~ Happy Reading ~
Sesaat setelah Jenara pergi dari sana, Jeffrey kembali mengusap usap batu nisan di hadapannya. Tersenyum, namun dengan air mata yang masih terus mengalir. Tiga tahun berlalu, ribuan kali Jeffrey datang kesini, tetap saja, air mata itu selalu menemaninya.
"Sayang, maaf ya. Bagaimana pun, aku harus tetap melanjutkan hidup aku. Kamu bilang, aku harus bahagia kan? Mungkin kalo bukan lewat kamu, Jenara bisa. Aku nyaman sama dia, padahal belum genap dua bulan kita kenal"
Jeffrey menjeda kalimatnya. Ia menunduk, tangisannya semakin menjadi. Rasanya sedikit tak siap untuk mengatakan ini, "Aku mau nikah, Na" lanjutnya.
"Aku janji, bakal bahagia. Jenara sendiri juga bilang sama kamu kan kalo bakal bikin aku seneng terus. Tapi Na, aku malah takut. Takut dia yang sakit, karena aku"
"Aku bakal tetep sering kesini kok, tapi mungkin ga sendirian lagi. Ada Jeje, yang bakal nemenin aku"
"Kamu baik-baik disana ya, doain aku juga ya. Aku pulang ya sayang? Mawar putih, kesukaan kamu. Kalo kesini lagi, aku bawain cheesecake deh. Kamu pasti bosen aku bawain mawar putih terus"
"Aku sayang kamu, Na" tangisan pilu dengan senyuman yang Jeffrey paksakan untuk tetap ada.
Lelaki itu bangkit dari posisinya. Mengambil sapu tangan yang ada di kantong celana nya. Mengusap air mata yang begitu membanjiri wajahnya. Ia berjalan menjauh dari sana dengan langkah berat. Dengan kepala yang menunduk dan air mata yang masih sedikit tersisa.
Jenara yang menunggu di depan mobil, sudah dapat melihat sosok Jeffrey disana. Baru kali ini, wanita itu melihat Jeffrey selemah ini. Benar-benar, lelaki itu sangat kehilangan wanita yang dicintainya, Jeffrey hancur. Namun Jenara juga hancur, hatinya sakit. Begitu sakit melihat Jeffrey seperti itu. Begitu sakit melihat Jeffrey menangis karena wanita lain, padahal yang sebenarnya lebih pantas di sebut wanita lain adalah dirinya sendiri.
Ia tersenyum saat Jeffrey melihatnya disana. Lelaki itu pun tampak sedikit memaksakan senyumannya. Jenara melambaikan tangannya, meminta Jeffrey untuk mempercepat jalannya. Saat ini, ia harus menghibur Jeffrey. Dan berhasil, lelaki itu tampak terkekeh melihat tingkahnya.
"Lemes banget sih bro" ia memukul pelan lengan Jeffrey.
"Belum sarapan nih bro, kita sarapan dulu yuk"
Jenara mengangguk semangat. Dengan cepat ia memasuki mobil dan duduk di bangku pengemudi. Jeffrey sedikit bingung sampai-sampai tak bergerak dari posisinya. Jenara pun membuka jendela mobil dan menyembulan kepalanya.
"Gue yang nyetir, ayok buruannn. Gue tinggal ya lo"
Jeffrey tersenyum dan mengangguk. Lelaki itu berjalan memasuki mobil dan duduk di kursi penumpang sebelah Jenara. Wanita itu mulai menjalankan mobil setelah memastikan Jeffrey memakai setbealt dengan benar. Kali ini Jenara membiarkan lelaki di sampingnya itu untuk memilih menu sarapan mereka kali ini. Dan seperti yang sudah Jenara duga, lagi-lagi Jeffrey memilih untuk sarapan di salah satu cafe.
Cheese cake dan latte untuk Jeffrey, serta sandwich dan matcha latte untuk Jenara. Wanita itu sedikit bosan dengan cheese cake. Karena Jeffrey selalu memesannya ketika mereka ke cafe.
"Habis ini, mau jalan-jalan?" tawar Jeffrey.
Jenara menggeleng, "Gue ada pesenan Jeff, besok di ambil. Sorry ya, lain kali aja" perihal pesanan memang benar. Namun, niat Jenara sebenarnya ingin menghindar dari Jeffrey. Wanita itu masih butuh sedikit waktu karena kejadian pagi ini. Rasanya jadi sedikit berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Substitute, but True Love
Romance"Aku ga akan pernah berusaha untuk jadi dia. Aku mau, kamu cinta aku murni karena itu aku, bukan karena aku mirip dia. Ini aku, dan tetap akan seperti ini" "Rasa nya lebih sakit waktu aku takut kehilangan kamu, daripada saat aku sudah kehilangan di...