Bed Rest ~ 40

2.4K 175 18
                                    

Tadinya mau posting pas isya. Tapi lupa.

Jadilah postnya sekarang, semoga masih ada yang melek yaa.

Okey,, ada yang masih menunggu cerita ini?

Kalau masih ada yang nunggu, aku mau ucapin makasih yang sebanyak-banyaknya. Makasih loh, udah setia menanti cerita ini

Maaf yaa, update nya harus nunggu hampir satu tahun dulu, hehe. Maaf, author nya emang rada-rada.

Okey deh. Selamat menikmati hidangan.

Happy Reading 💜

***

Suasana rumah Barla dan Malla cukup ramai sore hari ini, setelah tiga hari mendapatkan penanganan dari rumah sakit, Malla diperbolehkan pulang oleh Dokternya. Itulah mengapa, kediaman mereka sekarang cukup ramai dan heboh oleh obrolan dua keluarga besar, yaitu keluarga Kenaan dan keluarga Pradipta.

Para Lelaki berkumpul di ruang tengah, sedangkan para wanita berkumpul dilantai atas, didalam kamar menemani Malla yang kini sedang istirahat, karena sesuai anjuran dari sang Dokter, bahwa Malla harus bedrest total.

"Mama bener-bener gak nyangka, kalau sebentar lagi Mama bakal punya cucu." Aulia terus mengulang perkataan yang sama dari tiga hari yang lalu.

"Mama juga, masih gak percaya." Disahuti oleh Ratih, yang duduk disisi ranjang. Sesekali tangannya mengusap kaki menantunya yang tertutup selimut.

"Waktu Mama tau, kalian berantem, Mama sedih dan takut. Takut, kalau kamu gak mau jadi menantu Mama lagi." Tambahnya lagi, membuat Aulia, mengusap lengan Ratih. Kebetulan posisi duduk mereka saling berhadapan, sama-sama duduk disisi ranjang, disamping Malla yang sedang duduk menyandarkan tubuhnya pada headboard. Aulia duduk disamping dekat headboard, sedangkan Ratih, tepat disisi tengah.

"Ya,, enggak dong Ma. Selamanya, Malla akan terus jadi menantu Mama." Tangan Malla menggenggam lengan Mertuanya. "Maafin Malla ya, Ma, udah buat Mama khawatir." Ucapnya lagi, yang langsung mendapatkan gelengan dari Ratih.

"Gak perlu minta maaf, karena kamu gak salah. Yang salah itu, anak Mama. Maafin Barla ya, karena gak bisa tegas sama dirinya sendiri."

Obralan masih terus berlanjut dari mulai bersedih-sedih, hingga larangan dan pantangan ketika hamil, para ibu-ibu itu sangan bersemangat dalam menyambut kedatangan cucunya.

***

Barla sedang bersandar pada headboard, dengan jari-jemarinya yang sangat lincah membelai dan mengusap kepala Malla dengan penuh kasih sayang, kadang sesekali ia kecup puncak kepala istrinya itu yang kini sedang bersandar didada bidang Barla.

"Kamu beneran gak ada sesuatu yang dipengen?" Sudah kali ketiga Barla menanyakan hal itu, namun tetap hanya dijawab oleh gelengan kepala saja oleh Malla.

"Sama sekali gak ada?"

"Hmmh." Malla hanya bergumam, tangannya masih asyik memainkan kancing kemeja Barla, dengan cara memutar-mutar kecil. Kegiatannya tiba-tiba berhenti, kala pikirannya mulai terpikirkan sesuatu, kepalanya mendongak, untuk menatap wajah Barla.

"Kenapa? Ada sesuatu yang kamu mau?" Tanya Barla antusias. Yang langsung diangguki oleh Malla.

"Aku mau mulai kerja lagi," Mata Malla mengedip, merayu suaminya agar diizinkan. "Boleh, ya?"

Senyuman Barla yang terbit beberapa detik yang lalu, kini sudah redup kala mengetahui apa yang menjadi permintaan istrinya itu. Wajah Barla kembali lagi pada mode seriusnya khas Barla seperti biasa.

Wedding Solution✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang