Boleh dong, sebelum baca Tap Bintang nya dulu ☺️
💞 Happy Reading💞
🌱🌱🌱
Pagi-pagi Malla sudah bertengger manis di kediaman rumah Narra dan Arga. Tanpa memberi kabar sebelumnya, Malla datang dengan tiba-tiba tanpa undangan. Sebelumnya ia tahu kalau Arga suaminya Narra sedang tidak ada dirumah, tiga hari yang lalu Narra sendiri yang cerita ke Malla, kalau suaminya sedang ada pekerjaan di luar negeri. Jika ada Arga, sudah dipastikan ia tidak akan kesini, karena masih merasa canggung dengan Arga, karena Arga dulu adalah dosennya di kampus.
"Pagi Navel cantik." Sapa Malla pada anak pertamanya Narra yang kini sudah kelas satu SD. Malla tidak menyangka kalau Navel sudah mulai beranjak besar.
"Pagi juga tante Lala." Sapa Navel yang masih setia memanggil nama Malla dengan sebutan Lala.
"Navel kok cantik banget sih pagi ini, rahasia cantik nya apa sih? Tante Lala boleh tau enggak?" Malla menatap, memuja wajah cantik gadis kecil yang kini sedang sarapan, ia menopang dagunya dengan sebelah tangannya.
"Rahasianya, karena Navel anaknya Mama Narra." Jawab Navel dengan polosnya, dengan mulutnya yang masih sibuk mengunyah.
"Jangan ganggu anak gue yang lagi makan!" Omel Narra yang baru saja datang dari Kamarnya beserta Raga yang berada digendongnya.
"Adudududu,, ponakan tante yang ganteng udah bangun." Kata Malla dengan nada bicaranya dibuat-buat manja.
Malla mengabaikan omelan sahabatnya itu, kini ia meraih bayi kecil yang baru berusia 7 bulan dari gendongan Narra. Sebelum Malla menggantikannya menggendong Raga pun, Narra memang sudah ada niatan untuk meminta tolong pada sahabatnya itu untuk menggendong bayi nya itu. Karena Narra harus menyiapkan bekal makan siang untuk putri cantiknya.
"Pak Arga masih belum pulang, Ra?" Tanya Malla. Ia memanggil suami dari sahabatnya itu dengan embel Pak, sudah dikatakan 'kan kalau suaminya Narra itu dosennya Malla, juga dosennya Narra dulu sewaktu kuliah.
"Semalem bilangnya sih hari ini." Jawab Narra yang masih sibuk menyiapkan perbekalan untuk putrinya. Malla hanya ber-oh ria.
"Ra, jadi ibu rumah tangga capek nggak sih?"
"Capek sih ada,, tapi seru kok! Cobain aja deh, seru pokonya!" Narra berucap antusias, sengaja biar temannya itu segera menikah.
"Sarapan nya udah, Sayang?" Tanya Narra pada putrinya. "Bekalnya udah Mama masukin ke dalam tas yaa." Navel mengangguk lalu mengambil tasnya kemudian menggendongnya.
"Ayok, Mama anterin ke depan." Ajak Narra menuntun anaknya. "Gue titip, Raga ya." Katanya pada Malla sebelum beranjak pergi mengantarkan putrinya kedepan rumah.
Malla menggerutu sebal, padahal tanpa dimintai pun, pasti ia akan menjaga Raga. Toh, Narra pergi nya juga cuma sampai kedepan teras rumah, Malla masih sanggup kok menjaga Raga.
Meski tangan menggendong Raga, tapi mata Malla terus melihat Narra yang kini sedang sibuk membersihkan bekas sarapan putri nya itu dengan telaten. Pikirannya membayangkan, apakah ia juga akan sama seperti Narra? Jika sudah menikah nanti?
Ah, menikah? Dengan siapa? Haruskah Malla menikah dengan seseorang yang tidak ia cintai? Apakah ini sudah menjadi takdirnya? Jika melihat Narra yang hidup bahagia bersama laki-laki yang dicintainya, jujur Malla iri. Dia juga ingin seperti sahabatnya itu, bisa hidup bersama dengan orang yang dicintainya.
Berbicara soal nikah, ingatan kemarin waktu Randy mengajaknya nikah, tidak Malla tanggapi dengan serius, Malla tahu seperti apa Randy itu? Randy adalah laki-laki yang selalu bercanda. Jadi saat kemarin, Malla tidak terjebak dengan permainan yang di bungkus dengan ekspresi wajah yang serius milik laki-laki yang berkepribadian hangat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Solution✓
Romance[COMPLETED ✓] Bukankah pernikahan dilaksanakan berdasarkan cinta? Namun bagaimana jadinya, bila pernikahan hanya dijadikan sebagai solusi? Harusnya menikah itu dilaksanakan bagi dua orang yang saling mencintai 'kan? Tapi, kenyataannya. Justru hanya...