~ Happy Reading ~
Pagi ini, saat Jenara membuka matanya entah kenapa ia sedikit terkejut. Jeffrey ada dihadapannya. Dengan wajah damai seseorang yang tengah tertidur dan tangan lelaki itu yang memeluk pinggangnya. Jenara mengulas senyum, ia sudah jadi seorang istri sekarang. Suaminya itu, Jeffreyan, kenapa jadi menggemaskan saat tertidur seperti ini. Bibir yang sedikit terbuka dan dengkuran halus, Jenara menyukai itu.
Ia perlahan bergerak menjauhkan tangan Jeffrey dari pinggangnya. Jenara harus mandi dan menyiapkan sarapan untuk keduanya. Tiga puluh menit, Jenara sudah selesai dengan acara mandinya dan berganti baju. Namun, suaminya itu masih setia dengan tidurnya. Mereka memang tidur agak larut, sekitar jam satu pagi? Memang sebelum tidur keduanya mengobrol random diatas ranjang.
Jenara tersenyum lalu mendekat ke arah ranjang. Ia mendudukkan dirinya ditepi kasur, "Jeff bangun yuk" Jenara hanya bersuara, wanita itu tak menyentuh Jeffrey sama sekali.
Beruntung, suaminya itu ternyata sangat mudah untuk dibangunkan. Lelaki itu langsung mengerang halus dan membuka matanya perlahan, "Good morning" sapanya dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Morning, mandi dulu aku kebawah bikin sarapan"
Jeffrey mengangguk lalu merubah posisinya menjadi duduk bersandar. Setelah berdiam untuk mengumpulkan nyawanya, Jeffrey pun beranjak dan menuju kamar mandi. Jenara dengan gesit langsung membereskan kasur. Selesai dengan itu ia pun turun kebawah. Menuju dapur, Jenara terlebih dahulu mengecek bahan masakan yang ada. Sepertinya pagi ini ia akan membuat sandwich saja. Jenara ingat betul kalau Jeffreyan sangat menyukai sandwich buatannya.
Dua puluh menit, Jenara sudah selesai dengan sandwichnya. Setelah memotongnya menjadi dua bagian, ia meletakkannya diatas piring kecil. Dua potong untuknya, dan dua potong untuk Jeffrey, adil. Jika lelaki itu kurang, Jenara akan memberikan satu potong miliknya. Sebenarnya makan satu potong saja sudah kenyang, karena Jenara memberikan isian yang lumayan banyak. Sebab Jenara sendiri lebih suka jika isiannya tebal.
Tak lama setelah itu suaminya pun turun kebawah. Jeffrey mengenakan kaos dan celana santai rumahan. Jarang sekali Jenara melihat pemandangan ini, bahkan tak pernah. Wanita itu sempat terpukau, entahlah padahal hanya baju rumahan tapi lelaki itu terlihat begitu tampan.
Jeffreyan tersenyum melihat ekspresi wajah Jenara, "Pagi, Je" sapanya saat sudah berada di hadapan Jenara.
"Cuti berapa hari?" tanya Jenara mengabaikan sapaan Jeffrey.
"Tiga hari doang, kamu juga cuti kan?"
Dan wanita itu mengangguk, "Hari ini doang sih, besok aku udah kerja, hehe" jawabnya dengan tawa canggung di akhir kalimat.
Lelaki dihadapannya itu tampak terkejut. Terlihat dari kedua alisnya yang terangkat, "Kok udah kerja aja sih? Aku sendirian dong dirumah?"
"Sorry, tapi kemarin tuh aku udah terlanjur nerima pesenan buat lusa jadi ya harus dikerjain besok. Tapi aku kayaknya berangkat siang deh, pagi masih dirumah tenang aja" jelas Jenara sedikit merasa tak enak.
Jeffrey mendudukkan dirinya di salah satu kursi meja makan, "Banyak?"
Jenara menggeleng, "Dua aja sih, yang satunya gampang kok, brithday cake biasa. Satunya lagi yang agak ribet, cake tiga tingkat"
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Substitute, but True Love
Romance"Aku ga akan pernah berusaha untuk jadi dia. Aku mau, kamu cinta aku murni karena itu aku, bukan karena aku mirip dia. Ini aku, dan tetap akan seperti ini" "Rasa nya lebih sakit waktu aku takut kehilangan kamu, daripada saat aku sudah kehilangan di...