Chapter 10

39 16 4
                                    

Happy Reading (◍•ᴗ•◍)❤

.

.

.

"Pelan-pelan! Tak bisakah kau pelan sedikit!? Entah mengapa kau bisa terlahir sebagai seorang wanita dengan perlakuanmu yang seperti ini!" teriak Dietrich.

"Ini sudah pelan! Kamu saja yang terlalu hyper!" Jawabku ketus.

"Tch. Sialan-. A-AADUHH! PELAN-PELAN SIALAN!" teriak Dietrich.

"Lemah.. Baru seperti ini saja sudah merengek! Mana yang tadi katanya 'luka seperti ini hanya seupil bagiku' hah?!" kataku sembari menekan punggungnya dengan kapas beralkohol yang sedang kupegang sekarang guna mengobati luka dipunggungnya.

"AW! SAKIT! MAU MATI?!" Bentak Dietrich.

"Diamlah sebentar! Kalau kamu tak bisa diam, tentu saja akan terasa lebih sakit! Sebaiknya kamu tahan saja dan jangan merengek terus seperti anak mami! Berisik tau!" jawabku dengan ketus.

"Oh begitu? Baiklah kemari, akan kuukir luka yang sama ditubuhmu. Agar kau dapat merasakannya." desis Dietrich dingin.

|Dietrich Illustration|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|Dietrich Illustration|

"Apa?!" Pekikku kaget.

"Bagaimana? Mau dicoba?" Lanjut Dietrich sembari membalikan badannya.

Huhh.. Sepertinya dia bersungguh-sungguh akan perkataannya, bodohnya aku yang sudah membentaknya sejak tadi༎ຶ‿༎ຶ.

"Ma-maafkan aku baginda yang mulia tuan Dietrich yang agung.. Maafkan ketidak sopanan hamba." ujarku yang mulai panik.

" ujarku yang mulai panik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|Ashley Illustration|

"Untuk apa kau meminta maaf? Kan kau sendiri yang bilang dengan mulut menjijikanmu itu, kalau aku lemah." jelasnya disertai tatapan kematian andalannya.

Meeting you Was Fate✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang