5.

3.6K 268 8
                                    

***

Wonwoo duduk di meja makan dengan Mingyu yang ada di sampingnya. Ia baru sembuh dari demamnya dua hari yang lalu.

"Masih merasa pusing?" Wonwoo menggeleng pelan.

"Sudah lebih baik.. Hanya saja masih merasa lemas"

"Itu karena kamu kurang makan! Kamu jadi tidak memiliki banyak tenaga.. Apalagi sekarang asupannya harus dibagi dua dengan si kecil juga" Mingyu mengusap perut Wonwoo di bawah meja.

Wonwoo tersenyum tipis.

"Aku akan berusaha makan lebih banyak.."

"Harus! Aku juga akan selalu memastikan kamu makan dengan baik. Katakan padaku jika kamu sedang menginginkan sesuatu! Aku akan langsung menurutinya.."

Wonwoo tersenyum sedikit lebih lebar dari sebelumnya, lalu mengangguk patuh.

"Eum"

"Aku membuat sup ayam.. Tidak pakai ginseng karena menurut artikel di internet itu tidak baik untuk orang hamil" Mingyu menyendok kuah hangat sup ayam buatannya. Meniupnya pelan, lalu menyuapkannya untuk Wonwoo.

Wonwoo menerima suapan itu tanpa ragu. Mengecap rasanya sejenak sebelum mengangguk dengan senyumannya.

"Enak.."

Mingyu tersenyum senang mendengar pujian Wonwoo. Ia kembali menyuapi Wonwoo hingga pria manis itu merasa kenyang.

Meskipun hanya mampu menghabiskan semangkuk nasi dengan dua potong ayam, tapi itu sudah bagus. Karena sejak Wonwoo tinggal di rumahnya, ia hanya mau makan sedikit. Bahkan hanya setengah mangkuk nasi dan sedikit lauk.

"Ini vitamin dari Dokter Jung. Kemarin aku pergi berkonsultasi karena demammu tidak segera turun. Dan Dokter Jung memberikan beberapa obat serta vitamin untuk kamu" Wonwoo mengerjap pelan sembari menatap botol vitamin yang Mingyu berikan.

"Aku tahu kamu belum bisa menerima sepenuhnya.. Tapi vitamin ini juga berfungsi untuk menjaga imunmu.. Jadi—"

"Harus diminum berapa kali?"

"Y-ya? Oh, kata Dokter Jung cukup satu kali sehari.. lebih efektif setelah sarapan" Wonwoo mengangguk.

Ia meraih gelas minumannya, lalu menegak setengah isinya bersama satu butir pil dari botol vitamin yang Mingyu berikan.

Pandangannya kemudian turun. Menatap perutnya yang kini terasa lebih lega karena sejak tinggal di rumah Mingyu, ia tidak lagi menggunakan korsetnya. Mingyu yang melarangnya dengan alasan khawatir benda itu akan mengganggu pernafasan Wonwoo.

"Dia harus tetap kuat agar bisa bertemu Ayahnya kan?" Gumam Wonwoo sembari mengusap perutnya.

Mingyu tersenyum penuh haru. Lalu mengangguk semangat menanggapi ucapan Wonwoo. Ia meraih kepala Wonwoo dan mengecup dahinya sayang.

"Eum. Baby dan Papanya harus selalu kuat"

Ia kemudian menarik Wonwoo ke dalam pelukannya. Menyandarkan kepala remaja usia 18 tahun itu di pundak lebarnya.

"Aku menyayangi kalian.."

Wonwoo balas memeluk tubuh gurunya itu.

'Aku juga..'

.

"Aku pulang!" Mingyu berseru sembari melepas sepatunya.

"Wonwoo?" Mingyu mengernyit saat tidak menemukan keberadaan Wonwoo di ruang tengah maupun di dapur.

Ia kemudian berjalan menuju kamar tamu yang kini menjadi kamar Wonwoo sejak pria manis itu tinggal bersamanya.

Mingyu membuka pintu itu perlahan. Dan ia melihat Wonwoo sedang membaca buku di ranjangnya.

"Aku pulang.." Wonwoo menoleh ke arah pintu yang sedikit terbuka. Menampilkan Mingyu yang muncul di balik pintu dengan pakaian kerjanya.

"Kenapa lama sekali?"

"Maaf eum? Cukup sulit mencari buah yang kamu mau.."

Wonwoo mengecurutkan bibirnya. Ia meletakkan bukunya, lalu membenarkan letak kaca matanya.

"Dapat buahnya?"

Mingyu mengangkat tas kecil yang dibawanya. Membuat Wonwoo tersenyum senang dan segera turun dan berlari kecil menghampiri Mingyu.

"Jangan berlari Wonu! Baby bisa terguncang di dalam perut" tegur Mingyu sembari memeluk pinggang Wonwoo yang kini sudah ada di hadapannya.

"Hehe.."

Mingyu merangkul bahu Wonwoo. Membawa pria manis itu menuju ruang makan. Ia meminta Wonwoo untuk duduk dan menunggu di meja makan. Sementara ia pergi untuk mencuci buah yang Wonwoo minta menggunakan baking soda.

"Kenapa tiba-tiba kamu menginginkan buah ini? Aku bahkan belum pernah mencobanya karena buah ini tidak tumbuh di Korea"

"Aku membaca di buku ibu hamil. Buah ini mengandung asam folat yang baik untuk kandungan. Aku jadi ingin mencobanya" jelas Wonwoo. Ia mencoba membuka kulit manggis yang cukup keras menggunakan kedua tangannya.

"Iya? Aku baru tahu." Mingyu meraih buah manggis di tangan Wonwoo. Lalu membukanya dengan mudah.

"Emm~ Wah!"

"Enak?"

"Eung! Rasanya asam manis! Ini enak" Mingyu tersenyum lebar saat melihat Wonwoo yang begitu lahap memakan isi buah yang dimintanya.

"Habiskan! Nanti aku carikan lagi jika kamu masih ingin"

"Eung! Tapi—aw!" Wonwoo mengerang saat merasakan nyeri dari dalam perutnya.

"Ada apa?!" Mingyu langsung panik seketika. Wonwoo menatap wajah Mingyu dengan tatapan sayunya.

"Bisa tolong usap perutku? Bayimu menendang sangat kuat. Rasanya sakit.."

Calon ayah itu membulatkan matanya. Ia langsung mengusap perut Wonwoo dengan sebelah tangannya. Sedangkan sebelah tangannya lagi digunakan untuk merangkul lembut pinggang Wonwoo.

"D-dia.. Menendang..?"

"Eum. Sejak kemarin lusa sudah mulai terasa. Dan tadi adalah tendangan terkuat sejauh ini" jelas Wonwoo sembari tersenyum simpul.

Mingyu bergumam 'wah' dengan wajah takjubnya. Ia terus mengusap perut itu. Berharap bisa merasakan tendangan si bayi dengan tangannya.

Duk

"Shh"

"Oh! Dia menendang lagi! Kamu merasakannya kan?! Bayi kita menendang! Dia sehat!" Mingyu berseru penuh semangat. Entah mengapa rasanya ia senang sekali saat merasakan tendangan itu.

"Baby, ayo menendang lagi!"

"Itu sakit hyung.."

"Eh? Benarkah?" Wonwoo mengangguk dengan bibir manyunnya.

"Jangan menendang keras-keras eum? Pelan-pelan saja.."

Wonwoo kembali menikmati manggisnya. Mengabaikan Mingyu yang masih asik mengajak bayinya bernegosiasi sembari mengusapi perutnya.

"Anak ayah sangat pintar~"

***

TAKDIR [Meanie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang