HJK-11

4.1K 389 72
                                    

"Berhenti!"
Junkyu berteriak kesal karena sejak tadi Haruto terus menariknya dan mencengkram tangannya. Pria itu kasar sekali.

"Kau kenapa sih Haru! Hentikan! Tanganku sakit!"
Haruto berhenti sejenak, ia melihat dimana tangannya yang mencengkram tangan Junkyu kuat. Perlahan ia mengendurkan pegangan itu, namun tetap melanjutkan untuk menarik Junkyu ke mobilnya.

Bahkan Haruto tak peduli dengan tatapan yang diberikan orang-orang, dalam pikiran mereka Haruto adalah seorang pedofil yang memaksa remaja laki-laki ikut bersamanya.

"Masuk!"

"Ta—"

"Masuk Junkyu!"
Junkyu terperanjat kaget karena bentakan Haruto. Junkyu menurut, ia menunduk tak berani menatap Haruto. Rasanya hatinya sakit sekali, kenapa ia selalu dibentak seperti ini? Air matanya terbendung di pelopak matanya.

Haruto yang menyadari Junkyu yang hanya diam, ia menghembuskan nafas kasar. Haruto bahkan tak mau membujuk atau meminta maaf pada Junkyu barang sedikitpun, jadi selama perjalanan pulang mereka hanya diam tak ada yang berbicara.

Tenggorokan Junkyu terasa sakit saat dia berusaha menahan tangisannya agar tak pecah di hadapan Haruto, ia tak mau membuat dirinya semakin lemah. Karena Haruto pasti akan sangat senang melihat ia tersiksa seperti ini. Padahal baru beberapa hari hubungan mereka membaik, namun tepat hari ini ia rasa semua akan kembali seperti dulu lagi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Junkyu langsung berlari keluar dari mobil, tepat setelah mobil itu berhenti. Ia tak mau melihat Haruto untuk sementara waktu.

Junkyu tidak masuk ke dalam kamar mereka, namun ia lebih memilih masuk ke dalam ruang baca. Hampir seluruh waktu Junkyu juga berada di sana di kesehariannya. Di tempat itu juga terdapat single bed dan juga selimut yang nyaman, membuat Junkyu betah berada di sana.

Ia mengunci pintu itu rapat, berharap Haruto tidak mempunyai kunci cadangan.

Sedangkan Haruto yang baru tiba di kamarnya mengernyit heran karena Junkyu tak ada di sana. Ia keluar dari kamar dan matanya tak sengaja melirik bungkusan yang dibeli tadi tergeletak begitu saja di atas meja. Haruto mengetatkan rahangnya, Junkyu tak mau memakannya? Jadi untuk apa dia tadi membeli itu.

Haruto mencoba membuka pintu ruangan yang ditempati Junkyu, namun tidak bisa karena dikunci dari dalam.

"Junkyu buka pintunya"
Perintah Haruto.

Tentu saja Junkyu mendengar itu, namun ia malas untuk membalas perkataan Haruto. Dadanya sesak karena tangisan yang ia tahan.

"Buka pintunya dan kembali ke kamarmu, atau aku yang membukanya sendiri dan menyeretmu keluar dari sana"
Haruto masih berusaha mengontrol emosinya.

Junkyu mengepalkan tangannya erat, ancaman dan ancaman lagi.

"Baiklah jika itu yang kau mau"
Haruto berjalan kembali ke kamarnya, mengambil sesuatu.

Junkyu mendengarkan langkah kaki Haruto yang berjalan menjauh, dia pergi? Baguslah...

Namun beberapa saat kemudian...

Ceklek

"Haruto!"
Junkyu spontan bangun dari tidurnya, ia terkejut saat Haruto membuka pintu itu dengan kunci cadangan dan dalam kondisi bertelanjang dada. Ia takut saat pria itu berjalan mendekatinya dengan tatapan tajam nan kelam itu.

Haruto menarik tangan Junkyu paksa membawanya ke kamar mereka, ia sudah bisa menebak apa yang akan Haruto lakukan kepadanya setelah ini.

"Haruto aku lelah! Bisakah sehari saja kau tak memaksaku seperti ni... Bisakah kau biarkan aku bebas untuk satu hari saja... Apakah kau tak bisa memberikan itu untukku? Untuk tubuh yang selalu kau gunakan setiap waktu? Tidak bisakah kau sedikit memberiku rasa kasihanmu Haru... Apa sesulit itu... Hiks—"

JERK [HARUKYU] END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang