~ Happy Reading ~
Hari ini, adalah jadwal Jeffrey dan Jenara untuk final fitting tuksedo dan gaun pernikahan mereka. Disini sepertinya Jenara yang paling semangat. Kurang dari satu minggu lagi mereka berdua akan resmi menjadi sepasang suami istri. Semua persiapan sudah selesai. Kecuali wedding cake mereka, karena memang Jeffrey meminta Jenara untuk membuatnya sendiri. Rencananya Jenara akan mulai menggarapnya pada H-2.
Setelah mencoba kembali gaun nya, Jenara tersenyum bahagia di hadapan cermin besar yang menampakkan betapa cantik dirinya dengan gaun berwarna ivory. Sedangkan Jeffrey yang baru saja selesai dengan tuksedonya berjalan ke samping Jenara. Ikut melihat dirinya pada cermin besar.
"Kita emang cocok banget ya Je. Beneran jodoh ini mah" ucap Jeffrey sembari menatap Jenara pada pantulan cermin.
"Jodoh lewat perjodohan sih"
Jeffrey terkekeh mendengar hal itu. Memang benar, hanya sedikit lucu saja baginya. Mereka sudah sampai di titik ini. Dua bulan masa pendekatan, mereka jadi benar-benar dekat. Bahkan sekarang Jenara sudah tidak malu lagi saat meminta kepada Jeffrey untuk memeluknya. Menyandarkan kepalanya pada bahu lebar Jeffrey, dan juga bercerita tentang harinya kepada Jeffrey. Keduanya sering sekali saling bertukar cerita entah itu menyenangkan ataupun tidak sama sekali. Mereka berdua benar-benar seperti sudah kenal bertahun-tahun. Saling percaya dan terbuka, adalah kuncinya.
Setelah selesai dengan fitting gaun, mereka berdua akan makan siang sekarang. Jeffrey sengaja untuk mulai cuti hari ini. Tapi untuk Jenara tidak. Wanita itu masih sangat sibuk, mungkin sampai H-4 pernikahan mereka. Jeffrey sudah memintanya untuk tidak menerima pesanan, namun sudah terlanjur ia terima jauh sebelum Jeffrey menyuruhnya itu.
Makan siang hari ini, Jenara meminta untuk makan siomay abang-abang pinggir jalan. Tentu ini adalah langganan Jenara dan teman-temannya. Saat mereka sedang makan banyak sekali yang melihat ke arah mereka berdua. Jenara sudah tau apa penyebabnya. Tentu itu adalah Jeffrey, sang lelaki tampan rupawan bersinar yang memikat hati semua wanita.
Jeffrey yang melihat Jenara memandang sekeliling pun ikut menoleh. Benar memang, semua mata tertuju pada mereka berdua.
"Udah makan aja, Je" ucap Jeffrey dengan mengusap lembut punggung tangan Jenara.
Jenara berdecak sebal, "Ngapain sih tadi kesini, nyesel deh gue"
"Kenapa, hm?"
Jenara menunjuk menggunakan dagunya, "Tuh lihat, mereka tuh ngeliatin lo gitu. Gasuka tau, lo kan......calon suami gue"
Jeffrey tersenyum gemas, "Belum jadi suami aja kamu udah posesif begini ya, Je. Apalagi kalo udah nanti, bisa-bisa saya ga boleh keluar rumah sama kamu"
"Ya gak gitu Jeff mahh, kan mereka tuh liat sendiri kalo lo sama gue. Seenggaknya sungkan kek, pasti mereka nganggep gue nih pacar atau istri lo. Dan mereka mandang lo tuh kayak naksir banget"
"Mau ke tempat lain aja?" tawar Jeffrey. Ia jadi tak tega melihat Jenara emosi dan tak jadi makan seperti ini.
Tapi wanita itu menggeleng, "Sayang tau siomaynya, enak ini Jeff"
"Yaudah bungkus aja gimana? Kita makan di apart saya aja, deket dari sini"
Setelah tampak berpikir, Jenara akhirnya mengangguk. Meminta abang tukang siomay itu untuk membungkus dua porsi yang masih utuh. Jeffrey juga sempat menambah tiga porsi untuk di bungkus, entahlah untuk siapa nantinya. Ia hanya sedikit merasa tak enak dengan abang tukang siomaynya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Substitute, but True Love
Romance"Aku ga akan pernah berusaha untuk jadi dia. Aku mau, kamu cinta aku murni karena itu aku, bukan karena aku mirip dia. Ini aku, dan tetap akan seperti ini" "Rasa nya lebih sakit waktu aku takut kehilangan kamu, daripada saat aku sudah kehilangan di...