13.

2.6K 207 2
                                    

***

"Nah, ayo turun"

"H-hyung.." Wonwoo menahan tangan Mingyu yang hendak turun dari mobilnya. Mereka kini sudah sampai di Seoul. Mingyu juga sudah memarkirkan mobilnya di dekat rumah kedua orang tua Wonwoo yang ada di ujung jalan.

"Kenapa?"

"A-aku.." Wonwoo menelan ludahnya kasar. Matanya bergetar dengan wajah khawatirnya.

"Sayang.." Mingyu menggenggam kedua tangan Wonwoo. Mengecupnya pelan dengan penuh perasaan.

"Ayo. Ibu sudah menunggu.." Mingyu melepas genggaman tangan mereka. Lalu bergegas menuju pintu samping kemudi dan membukakan pintu untuk Wonwoo.

Meski enggan, Wonwoo tetap menerima uluran tangan suaminya dan memijakkan kaki di daerah tempat tinggalnya dulu.

"Tidak apa. Aku kan disini? Kamu tidak akan sendirian" Mingyu meyakinkan Wonwoo yang kini terlihat segan untuk melangkah menuju rumah keluarganya. Padahal tadi pagi ia yang begitu semangat sampai-sampai terjaga sejak fajar.

"Takut ayah.."

"Tidak apa sayang.. Ayo"

Perlahan namun pasti, Mingyu menuntun suaminya itu untuk memasuki pekarangan rumahnya yang nampak lebih bersih. Terlihat seperti baru saja dibersihkan beberapa waktu lalu.

"Wonwoo! Akhirnya kalian sampai.." Ibu Jeon langsung memeluk erat putranya. Ia juga mencium kedua pipi Wonwoo yang menurutnya semakin berisi.

"Selamat siang bu"

"Selamat siang menantu ibu.." Ibu Jeon beralih memeluk menantu tingginya yang begitu sopan padanya.

"Ayo masuk! Ayahmu masih belum pulang.. Mungkin masih banyak kerjaan"

Keluarga Jeon bukanlah orang berada. Ayah Jeon bekerja di pasar sebagai kuli angkut. Sedangkan Ibu Jeon berjualan tteokbokki dan beberapa gorengan di dekat pasar. Begitupun Wonwoo yang ikut bekerja paruh waktu saat masih sekolah dulu demi memenuhi kebutuhan jajannya sendiri.

Meski terlihat sulit, nyatanya hidup mereka cukup damai karena tidak terlilit hutang apapun. Mereka lebih memilih hidup seadanya daripada meminjam uang demi kenikmatan sementara. Yang penting bisa makan saja mereka sudah bersyukur.

"Ibu masak banyak hari ini.. Ibu juga buatkan gamjajeon karena Nyonya Kim bilang nak Mingyu suka itu"

"Maaf jadi merepotkan Ibu begini.." ucap Mingyu tidak enak.

"Tidak repot! Ibu terlalu senang karena kalian akan datang.. Ibu jadi bersemangat ingin melakukan apapun" Ibu Jeon mengusap tubuh anaknya yang terus menempel padanya.

"Tsk. Kamu ini! Sudah punya suami kenapa masih manja begini!? Tidak malu eh?"

Wonwoo menggeleng tidak peduli. Ia hanya ingin bermanja pada ibunya.

"Apa Wonwoo juga begini jika di rumah? Dia manja ya?"

"Eum. Sangat manja. Seperti bayi" Wonwoo menatap tajam suaminya yang kini tertawa puas.

"Tidak boleh begitu! Kamu bisa sangat merepotkan suamimu dengan semua tingkah manjamu ini!"

"Tidak apa bu.. Aku senang dengan sifat manjanya itu. Dia sangat menggemaskan" kali ini Wonwoo bersembunyi di pelukan ibunya lantaran malu. Benar-benar seperti bayi.

"Aiihh.. Dasar bocah!"

"Wonu sudah besar ibu!"

"Kamu tetap bayi! Benar kan nak?"

"Eum! Bayi menggemaskan"

"Hyung~"

Keduanya tertawa karena senang bisa mengusili yang lebih muda.

Brak!

Ketiganya terkejut saat melihat pintu rumah yang terbuka kasar. Menampakkan sang kepala keluarga yang berdiri dengan wajah tak bersahabatnya.

"A-ayah.."

Tuan Jeon mengambil langkah besar. Ia langsung menghampiri anaknya yang berada di dekat istrinya.

"Sini!"

"Yeobo!"

"A-ayah! Akh-"

Ketiga orang disana langsung panik saat Ayah Jeon menggenggam lengan Wonwoo dan langsung menariknya kasar.

"Ayah-hiks.."

Tuan Jeon mendorong tubuh anaknya hingga terjatuh di teras rumahnya. "Untuk apa kamu datang lagi?! Pergi!" Sentak Tuan Jeon membuat Wonwoo menangis ketakutan.

Mingyu pun langsung pasang badan untuk melindungi suaminya. Ia memeluk erat tubuh kecil itu sebagai tameng dari Ayahnya. Ia kini memunggungi Ayah Jeon demi menutupi pandangan Wonwoo dari wajah murka Ayahnya.

"Kamu gila huh?! Sampai kapan kamu akan begini?! Dia anakmu juga Jeon!"

"Aku tidak pernah punya anak memalukan seperti dia!"

"Begitu? Kalau begitu kamu juga tidak akan pernah punya istri yang melahirkan anak memalukan seperti yang kamu katakan! Aku tidak akan diam saja jika kamu menyakiti anakku lagi!"

"Tidak akan aku biarkan. Masuk kamu"

"Tidak!"

"JUNG SOHEE MASUK SEKARANG JUGA!"

"Akh!"

"Ibu! Ibuu—Ayah tolong.. Hiks! Jangan sakiti ibuku! Aku mohon hiks! Aku akan pergi.. Tapi tolong jangan seret ibuku.. Ibu kesakitan.." Wonwoo dengan berani meraih tangan Ayahnya yang lain. Ia berlutut sembari menggenggam tangan berurat sang Ayah. Ia benar-benar ketakutan sekarang. Bahkan tangannya bergetar hebat. Tapi ia tidak bisa membiarkan Ibunya kesakitan demi dirinya.

"Wonu-ya!" Ibu Jeon ikut menangis saat melihat putranya bersimpuh di depan suaminya.

"Aku mohon.. Jika Tuan tidak menginginkanku, tidak apa.. Tapi tolong jangan sakiti Ibuku.. Aku mohon" Wonwoo terisak keras. Ia menggenggam kuat tangan Ayahnya yang terkepal.

"Aku mohon.." lirih Wonwoo di sela isakannya.

Tuan Jeon mengeraskan rahangnya. Ia kemudian menyentak tangan Wonwoo. Dan tetap membawa istrinya untuk masuk ke dalam rumah.

Ia membanting keras pintu rumahnya. Membiarkan Wonwoo menangis di teras rumahnya ditemani oleh Mingyu yang memeluknya erat.

"Ibu.. Hiks.. Ayah.."

"Maafkan aku.. Hiks.. Aku sungguh berdosa.. Aku bukanlah anak yang baik.. Aku bukanlah anak yang bisa dibanggakan.."

"Aku mengecewakan Ayah dan Ibu.. Aku menghancurkan kepercayaan kalian.. Aku sungguh menjijikkan"

"Meskipun Ayah tidak akan pernah menganggapku lagi, tapi kalian tetap orangtua ku.. Aku tidak akan pernah membenci kalian.. Aku tidak akan menyimpan dendam apapun.. Aku masih tetap menyayangi kalian.. Aku hanya memiliki kalian di dunia ini.."

"Maaf karena kalian memiliki anak yang buruk seperti aku.. Aku menyesal.. Sungguh.."

Mingyu menangis mendengar semua ucapan Wonwoo. Ia tetap pada posisinya. Memeluk si manis sembari membiarkannya mengeluarkan semua isi hatinya. Setidaknya Wonwoo akan merasa lega setelah ini.

"Terimakasih telah membesarkan aku.. Aku menyayangi kalian.."

Cklek

"Masuk"

***

TAKDIR [Meanie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang