Happy reading(◍•ᴗ•◍)❤
.
.
.
"Al-Aldrich?!"
Hahh.. Karna aku terlalu terobsesi memikirkan kondisi Axton saat ini, Aku jadi melupakan keberadaan kekasih pujangga╯﹏╰..
Tapi! Syukurlah jika dia terlihat baik-baik saja(* ̄︶ ̄*).
Melihat kemunculan Aldrich, Rikkard segera menghampirinya.
"Darimana saja kau, sobat?! Kenapa disaat seperti ini kau malah menghilang?! Kau bahkan sulit untuk dihubungi.." ujar Rikkard sembari memukul perut Aldrich, Aldrich yang merasa dipukul pun sempat meringis kesakitan.
"Axton.. Diaa.. Dokter berkata bahwa nyawanya kini dapat terancam dalam bahaya.." lanjut Rikkard dengan suara parau, sembari menenggelamkan kepalanya dipundak Aldrich.
"Aldrich.. Apa yang harus kita lakukan? Waktu terus berjalan.. Dan Eloise, dia memaksa agar diizinkan melakukan transfusi darah yang berkemungkinan, akan membahayakan nyawanya sendiri." lanjut Rikkard lagi.
Dapat kudengar kini suara Rikkard mulai terdengar tak stabil, dia terlihat seperti sedang menanggung beban yang sangat berat.. Yaa perlu kuakui, mendengar orang terdekat kita berada dalam keadaan diantara hidup dan mati seperti ini pasti begitu sangat menyesakan hati.
Ahh~ mengejutkan sekali.. Aku tidak menyangka walau mereka hanyalah sekumpulan berandalan liar, kesolidaritasan dan rasa kepedulian mereka memang bukan hanya isapan jempol belaka.
Bukan hanya Rikkard atau Aldrich saja, tapi aku juga bisa merasakan perasaan dan kekhawatiran yang sama dari para anak-anak lain.
Melihat suasana yang seperti ini, aku jadi samakin merasa bersalah.. Karna bagaimana pun akhirnya, semua takkan berubah, seluruh penyebab dari semua kekacauan yang terjadi saat ini adalah, diriku sendiri.Aaarrrgggghhhhhh.. Bodoh..
Jika saja aku lebih berhati-hati lagi saat itu, mungkin kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi! Sial.. Aku memang bodoh! Aku tak pantas hidu-
"Asha.. Semua akan baik-baik saja.. Kau bisa mempercayaiku kan?.." ujar Eloise yang sukses membuyarkan lamunanku sambil terus merangkulku.
Aku hanya tersenyum kecil menanggapi Eloise.
'Ahh.. Hangatnya..' batinku lega.
"NEEE ALDRICH! APA YANG HARUS KITA LAKUKAN?! INI RASANYA SANGAT MENYESAKAN!! AKU TAK BISA MEMBAYANGKAN KEMUNGKINAN TERBURUKNYA!" Teriak Rikkard yang kini diikuti dengan bulir-bulir liquid yang mulai terjatuh dipelupuk matanya.
Teriak kan Rikkard saat itu sukses membuatku dan seluruh manusia yang berada ditempat tersentak kaget melihat luapan emosi Rikkard yang begitu memilukan, bahkan Aldrich pun berekspresi seakan dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Heuk heuk.. Bi-bila kita tidak bisa mendapatkan pendonor yang cocok sesegera mungkin, keadaan Ax-Axton akan semakin memburuk. Dan kemungkinan terburuk, El-Eloise akan mengorbankan dirinya.." ujar Rikkard yang masih sesegukan. Aldrich hanya terdiam, seakan menyimak perkataan Rikkard yang sepertinya masih akan berlanjut.
"Da-dan bila itu sampai terjadi, aku tak bisa membayangkan kedua orang yang kusayangi akan terkulai lemah dirumah sakit ini.. Nee Aldrich, apa yang harus kulakukan?!" lanjut Rikkard yang kini mulai menguncang-guncangkan bahu Aldrich.
Aku sangat terkejut mendengar pernyataan Rikkard kala itu, aku sangat tak percaya seorang seperti Rikkard akan mengungkapkan seluruh perasaannnya disaat-saat seperti ini, terlebih lagi Eloise sebagai orang yang dimaksud pun wajahnya sudah semerah kepiting rebus saat mendengar pernyataan spontan Rikkard. Walaupun pernyataan Rikkard ini begitu sangat tidak asing ditelingaku●_●, huh dasar plagiator amatiran(¬_¬).
KAMU SEDANG MEMBACA
Meeting you Was Fate✓
Roman d'amour[JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT NYA GAES SEBELUM MEMBACA, TOLONG HARGAI JERIH PAYAH PENULIS, ARIGATOU(◍•ᴗ•◍)❤] Diawali dengan pertemuan kedua insan yang tak pernah berakhir manis ataupun pahit. Yah! Karena mungkin kata yang cocok itu adalah ASAM! kare...