dan tepat sekali dia menemukan gadis itu disana, sejujurnya bukan hanya Rose yang merasakan gemetaran disetiap gerakannya Jisoo bahkan lebih berdebar hanya saja dia berusaha untuk menetralkan semuanya.
"Chaeng-ah, aku ingin bertanya sesuatu kepadamu" dia berbicara ketika mereka berdua selesai dengan makan siang itu.
gadis didepannya menatapnya dengan bingung, "silahkan saja, bukankah kita berteman" dia melontarkan kalimat itu mengingat awalnya Jisoo mengatakan jika mereka adalah teman sekarang.
"ahhh, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih karena menerima Lisa bersama kalian ketika dia berada di Seoul dan aku tidak menyangka jika Jennie adalah bagian dari keluargamu, benar-benar kebetulan yang sempurna" dia berbicara menatap wanita blonde didepannya dalam.
Rose menghela nafasnya jantungnya benar-benar berdebar dia tidak bisa mengeluarkan kata-kata yang lebih panjang atau suaranya akan bergetar, perasaan gugup benar-benar mengambil alih dirinya.
"aku hanya ingin mengatakan maaf saat itu, aku tidak bermaksud untuk tidak memperjuangkanmu hanya saja kupikir kita tidak akan direstui kau tahu sendiri hubungan macam ini tidak akan bisa diterima secara terang-terangan oleh beberapa orang" dia melanjutkan kalimatnya.
"namun aku salah, aku tidak berpikir jernih dan hanya menganggap dan terpaku dengan pandangan oranglain untuk kita, seharusnya aku berjuang seperti apa yang Lisa lakukan untuk Jennie" dengan perasaan yang dalam dia menatap gadis itu tak berkedip.
Rose hanya akan menangis ketika mengenang kembali hubungan singkat namun sangat membekas saat itu, dia tidak punya pilihan apapun ketika Jisoo tidak memperjuangkannya saat ayahnya menyuruhnya untuk datang dengan pasti dan memintanya.
"aku sangat salah, seharusnya aku lebih berani" dia tertunduk sekarang. Gadis didepannya terlihat berkaca-kaca apa yang terjadi sangat diluar nalarnya. Bagaimana mungkin Tuhan begitu adil dan mempertemukan mereka kembali.
"aku sadar ternyata aku hanya menginginkanmu, Chaeng aku ingin kita kembali seperti dulu, aku akan lebih berani atas ini, aku berjanji untuk tidak mengingkari apa yang aku katakan" dia menatap Rose dengan penuh harap.
Jisoo tidak pernah seperti ini kepada siapapun bahkan dia tidak pernah memperlihatkan wajah yang penuh harapan kepada Seulgi ataupun Lisa ketika suatu masalah benar-benar kalut dia lewati.
Rose masih diam tidak bergeming jauh dalam lubuk hatinya dia benar-benar menginginkan hal yang sama seperti apa yang dikatakan Jisoo barusaja.
hanya saja bibirnya tidak bisa mengeluarkan lebih banyak kalimat untuk mengekspresikannya. Hatinya terlalu lembut dan dia akan menangis sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ITS MY FAULT - [JENLISA]
FanfictionKeputusan adalah sebuah tanggung jawab yang harus dijalani, melewati masa muda yang konyol dan penuh tantangan adalah sebuah keistimewaan bagi setiap orang tak terkecuali Bagi Lalisa Manoban. Keputusan Lisa menikmati masa muda yang ia sendiri tidak...