SUDDENLY ~ 4

4K 326 76
                                    

Boleh dong, sebelum baca Tap Bintang nya dulu ☺️

💞 Happy Reading 💞

🌱🌱🌱

Setelah dua hari membolos kerja, akhirnya Malla kembali ke tugasnya semula. Baginya sudah cukup untuk menghindari Barla sang atasannya sekaligus temannya itu. Selama semalam Malla terus mengingatkan pada mentalnya, agar kuat dan bersikap bodo amat. Ia terus merapalkan mantra 'anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa antara dirinya dengan sang Bos sekaligus temannya itu'.

Masih dengan rasa gugup yang sama ketika dirinya sudah duduk manis dimeja kerjanya yang tentunya berhadapan dengan ruang kerja Barla. Matanya terus menatap pintu ruangan Barla, pikirannya pun menduga pasti sang pemilik ruangan itu belum datang. Malla sangat hafal, setiap jam berapa Barla datang ke kantornya.

Bunyi telepon genggam membuyarkan tatapannya terhadap pintu. Kini gadis yang mengenakan kemeja warna biru pastel serta rok span putih dengan tatanan rambut yang selalu tergerai, beserta poni carang khas wanita korea itu mengalihkan pandangannya. Dengan telaten dan sigap layaknya seorang sekretaris Profesional, Malla mengangkat gagang telepon itu dengan cara yang begitu anggun.

Belum sempat Malla mengeluarkan suaranya, namun suara diujung telepon sana sudah lebih dulu berkata.

"Keruangan saya!" Pintanya dengan khas suara dingin dan otoriternya.

Sedikit terkejut, setelah mendengar suara berat itu. Pasalnya, ia menduga kalau laki-laki berwajah dingin itu belum datang. Tapi ternyata, dugaannya itu salah.

Tanpa repot bertanya pun, Malla sudah lebih dulu tahu, suara siapa itu. Yup, siapa lagi kalau bukan CEO nya, sebab Malla sudah sangat hafal betul keseluruhan Barla. Namun hanya satu yang belum dihafalnya, yaitu pengisi hati Barla, itu dulu. Sekarang 'kan sudah tahu siapa yang mengisinya. Ah sudahlah, tidak usah diingat kembali.

Tangan Malla mengetuk pintu kebesaran Barla dengan dua kali ketukan, sebelum Malla membukanya sendiri. Tahu sendiri 'kan bahwa ketukan itu hanya sebagai formalitas saja.

Baru saja Malla masuk, Barla sudah lebih dulu mengeluarkan kata-kata dinginnya.
"Jelaskan, kemana saja dua hari ini Kamu tidak masuk?" Tanyanya tanpa repot memandang Malla. Meski tubuh Barla kini sedang menatap keluar jendela. Laki-laki itu tahu, siapa yang baru saja masuk keruangannya itu.

"Saya cuti. Surat cuti saya sudah saya letakkan di atas meja saya." Kata Malla yang sengaja dibuat angkuh, tidak seperti biasanya.

Barla membalikkan tubuhnya, menghadap pada Malla. Jarak diantaranya cukup jauh, karena Malla berdiri tepat di depan meja Barla, sedangkan Barla kini berdiri di belakang kursi kebesarannya, menghadap jendela besar.

Laki-laki yang hanya mengenakan kemeja putih serta vest Navy nya dan dasi yang senada itu, memandang dingin pada gadis mungil yang kini sedang menunduk takut. Ia berjalan melewati Malla begitu saja, kemudian ia memilih duduk di sofa, dibandingkan duduk di kursi kebesarannya itu.

"Kamu menghindari saya? Setelah kejadian dua hari lalu?" Tanya Barla, seraya menyilangkan kaki jenjangnya, sangat terasa aura horornya.

Malla yang masih menunduk, Matanya terpejam sebentar untuk menetralkan degup jantungnya, Malla masih asyik membungkam mulutnya. Tidak ada tanda-tanda suara untuk menyangkal tuduhan Barla, karena apa yang diucapkan oleh atasannya itu barusan, memang sangat benar sekali.

"Saya minta maaf, jika Kamu merasa kecewa,, atau mungkin terluka." Kata Barla yang mampu membuat wajah Malla berani untuk mendongak.

Tatapan Pria beralis lebat itu lurus ke lantai yang berlapiskan karpet "Saya harap, jangan libatkan permasalahan pribadi dalam hal pekerjaan." Katanya lagi dengan datar, dan itu sukses membuat Malla kembali merasa dongkol.

Wedding Solution✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang