CHAPTER #22

777 55 0
                                    

Author Pov

Mengetahui fakta bahwa Mark adalah cinta pertama Jennie saat itu membuat Lisa berpikir keras atas apa yang akan dilakukannya ditambah lagi kepercayaan yang diberikan oleh orangtua Jennie kepadanya itu adalah tanggungjawab yang harus dia lakukan saat ini.

"Eomma akan pergi secepat ini?" Rose berbicara ketika melihat Mrs. Kim sedang bersiap dan ada dua koper besar di depannya.

"hemm Eomma tidak akan lama, tinggalah disini temani unniemu dan Lisa, urusan yang benar-benar penting harus Eomma lakukan disana" dia menjawabnya sambil memperbaiki syal kecil dilehernya.

"aku merindukanmu nanti Eomma, jangan terlalu lama" katanya dan kini memeluk pinggang wanita yang berbeda generasi dengannya itu.

"tidak akan, katakan pada Jennie untuk berbuat baik dengan Lisa, dia gadis yang baik Eomma tidak akan lama dan akan kembali segera kesini ne" sambil mencium pucuk kepala Rose dia menyayangi gadis itu sudah seperti anaknya sendiri.

"kami menunggumu kembali Eomma" Rose mengencangkan pelukannya dan kemudian mencium pipi wanita itu sempurna.

"hemmm, jadilah baik dan jagalah unniemu" sekali lagi dia berpesan lalu pengawal segera membawa koper besar itu dan dia menyusul dibelakangnya.

Tidak bisa dipungkiri meski masih dalam suasana berduka, tidak menjadikan itu sebagai halangan untuk terus menjalankan bisnis.

sedikit egois dan memang itulah yang terjadi pada keluarga konglomerat ini, sebagai anak tunggal Jennie memang selalu merasa kesepian dan dianggap tidak dewasa dalam menilai beberapa situasi.

namun keberadaan dan posisinya yang tidak dimengerti oleh orang-orang terdekatnya dan berakhir mengatakan jika dia seperti anak kecil.

Di kamar Jennie Lisa masih dalam mode memeluknya erat, dia mungkin kesiangan karena tidur larut setelah makan malam bersama Rose, mereka bercerita banyak hal tentang Jennie kecil dan bahkan kehidupan SMA mereka.

Rose tidak akan menyembunyikan apapun lagi karena tahu jika Lisa sudah mendapat restu dan bahkan menjadi wasiat terakhir ayah Jennie.

Gadis munggil berpipi mandu itu membuka matanya perlahan mendapat wajah kekasihnya dihadapannya, tidak pernah bosan seakan menjadi kewajibannya sekarang dia harus bangun dengan Lisa yang berada disampingnya dengan posisi memeluknya.

Posisi tidur semacam itu selama mereka resmi menjadi pasangan tidak pernah berubah. Dia mengambil ciuman singkat dibibir gadis yang sedang tidur dihadapannya, tersenyum dan kemudian air matanya mengalir tanpa permisi.

Entahlah perasan haru datang bersamaan dengan rasa sedihnya karena mengingat Ayahnya yang pergi untuk selamanya.

"I Love You".

Dia berbisik tepat diwajah Lisa, nafasnya menerpa wajah gadis itu, yang membuatnya terusik dan membuka matanya, dia tersenyum dan kemudian mengertukan keningnya ketika melihat mata sembab itu kembali mengeluarkan air mata.

"honey!".

Suara serak dan dalam itu seakan menambah tangis Jennie menjadi dia menangis lebih tersedu sekarang. Tanpa aba-aba Lisa memeluknya erat, dia menciumi kepalanya.

"aku disini, aku disini untukmu humm" dia berbicara hampir berbisik, dia harus kuat dan tidak perlu menangis karena kekasihnya yang sedang dalam keadaan sangat rapuh.

"Lisa-yah gomawo, aku tidak tahu harus pergi kemana, terima kasih karena sudah ada disaat seperti ini, aku mencintaimu" dia berbicara diantara sesegukkan tangisnya.

"aku akan selalu ada untukmu, aku tidak akan membiarkan apapun terjadi kepadamu, berbagilah segalanya aku adalah bagian darimu humm aku mencintaimu lebih" Lisa berbisik dan suaranya akan bergetar karena suasana itu.

ITS MY FAULT - [JENLISA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang