7.

3.1K 255 5
                                    

***

Waktu makan malam telah tiba. Mingyu dan Wonwoo duduk bersisihan di meja makan. Berhadapan langsung dengan orang tua Kim yang kini juga ikut duduk di meja makan bersama mereka.

"Kalian tunggu apa? Ayo makan!" Ibu kim mengambil sepotong telur gulung, lalu meletakkannya di atas mangkuk nasi suaminya. Memberi isyarat agar suaminya itu memulai makannya dengan tenang.

"Wonwoo juga makan eum? Ibu buatkan sup rumput laut khusus untuk Wonwoo karena itu baik untuk kandungan! Ibu juga sering makan itu saat sedang hamil Mingyu dulu"

Wonwoo mengangguk pelan. Lalu dengan ragu mulai menyendok supnya.

"Makan saja. Istriku adalah yang terbaik dalam hal memasak" Wonwoo kembali menciut saat mendengar suara ayah Kim yang seperti masih belum bersahabat dengannya.

"Ayah menakuti Wonwoo!" Ayah kim mengangkat pandangannya. Lalu menatap anggota termuda di meja makan itu dengan penasaran. Ia menghela nafasnya dan memilih kembali menutup mulutnya.

"Makan eum?" Mingyu mengambil secuil daging ikan panggang menggunakan sumpitnya, lalu meletakkannya di atas mangkuk nasi Wonwoo.

Ia tersenyum lembut. Berusaha menenangkan Wonwoo agar pria manis itu mau makan.

Setelah memastikan Wonwoo mulai memakan makanannya, Mingyu juga ikut makan dengan tenang. Sesekali ia akan mengambilkan lauk untuk Wonwoo supaya pria manis itu makan dengan lahap.

"Bagaimana supnya? Wonwoo suka tidak?"

"E-eum.. Rasanya enak.. Itu, tidak asin—ah maksudnya pas" Wonwoo menjawab gugup. Ia benar-benar tidak bohong tentang rasanya karena memang benar-benar enak.

Ibu kim tersenyum gemas. "Lain kali akan ibu buatkan lagi untuk Wonwoo! Ah, atau ingin ibu ajari cara membuatnya?"

"Wonwoo tidak bisa memasak ibu.." Mingyu berucap santai sembari memilihkan daging ikan untuk Wonwoo. Memastikan tidak ada duri ikan yang tertinggal disana.

Sedangkan Wonwoo, ia kini semakin ciut karena merasa tidak memiliki kelebihan apapun.

"Ah, begitu.. Tidak apa! Mingyu cukup baik dalam urusan memasak. Nanti ibu ajari Mingyu saja agar bisa memasakkan itu untuk Wonwoo!" Mingyu mengangguk setuju. Ia mengusap puncak kepala Wonwoo pelan agar pria manis itu merasa nyaman dan kembali melanjutkan makannya.

"Omong-omong, usianya sekarang berapa?"

"Siapa?"

"Baby kim! Tentu saja!" Mingyu berdehem singkat. Menerka-nerka usia sang bayi dihitung sejak mereka bertemu Dokter Jung beberapa minggu lalu.

"Kira-kira 25 minggu. Entah, kami belum mengeceknya lagi ke dokter"

"Tsk. Periksakan dengan benar! Pastikan bayimu baik-baik saja dalam semua hal" Ayah Kim ikut menyahut karena merasa tidak puas dengan jawaban Mingyu.

Pria tan itu kembali mengangguk. "Iya Ayah.. Aku akan buat reservasi untuk cek up kehamilan dalam waktu dekat"

"Wonwoo."

Wonwoo berjengit kecil. Lalu mengangkat wajahnya dan menatap Ayah Kim takut-takut.

"Mau bagaimanapun ini juga salah Mingyu. Sebagai pihak bersalah disini, biarkan dia bertanggungjawab penuh. Dan kamu bisa katakan pada ayah jika dia tidak memenuhi tanggungjawabnya. Mengerti?"

Meskipun masih sedikit ketakutan, Wonwoo tetap mengangguk patuh mendengar ucapan Ayah Kim.

"Tolong jaga diri kamu dan cucu Ayah eum? Kalian sudah menjadi bagian dari keluarga Kim sekarang."

.

Karena Ayah dan Ibu Kim memang berencana untuk menginap beberapa hari ke depan, jadi untuk sementara Wonwoo akan tidur di kamar Mingyu karena kamar tamu akan digunakan oleh orang tua Kim.

"Ibu tidak mau tahu ya Mingyu! Baby sekarang sudah tambah besar, jadi cepat urus kejelasan hubungan kalian! Ibu tidak mau ya jika cucu Ibu lahir disaat kedua orangtuanya masih tidak jelas begini statusnya!"

Mingyu menghela nafasnya saat mendapat omelan dari Ibunya. Iya, baginda ratu sedang mengomel karena tahu jika anaknya belum juga bergerak untuk meresmikan hubungannya dengan Wonwoo.

"Iya Ibu.. Aku usahakan. Masalahnya akhir-akhir ini aku masih sibuk dengan pekerjaan. Jadi belum sempat"

"Makannya bicarakan pada orang tua! Bukannya disembunyikan! Anak nakal!

"Iya ibu.."

"Tidak perlu acara meriah dulu. Yang penting pernikahan kalian sah agama dan terdaftar di negara. Nanti setelah baby lahir baru kita rayakan. Mau dibuat semeriah mungkin juga tidak masalah"

"Eum"

"Bagaimana dengan restu keluarga Jeon?"

"Aku sudah pernah ke sana dua kali, dan mereka bilang tidak mau ikut campur. Mereka benar-benar melepas Wonwoo dari ikatan keluarga begitu saja" jelas Mingyu pelan. Merasa miris karena calon suaminya dibuang dari keluarga akibat mempertahankan bayinya.

Ibu kim menghela nafasnya. "Tidak bisa menyalahkan mereka juga. Mereka pasti benar-benar kecewa karena ini bukan hal kecil yang bisa dengan mudah di maklumi. Jika keputusan mereka begitu, ya sudah. Yang penting kamu harus tetap meminta izin mereka untuk menikahi Wonwoo. Juga, sampaikan undangan pernikahan kalian baik-baik. Jika mereka mau datang ya syukur, jika tidak ya sudah. Yang penting kamu sudah berusaha menyampaikan dengan baik. Besok lagi biar Ayahmu ikut menemui calon besan kita"

Mingyu mengangguk paham.

"Memang terdengar sulit sih, tapi tidak ada yang mustahil juga. Apalagi Wonwoo itu anak tunggal. Dan kedudukan seorang cucu akan selalu lebih tinggi tahtanya di mata kakek dan neneknya. Kalian bisa mulai meluluhkan hati keluarga Jeon setelah Baby lahir. Untuk sekarang, fokus saja pada kesehatan menantu dan cucu Ibu!"

.

"Wonwoo"

"Iya tuan?"

"Terimakasih karena mau mempertahankan keturunan keluarga Kim. Ayah tahu mungkin ini masih terasa begitu berat dan menyakitkan untuk kamu. Tapi Ayah berjanji akan selalu menerima kalian. Kamu sudah menjadi bagian dari keluarga Kim meskipun belum diakui oleh negara. Dan sudah tanggung jawab kami untuk menjaga kamu dan Baby dengan baik."

Wonwoo menunduk. Berusaha menahan air matanya.

"Jadi tolong terima niat baik kami.. Tolong terima Mingyu menjadi suami kamu. Biarkan anak nakal kami itu bertanggungjawab atas kehadiran si kecil Kim yang akan lahir sebentar lagi.."

"Kamu tidak perlu khawatirkan masa depan. Tidak peduli apapun yang akan terjadi kedepannya, Ayah dan Ibu akan selalu menerima Wonwoo dan baby sebagai anak dan cucu kami.. Bagian dari keluarga Kim yang sangat berharga"

**"

TAKDIR [Meanie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang