~ Happy Reading ~
"Maksud lo?" tanya Jena heran. Kedua alis wanita itu menukik tajam. Jenara tak habis pikir, aneh bukan? Jika Jeffrey menerima perjodohan ini, namun lelaki itu meminta agar Jena tak jatuh cinta kepadanya.
"Hati saya sudah terkunci, dan kuncinya sudah tiada" jawab Jeffrey.
"Gue emang sabar sih Jeff, tapi beneran lo ngeselin. Ngomong yang jelas" geram Jenara.
"Setelah kita menikah, atau bahkan jika waktunya sudah tepat, akan saya ceritakan. Ini masa lalu saya, menyakitkan. Seharusnya kamu paham, kenangan kelam tak pernah ingin untuk diingat kembali" Jeffrey berbicara dengan senyum yang terus tersungging.
Lelaki ini penyabar, begitu pikir Jena. Atau mungkin Jeffrey hanya bersikap profesional? Lelaki itu terus berbicara dan menanggapi pertanyaan Jena dengan suara yang lembut dan santai. Atau Jeffrey ini lelaki yang terlalu bersantai? Jenara pusing.
"Ya udah, gue juga ga akan kepo. Sekarang, coba lo pikirin lagi ya? Jangan buru-buru banget, main udah setuju aja sama perjodohan ini"
"Jawaban saya tetap sama, saya menerima perjodohan ini"
Jenara memejamkan matanya. Kenapa Jeffrey begitu kekeh, "Jeff, pernikahan itu bukan mainan"
"Saya tidak pernah mengatakan hal itu, saya juga serius. Meskipun kita tidak saling mencintai, saya akan tetap melakukan kewajiban dan hak saya sebagai suami. Saya harap kamu juga seperti itu"
"Gini deh, lo pikir aja. Lo bilang bakal ngelakuin kewajiban dan hak lo sebagai suami, begitu juga gue. Lo pikir, nanti lama kelamaan apa gue ga bakalan suka sama lo? Gue ga bakalan jatuh hati sama lo? Lo nikahin gue, udah niat buat nyakitin gue ya?" Jenara sudah mulai emosi. Nada bicaranya mulai naik.
Jeffrey sangat paham dengan apa yang Jenara katakan. Ia jadi bingung sekarang, "Begini saja, kita nikah kontrak. Setelah satu tahun, kita bercerai"
"Lo gila Jeff? Ini namanya lo mainin pernikahan! Udah dibilangin tolak aja sih" emosi Jenara meledak.
"Saya sudah bilang, saya tidak bisa menolak kedua orang tua saya. Mama sangat menyukai kamu Jenara"
Jenara bergeming. Wanita itu mengacak rambutnya asal. Kenapa makan malam yang Jena bayangkan hanya akan menikmati sajian lezat itu kini menjadi kejutan yang sama sekali tak Jena sukai.
"Kalo gue kekeh tolak pun, lo bakal kekeh terima. Gue yakin, kalo lo kekeh terima orang tua gue bakal kekeh juga buat paksa gue terima"
Melihat wajah frustasi Jena, Jeffrey justru tersenyum. Wanita di hadapannya ini terlihat begitu menggemaskan menurutnya, "Makanya nikah sama saya ya? Selamanya Jena, saya bakal bikin kamu bahagia, meskipun tanpa cinta. Saya jamin itu"
"Lo bikin gue bahagia, lo berharap gue ga bakalan jatuh hati sama lo? Plis deh Jeff, wanita mana yang ga bakal jatuh hati sama lo. Punya kaca ga sih di rumah?"
Jeffrey terkekeh, "Kita kembali saja, kamu makin ngawur"
"Gue belum selesai ya!" ucap Jena sedikit berteriak pasalnya Jeffrey sudah berjalan mendahuluinya.
Lelaki itu malah berbalik, "Ayo, ga baik ngebuat orang tua nunggu" ia mengulurkan tangannya untuk di gandeng oleh Jenara.
Namun, wanita itu berjalan melewatinya begitu saja. Jeffrey kembali terkekeh gemas. Saat sudah kembali masuk kedalam ruangan tempat mereka tadi dan sudah kembali duduk, pertanyaan tiba-tiba dilayangkan kembali oleh Garda, papa Jeff.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Substitute, but True Love
Romance"Aku ga akan pernah berusaha untuk jadi dia. Aku mau, kamu cinta aku murni karena itu aku, bukan karena aku mirip dia. Ini aku, dan tetap akan seperti ini" "Rasa nya lebih sakit waktu aku takut kehilangan kamu, daripada saat aku sudah kehilangan di...