"Cukup jadi sederhana dan lihat siapa yang bisa menerima kita apa adanya"
-giselle-***
giselle.pov
"KAMU! BAGAIMANA KAMU BISA GAGAL!, MENGAPA ANAK SAYA BISA SEPARAH INI!" Dengan Isak tangis yang menggema di rumah sakit.Aku menunduk dalam diam. Fikiranku kacau. Bagaimana aku bisa gagal. Ini semua saat tadi malam di mana rangga bertugas. Ia terlelap di saat pukul 23.30 . Saat itu anak itu tiba-tiba mengalami kejang-kejang pada tubuhnya. Dan aku yang tak dapat di hubungi saat itu. Rangga juga dengan setengah sadar berusaha mengontrol tubuh anak itu. Dan aku benar-benar gagal dengan ucapanku. Aku gagal. Dengan bodohnya.
Mataku melirik bagaimana ibu itu sangat rapuh saat melihat anaknya di pasang berbagai alat medis. Ia tak kuat. Sampai lututnya merosot dan untungnya suaminya memeluknya.
"Rangga" lirihku menatap ke arahnya. Ia menarik tanganku dan permisi pada kedua insan yang sedang bersedih itu.
Ia menarikku. Ke taman.
"Rangga" ucapku lalu memeluknya.
"Aku gagal" lanjutku.
"Jangan terlalu keras ke dirimu sendiri,kita punya batasan. Engga harus semuanya sempurna" , tangannya menepuk punggungku dengan tenang.
Aku melepas pelukan yang Rangga berikan. Aku menatap matanya. Lalu ia tersenyum. Lalu menggenggam tanganku. Ku rasa memang ini tak benar. Bagaimana kami yg berbeda. Aku takut. Aku akan jatuh pada Rangga. Dia yang selalu di sisiku, dia yang selalu ada untukku, dia, dia , dan dia. Bagaimana dengan hidupku yang menyedihkan ini.
"R-rangga aku mau nanya sesuatu"
Ia menatapku. Aku membuang nafas kasar. Aku sebenarnya gugup. Aku benar-benar gugup dan ya, malu. Untuk menyatakan apa yang ku rasakan. Kamu tau perasaan itu tidak bisa kita utarakan jika di tahan terlalu lama akan menimbulkan rasa penasaran yang tinggi.
"Rangga tertarik sama orang gak, ah engga maksud a-aku itu b-bagaimana tanggapan kamu sama yg berbed-" ucapanku terhenti ketika pria itu tertawa lalu mengusap puncak kepalaku.
"Aku bakal jujur_"
"_ aku nyaman sama kamu apapun tentang kamu aku suka. Bagaimana cara kamu aku suka. Dan jawabannya aku jatuh cinta sama kamu" ucapnya lalu terkekeh. Pipiku memadam.
"B-eneran?" Tanyaku.
"Kamu pasti mau bilang kenapa aku gak ngatain perasaan aku. Karna aku tau kita itu beda Gisel. Kamu dan aku itu beda bagaikan langit dan bumi. Kita gak akan bisa bersama_"
Aku menatap matanya yg kini teduh lalu tubuhnya sedikit menjauh.
"_mungkin aku bisa menaklukkan hati kedua orang tua kamu. Tapi aku gak akan pernah bisa naklukkin hati Tuhanmu".
Kini ia mengusap suraiku lalu beranjak dari tempatnya.
Kini aku menatap punggungnya lalu mengusap wajahku kasar. Aku binggung.
"Izinkan dia bahagia walaupun bukan bersamaku. Aku ingin egois. Tapi perbedaan ini yg membuatku tidak bisa di prioritaskan" gumamku. Wajahku ku tenggelamkan dalam kedua lenganku.
Kami itu kedua insan yg berbeda. Bagaimana saat kami berjalan ke jalan yg berbeda.aku iri. Sama jodoh Rangga yang bisa mendapatkan pria itu. Bagaimana setiap harinya ia akan mendapatkan senyum dari pria itu. Perhatian dan segala tentangnya. Mungkin bisa saja aku mencoba hubungan ini. Aku yg mau. Hanya saja Rangga dia gak akan pernah bisa buat Nerima aku dia takut.
Takut cinta itu semakin dalam.
Kini ku tundukkan kepalaku.
Hari yg menyedihkan.
Aku rindu mama dan papa. Aku ingin cerita sama mereka apa yg aku rasakan. Tentang Rangga dan juga segalanya. Tapi aku sudah puas dengan jawaban Rangga. Aku gak bisa pertahanan dia.
Kepalaku terangkat kembali setelah pundakku di jamah seseorang. Kepalaku mendongak. Dan tatapan kami bertemu. Dia menatapku dalam. Sejenak kami terdiam.
"D-dokter?" Gaguku mataku masih menatapnya dengan sedikit terkejut. Ku dapatkan dia tersenyum. Ia berjongkok di hadapanku.
"Kamu tau cerita ku. Mungkin kedengaran aneh namun aku ingin mengatakannya lagi. Aku mencintaimu" ucapnya membuatku menegang seketika. Kepalaku perlahan berpaling. Namun ia seolah menghipnotis ku untuk kembali menatapnya.
"Dokter a-aku binggung" ucapku ia hanya terkekeh gemas lalu mengacak suraiku Pelan.
"Em..seperti ini saja Gisel. Aku tau kamu cinta terhadap Rangga namun kalian di batasi kepercayaan jadi apakah kamu mau melupakannya memalui aku" ajaknya. Langkahku berjalan cepat meninggalkan dia.
Gila.
Fikiran gila.
Jangan ajak aku untuk mencintai saat ini. Aku takut.
'bruk'
"Aduh!" Lirihku. Ku pandang kembali.
"Dokter Gisel sudah menabrakku dan ini ke dua kalinya"omel pria yg namanya ku lupakan.
"Iya iya maaf namanya juga gak sengaja"
Pria itu mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri kembali.ia tersenyum manis. Lalu mengulurkan tangannya padaku.
"Jiandra kamu lupa aku?"
Karna tak mendapatkan jawaban dariku pria tinggi itu langsung meraih tanganku dan menjabatnya.
"Ah..aku Gisella_" sejenak aku tersenyum.
"_aku inget kamu kok".
Pria itu melepas jabatanku. Lalu mendekatkan kepadaku.
"Kalo butuh apa-apa aku bisa bantu. Gak usah segan. Aku denger-denger kamu suka yah sama dokter javano?" Ucapnya yg terdengar mengusik pendengaran ku. Aku membulatkan mataku.
"A-aah ...T-TIDAK!".
Jiandra terkekeh gemas dan mencubit pipiku.
Soalnya pria yg di hadapanku sangatlah tinggi. Aku berada di ketiaknya. Bayangkan saja tingginya seperti pohon berjalan. Atau juga aku bisa katakan tiang listrik.
"Gisel kamu kok pendek banget sih!",sambil mengacak-acak rambutku.
"Kamunya aja kegedean"sinisku memberikan wajah julidku. Tenang saja ini hanya gurauan. Pada manusia Titan di depanku.
"Semoga kita bisa kenal lebih dekat lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
DRJAVANO
Romanceini bukan soal tentang bagaimana awal pertemuan.tetapi bagaimana cara mereka di persatuan kembali melalui reingkarnasi yang sulit di pahami. dengan dokter javano Kevin raksel '32' yang bekerja di rumah sakit terbesar di Jakarta. dan Gisella blovin...