3. peluk

109 21 0
                                    

~ Happy Reading ~

Jenara tersenyum bahagia sambil memasukkan sotong kedalam mulutnya. Jeffrey yang berada di sampingnya pun ikut tersenyum. Mereka sudah dalam perjalanan pulang. Ini sudah sore, ternyata abang-abang tahu bulat itu mereka temukan tak jauh dari mall. Jenara langsung mengomeli mereka tadi. Tidak marah, Jenara malah membuat guyonan dengan mereka.

"Gue tau ini ga pantes untuk dipertanyakan. Tapi, lo mau ga Jeff?" Jenara mengangkat sotong yang masih utuh, mendekatkannya ke arah Jeffrey yang sedang mengemudi.

Lelaki itu menoleh sejenak, "Kenapa ga pantes di pertanyakan?"

"Ya, muka lo bukan muka-muka yang demen jajanan beginian. Jadi mau ga? Pegel nih gue"

Jeffrey tersenyum, "Mau Jenara, tolong sua-"

Belum sempat Jeffrey menyelesaikan kalimatnya, Jenara sudah memasukkan sotong tersebut kedalam mulut Jeffrey. Digigitnya sotong tersebut lalu mengunyahnya. Tidak memikirkan atau merasa jijik, Jenara melanjutkan memakan sotong bekas gigitan Jeffrey.

"Bekas saya, Je"

Jenara yang sedang mengunyahnya santai segera menoleh, "Terus kenapa? Ga boleh gue makan? Ya elah Jeff, emang beli pakek duit lo tapi kan lo tadi udah bilang buat gue, jadi ya sekarang punya gue"

"Bukan gitu Jenara, itu bekas gigitan saya"

"Iya emang terus- ohhhhh, engga gue ga jijik kok santai. Lagian bentar lagi jadi suami, masa sama suami sendiri jijik sih?"

Jeffrey yang kaget mendengar ucapan Jenara tadi langsung menepikan mobilnya. Ia langsung memfokuskan dirinya pada Jenara, "Suami?"

Wanita yang sudah bingung dengan Jeffrey yang tiba-tiba menepikan mobilnya itu hanya melirik, "Ya iya? Lo bilang kan, 'nikah sama saya ya, Je' ya calon suami dong. Masa calon istri?"

Jeffrey langsung tertawa kecil, "Kamu terima saya dong?"

"Gue udah bilang, meskipun gue tolak tapi lo terima bonyok gue bakal tetap maksa. Kita bakal tetep nikah, jadi sia-sia kalo gue mau tolak. Lo sih pakek terima segala" omel Jenara dengan tetap melanjutkan acara makannya.

"Je, mau fitting baju besok? Buat wedding cake, kamu aja yang buat ya? Tetep pakek uang saya kok"

"Ya iyalah, masa duit gue. Lo kaya ya Jeff"

Jeffrey tersenyum menampilkan dimples nya, "Thankyou"

"Gue gamau bilang sama-sama, karena jujur gue ga seseneng lo sekarang" balas Jenara jujur. Ia sama sekali tak takut jika Jeffrey marah, bukan siapa-siapanya kenapa harus takut bukan?

Sesuai dugaan Jena, lelaki itu tersenyum kembali. Sungguh senyuman Jeffrey tidak aman untuk jantungnya, "Gapapa, kita berdua bahagia setelah nikah saja. Kalo sekarang keseringan bahagia, takutnya nanti pas nikah jatah bahagianya udah habis"

"Ga lucu serius, lo garing banget. Udah pulang aja kita"

"Oke Mrs. Ardeson, soon" ucap Jeffrey yang setelahnya langsung kembali menjalankan mobilnya menuju apartemen Jenara. Jeffrey benar-benar freak, batin Jenara.

•••

Jenara mengerjapkan matanya sebentar sebelum benar-benar membukanya. Menghembuskan nafas panjang, ia mengubah posisinya menjadi duduk bersandar. Melirik jam yang ada di nakasnya, hampir pukul delapan. Jenara bangun sedikit terlambat. Ia meraih ponselnya yang terletak tepat berada di samping jam tersebut.

Not a Substitute, but True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang