~ Happy Reading ~
Hari ini Jenara berangkat ke bakery di antar oleh Jeffrey, tentu saja. Mereka baru berangkat saat pukul sepuluh. Sepertinya Jeffrey akan menemani istrinya itu di bakery sampai selesai. Tapi nyatanya Jeffrey begitu bosan hanya berdiam diri, menunggu Jenara di ruangan wanita itu. Jenara tak memperbolehkan Jeffrey untuk masuk ke area dapur, sepertinya istrinya itu takut Jeffrey mencuri resep rahasia. Tidak, bukan seperti itu. Untuk apa pula kan Jeffrey ikut ke sana, lebih baik menunggunya di ruangan Jenara. Mendengarkan musik, atau memakan cemilan yang ada disana. Berbagai rasa macaron dan snack kecil selalu ada di meja Jenara.
Jika kalian ingat istrinya itu mengatakan hanya ada 'dua' pesanan, yang dimaksud dengan 'dua' oleh Jenara itu adalah 'dua, puluh'. Ya benar, dua puluh pesanan cake untuk hari ini. Satu hari tepat setelah mereka menikah. Seharusnya keduanya kini tengah bermesraan dirumah, namum tak apa, Jeffrey masih punya banyak stok kesabaran.
Saat ini hari sudah mulai gelap. Makan siang tadi, Jeffrey memesan makanan untuk seluruh karyawan Jenara. Tak begitu banyak, hanya sekitar lima belas sampai dua puluh orang saja. Semuanya begitu sibuk, sampai mereka baru memakannya pada pukul tiga sore. Jenara beberapa kali menyuruh Jeffrey untuk pulang saja, namun lelaki itu menolak. Hanya menunggu dan sekedar duduk, itu tak melelahkan sama sekali. Begitu kata Jeffrey.
Raja mengetuk pintu ruangan Jenara, dan langsung masuk setelah mendapat sahutan. Ia melihat suami dari bos sekaligus sahabatnya itu tengah membaca majalah yang ada di meja kecil samping sofa.
Berjalan ke arah Jeffrey yang tengah duduk di sofa. Raja meletakkan kopi dan cheese cake disana, "Kata bu bos habis makan ini, lo pulang aja. Nanti dia gue anterin, ga sampe jam sepuluh. Lo tenang aja, bang"
Jeffrey tersenyum. Menutup majalah tersebut lalu meletakkannya kembali, "Saya emang bosen, tapi dirumah sendirian lebih bosen. Mending disini, meskipun gaada yang bisa saya ajak ngobrol, tapi diluar rame"
Raja mengangguk–anggukkan kepalanya, "Oke deh kalo gitu, gue lanjut kerja lagi. Kalo butuh apa–apa, lo urus sendiri aja, pada sibuk" lelaki itu hanya bergurau sebenarnya.
Jeffrey pun terkekeh, "Saya butuh Jenara"
"Skip" Raja langsung membalikkan badan dan berjalan keluar dari ruangan sang bos. Jeffrey yang melihat itu kembali terkekeh. Memang tingkah sesama sahabat itu tak jauh berbeda.
•••
Pukul sebelas malam, keduanya baru saja sampai di apartemen. Jenara berulang kali mengucapkan maaf dan terimakasih kepada Jeffrey hari ini. Wanita itu sangat yakin, suaminya juga lelah meskipun hanya duduk menunggunya selesai dengan pekerjaan. Saat memasuki apartemen, ia langsung menuju area dapur berniat untuk membuatkan minuman sang suami. Untuk makan malam, Jeffrey lagi–lagi membelikan makanan untuk seluruh karyawan Jenara. Ia tak akan membiarkan istrinya itu telat makan.
"Mandi dulu gih, aku buatin teh chamomile biar kamu tidur nyenyak"
Jeffrey tersenyum lembut. Ia berjalan mendekati Jenara, "Sambil peluk kamu, itu bikin tidur aku tambah nyenyak"
Wanita didepannya itu melirik Jeffrey, "Mandi sonooo, bau!"
"Serius aku bau, yang benerr? Coba peluk dulu deh" suaminya itu sudah merentangkan kedua tangan, namun Jenara melengosinya dan kembali fokus untuk membuat teh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Substitute, but True Love
Romance"Aku ga akan pernah berusaha untuk jadi dia. Aku mau, kamu cinta aku murni karena itu aku, bukan karena aku mirip dia. Ini aku, dan tetap akan seperti ini" "Rasa nya lebih sakit waktu aku takut kehilangan kamu, daripada saat aku sudah kehilangan di...