THE RULE ~ 21

3.2K 302 46
                                    

Boleh dong, sebelum baca Tap Bintang nya dulu!

Happy Reading

🌱🌱🌱

Sumpah, Malla menyesal telah berinisiatif. Padahal tujuannya masuk ke ruang kerja Barla di rumah ini, untuk mengantarkan minuman hangat saja agar laki-laki itu bisa fokus kerjanya. Tapi sayangnya, kedatangan Malla di sini, justru di manfaatkan oleh Barla.

Dengan entengnya, laki-laki itu menyuruh Malla untuk mencari file kontrak kerja sama dengan salah satu klien di Perusahaan nya diantara banyaknya file-file kontrak dari perusahaan yang lain.

Tidak sampai disitu, Barla kembali meminta laporan progres proyek perusahaan nya yang bekerja sama dengan salah satu perusahaan retail di Singapura. Dan lebih parahnya lagi, permintaan Barla yang banyak itu tidak langsung ia ucapkan sekaligus, ketika Malla masih berada di ruangan. Justru laki-laki itu menyuruh Malla ketika dirinya sudah berada di dalam kamar, hingga membuat Malla harus bolak-balik antara kamarnya dan ruang kerja Barla. Dan itu tidak sekali dua kali, melainkan beberapa kali.

Entah ini kedatangannya yang keberapa kalinya ke sini, Malla berjalan sedikit menghentakkan kakinya, kemudian berdiri didepan meja kerja Barla dengan telapak tangan sedikit menggebrak meja. Bahkan tubuh kecilnya itu sudah condong kearah Barla sedikit berani.

"Sepertinya, kita harus buat aturan deh." Tukas Malla, sebelum laki-laki di hadapannya ini memberikan perintah yang lain.

Laki-laki berkaos putih dengan sweater rajut Navy nya, memberikan tatapan tanya pada Malla. Sikunya yang sudah bertumpu pada meja, serta dagunya yang ia taruh pada telapak tangannya, menyiratkan bahwa ia sudah siap menunggu perkataan apa yang akan Malla ucapakan selanjutnya.

"Kita buat peraturan." Ulangnya, sembari menelan ludahnya sedikit gusar. "Di kantor oke, aku sekertaris kamu. Dan kamu bebas nyuruh aku melakukan segala jenis pekerjaan. Tapi,, kalau di rumah, jangan kasih aku pekerjaan sebagai sekertaris juga, dong! Aku kapan istirahat nya?" Suara Malla sudah terdengar seperti anak kecil yang merengek pada ibunya. Bahkan wajahnya sudah ia pasang memelas, sengaja dijadikan sebagai pelengkap.

"Aturan dari mana itu?" Tanggap Barla dengan nada mengejek.

"Dari aku lah. Kak, aku bukan sekertaris kamu yang siap bekerja 24 jam!"

"Tapi kamu istri saya."

Tidak. Kata istri sudah tidak membuat hatinya melayang lagi, karena ia sekarang sedang kesal sama makhluk tampan ini. Sebelum menjawab Malla menyempatkan menghirup banyak oksigen dengan hidungnya dan membuangnya dengan mulutnya secara perlahan.

"Ya, itu. Tolong bedakan, mana pekerjaan sebagai istri, dan mana pekerjaan sebagai sekertaris." Kedua tangan Malla sudah berpindah menjadi bersedekap didada. Sedangkan Barla, masih dalam posisi yang sama.

Sudut bibir Barla yang tertutup setengah oleh telapak tangannya, tertarik keatas membentuk sebuah lengkungan-senyuman. Meski tidak terlalu kentara dan tidak bisa dilihat oleh Malla, tapi ia tersenyum melihat reaksi Malla yang seperti ini.

Satu hal yang baru ia sadari, kalau wanita yang berada dihadapannya sekarang ini adalah wanita yang lucu. Apalagi dengan sikap merajuknya seperti ini.

"Tergantung dari segi pandang kamu. Kalau perintah saya kamu anggap sebagai perintah seorang atasan, maka kamu akan berpikir kalau kamu itu sekertaris saya. Tapi kalau perintah saya tadi, kamu anggap sebagai permintaan tolong sebagai seorang suami ke istri, maka kamu pasti gak akan berpikir sebagai sekertaris." Jelas Barla panjang lebar.

"Tau, ah!" Dengkus Malla, seraya meluruhkan tangannya.

Baru saja Malla berputar posisi, hingga memunggungi Barla, laki-laki itu sudah kembali bertanya. "Kamu mau kemana?"

Wedding Solution✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang