About Mate ~ 19

3.2K 282 35
                                    

Boleh dong, sebelum baca Tap Bintang nya dulu!

Happy Reading

🌱🌱🌱

Ada istilah mengatakan kalau jodoh gak kemana! betul sih, bahkan Abel tahu tentang kata-kata itu, ia pun meyakininya. Namun siapa sangka, orang yang dulu pernah ia yakini akan menjadi jodohnya, ternyata jodoh sahabatnya.

Hidup itu lucu ya. Lebih tepatnya sih, Abel yang memperlucu hidupnya. Jodoh memang gak akan kemana, tapi sialnya, dia yang memilih kemana-mana. Hingga jadilah, jodoh yang sudah ada didepan mata, berpindah menjadi sejauh angkasa.

Jika saja, ia mau sekali saja mengalah dengan egonya. Mungkin saja, Barla adalah jodohnya, dan kini ia sedang berbahagia menjadi istrinya.

Tapi kini, kenyataannya. Ia hanya bisa mengingat ketika waktu bersama-sama dengan Barla tempo dulu. Andaikan ia tahu, kalau hubungannya dengan Barla tidak berakhir indah, mungkin ia tidak akan memilih backstreet dari Randy dan Malla.

Teringat akan penolakan Barla terdahulu persoalan Abel yang meminta backstreet. Laki-laki itu dengan tegasnya menolak, tapi balik lagi karena cinta, ia luluh juga dengan keputusan sang wanitanya.

"Hubungan kita ini gak terlarang. Jadi kenapa harus sembunyi-sembunyi?"

"Aku tahu. Tapi aku belum siap memberitahu Malla dan Kak Randy. Ayolah kak, backstreet aja ya?" Saat itu untuk pertama kalinya, Abel memohon dengan manja pada laki-laki yang minim ekspresi. Tangannya tidak pernah lepas melingkari lengan kekar Barla.

"Sampai kapan?"

"Sampai aku siap."

Laki-laki pemilik alis tebal itu mengangguk dengan penuh kehangatan, meskipun tidak setuju atas keputusan yang Abel pilih, namun ia tidak kuasa untuk menolaknya. Karena ia terlalu mempedulikan perasaan kekasihnya itu. Ia amat sangat mencintainya.

"Makasih sayang,, i love you!" Abel memberikan kecupan singkat di pipi Barla.

"Sama-sama, i love you more!" Balasnya dengan nada suara datar seperti biasa.

Dari dulu, hingga kini. Abel menyadari tindakannya, bahwa ia sangat egois selama berhubungan dengan Barla. Ia pun baru menyadari, kalau Barla terlalu menjaga perasaannya, bahkan laki-laki itu selalu mengenyampingkan egonya demi kebahagian Abel.

"Bel. Aku bukan sopir lho, yang dikacangin."

Abel terhenyak dengan sindiran yang keluar dari mulut laki-laki yang kini tengah setia duduk dikursi kemudinya.

"Eh, kak. Sori sori. Kakak ngomong apa?" Abel meringis tidak enak. "Maaf, aku gak fokus."

"Kamu yakin nih, kita langsung ke Bandara, aja? Gak mau ketemu sama Malla dan Barla dulu?"

Hari ini, Randy dan Abel sedang dalam perjalanan menuju Bandara Soekarno-Hatta. Karena jatah cutinya sudah berakhir hari ini, jadilah ia harus terbang kembali ke New York.

Berbicara soal, kenapa Randy yang mengantarkan Abel ke Bandara? Itu semua karena, Abel yang meminta. Yah, walaupun Randy sempat ingin menolak, tapi ia urungkan. Karena ia ingat kalau sahabatnya ini, keadaan suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja. Toh tidak ada salahnya juga mengantar Abel pergi, dirinya juga tidak terlalu sibuk-sibuk banget di kantor.

"Buat apa lagi, aku ketemu mereka? Kemarin kan, udah ketemu di acara pernikahan mereka." Abel berbicara dengan intonasi tenang, bahkan wajahnya sudah ia sulap untuk terlihat baik-baik saja dihadapan Randy.

Wedding Solution✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang