12. three months

139 23 0
                                    

~ Happy Reading ~

Tiga bulan pernikahan, keduanya tentu saja semakin saling mengenal satu sama lain. Jeffrey yang tak pernah bisa meletakkan handuk basah di tempat yang sebenarnya sudah tidak membuat Jenara marah lagi. Dan beberapa barang Jenara yang sudah sangat sering tertinggal di mobil Jeffrey, itu sudah menjadi sebuah kebiasaan. Bahkan wanita itu terkadang sengaja meninggalkannya.

Pagi ini, hari Jum'at tepatnya, Jenara tentu saja akan bangun lebih awal ketimbang Jeffrey. Wanita itu sedang menyiapkan sarapan untuk keduanya, dan bekal untuk suami tampannya itu. Hari ini, Jenara tak pergi bekerja. Ia akan menghabiskan waktu seharian ini bersama Ibu dan mertuanya. Rencananya Yura akan mengajak Leona ikut serta, namun sepertinya adik iparnya itu tak bisa ikut karena urusan kuliahnya.

Pagi ini, wanita itu membuat dua menu untuk suaminya. Sebenarnya Jeffrey tidak terlalu suka sarapan dengan makanan berat. Maka dari itu ia membuat pancake oatmeal untuk sarapan dan chicken katsu curry untuk bekal makan siang. Sedangkan untuk Jenara sendiri, wanita itu membuat croffle. Tak masalah memasak menu sebanyak apapun, karena Jenara suka memasak. Namun ia tak suka dengan mencuci piring. Tak jarang juga Jeffrey membantu wanita itu untuk mencuci piring saat setelah makan malam.

Sarapan dan bekal Jeffrey sudah siap. Sekarang, ia akan membangunkan suaminya itu. Ia menaiki tangga menuju kamar keduanya. Tak lagi melihat Jeffrey di atas kasur, berarti lelaki itu sudah terbangun dan sedang mandi. Akhirnya Jenara memutuskan untuk menyiapkan setelan kantor Jeffrey terlebih dahulu. Setelah selesai, ia kembali lagi untuk membereskan kasur. Tak ada apa-apa semalam, namun tetap saja kasur itu sangat berantakan. Bahkan guling Jeffrey tergeletak begitu saja di lantai.

Selesai dengan kasur, bertepatan dengan Jeffrey yang juga selesai dengan mandinya. Suami tampannya itu terlihat begitu segar dengan rambut basah dan masih ada sedikit air pada dada bidang lelaki itu.

"Good morning, Je" sapanya dengan senyum manis.

"Good morning, habis ganti langsung turun ya udah siap semuanya. Aku tunggu di bawah"

Jeffrey mengangguk dengan berjalan semakin mendekat ke arah Jenara. Lelaki itu tiba-tiba memberikan kecupan manis pada dahi Jenara. Tentu wanita di hadapannya itu terkejut, rasanya pipi Jenara mulai memanas.

"Merah ya?" tanya Jenara terang terangan sambil menunjuk pipinya.

Jeffrey terkekeh dengan anggukannya, "Gapapa, gemes"

Jenara hanya mengerucukan bibirnya sambil terus mengusap-usap pipinya yang masih terasa panas itu.

"Besok kamu ga kerja lagi, aku juga"

Wanita itu segera kembali memusatkan pandangannya pada Jeffrey, "Ya iyalah Sabtu mas, gimana sih"

"Biasa ya, hari Sabtu pertama di bulan ini. Temenin aku ke makam Ana"

Jenara sempat terdiam sebentar. Sebenarnya ia sudah sedikit terbiasa. Terhitung sudah lima kali ia menemani Jeffrey ke makam wanita yang sering disebut sebagai kunci hati lelaki itu. Dalam satu bulan, tak tentu Jeffrey hanya mengunjunginya satu kali. Saat sedih karena masalah apapun, saat ia begitu bahagia, dan saat lelaki itu baru saja memimpikan Ana. Jeffrey akan langsung mengunjungi makam wanita itu dengan membawa mawar putih.

Wanita itu mengangguk dengan senyum canggung yang di buat senetral mungkin, "Iya. Yaudah aku tunggu di bawah ya"

Jeffrey hanya mengangguk sebagai jawaban. Jenara segera keluar dari kamar keduanya. Wanita itu buru—buru menuruni tangga agar cepat sampai di meja makan tanpa memperhatikan langkahnya. Hal itu membuat Jenara tergelincir dari sana. Untung saja sudah tersisa beberapa anak tangga saja. Tak begitu sakit sebenarnya, namun air mata Jenara tetap keluar.

Not a Substitute, but True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang