8.

3.1K 230 12
                                    

***

Mendekati akhir tahun, Mingyu resmi mengesahkan hubungannya bersama sang pujaan hati dalam ikatan pernikahan. Kini mereka sudah resmi menjadi sepasangan suami yang diakui oleh agama dan negara.

Acara pemberkatan dilakukan dengan begitu sederhana. Bahkan benar-benar sederhana. Hanya ada kedua orang tua Kim dan seorang pendeta yang menuntun prosesi pernikahan mereka.

"Maaf karena sudah merenggut masa muda mu Wonu-ya.. Aku berjanji akan mengganti pengorbanan mu ini dengan selalu berusaha membahagiakan mu dan anak kita. Aku mencintai kamu dan Baby begitu tulus. Kalian adalah bagian dari nyawaku sekarang. Jadi tetaplah bersamaku"

Tidak ada pesta mewah ataupun sederhana. Karena pada nyatanya, setelah selesai mengucap janji suci, Mingyu langsung memboyong suaminya yang tengah mengandung itu untuk kembali ke rumahnya.

"Ayah dan Ibu yang akan mengurus masalah sekolah Wonwoo karena tuan dan nyonya Jeon sepertinya tidak akan bertindak apapun" final Ayah Kim setelah Mingyu melaporkan tentang kelanjutan sekolah Wonwoo yang tidak terurus setelah pria manis itu pergi begitu saja tanpa kabar.

Hingga detik ini tidak ada yang mengetahui tentang kabar dan keberadaan Wonwoo. Bahkan tentang pernikahan Mingyu pun tak ada yang tahu. Mereka berdua benar-benar berusaha menutup rapat-rapat hubungan mereka dari mata publik.

.

Usia kandungan Wonwoo kini sudah memasuki bulan ke tujuh. Tinggal menunggu beberapa minggu lagi hingga bayi mereka siap untuk dilahirkan.

"Hyung.."

"Eum?"

"Akhir-akhir ini entah kenapa aku merasa baby jadi lebih tenang dari biasanya"

"Benarkah?"

"Eung. Sudah dua hari ini. Bahkan sejak tadi pagi aku tidak merasakan tendangan atau gerakan apapun"

Mingyu mengalihkan pandangannya pada Wonwoo yang nampak begitu khawatir di sisinya. Pria manis itu nampak menatap perutnya sendiri sambil mengusap-usapnya pelan.

"Apa kamu merasa pusing? Atau mual mungkin?"

"Tidak.. Hanya saja kemarin sempat merasa keram perut. Tapi hanya keram seperti biasanya saja" adu Wonwoo. Wajahnya terlihat semakin khawatir.

Tidak biasanya bayi kecilnya itu anteng begini.

"Besok kita pergi bertemu Dokter Jung em? Untuk sekarang Wonu istirahat saja okay?"

"Temani.."

"Iya sayang.. Sebentar Hyung bereskan ini dulu" ucap Mingyu sembari mengumpulkan lembar-lembar hasil ujian anak didiknya.

.

Mingyu duduk lemas di depan ruang operasi. Di dalam sana Wonwoo tengah ditangani oleh para dokter guna mengeluarkan bayi mereka yang sudah tidak bernyawa.

"Maaf.. Tapi bayi kalian sudah meninggal sejak dua hari yang lalu. Dia terlalu banyak bergerak sehingga membuatnya terlilit tali pusarnya sendiri. Saya turut berduka atas hal ini. Semoga kalian bisa mengikhlaskannya."

Mingyu kembali menangis saat mendengar ucapan Dokter Jung. Ia terisak penuh sesal atas kejadian ini.

Ya. Mereka kehilangan bayi mereka.

"Mingyu!"

Ibu Kim berlari menghampiri Mingyu dan memeluk erat tubuh anaknya itu sembari ikut menangis. Mereka baru saja datang dari Anyang begitu Mingyu mengabari mereka tentang keadaan Wonwoo.

"Ibu.. Baby bu.. Anak Mingyu.." gumam Mingyu di sela isakannya.

"Ini salah kami.. Baby membenci kami karena dulu kami tidak menginginkannya.. Sekarang dia benar-benar pergi bu"

TAKDIR [Meanie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang