8)pelukan ayah

12 3 0
                                    

Gisella.pov

Matahari yg menyusup lelalui jendela kian menyinari wajahku membuat tidur nyenyak ku terganggu. Kini ku dudukkan diriku di tepi kasur. Ini kamarku. Btw juga kalian menanyakan di mana juandra dan javano jawabannya pria kecil tidur bersama Raden dan javano di kamar tamu.

Mataku kian mengamati kamar yg sudah 2 tahun tak ku tempati. Masih sama.

Semua barang yg ada di sini masih tertata rapih seperti dirinya meninggalkan kamar ini. Ku rasa ayah tak menyentuh kamarku. Samasekali. Karna barang-barang yg ku tata dua tahun lalu masih berada di tempatnya walaupun sedikit berdebu.

Kini ku turunkan kedua kakiku dari ranjang. Mataku tertuju pada sebuah foto. Ini adalah foto pada saat ia bersama ibunya. Fotonya bersama ibunda.aku hanya dapat menghelai nafas kasar. Lalu berdiri perlahan menuju jendela kamarku. Tidak ada yg berubah. Bahkan rumah ini sekalipun ayah benar-benar merawat rumah ini dengan baik.

"Apakah ayah baik-baik saja? Tinggal sendiri di rumah ini? Mengurus dirinya seorang diri?" Gumamku berfikir. Kini ia melangkah mengelilingi rak bukunya. Masih tertata rapih. Ia mengambil sebuah buku berwarna coklat.namun saat ia membuka buku tersebut sebuah surat dan foto terjatuh. Membuat ia langsung mengambil surat dan foto tersebut lalu menaruh buku yg di genggamnya. Tunggu. Ini cinta pertamanya mengapa bisa di sini?.

Ia menatap foto tersebut.ah ia lupa bahwa faktanya pria pacar sahabatnya ralat maksudnya mantan sahabat.

Ia segera meraih surat dan foto tersebut lalu ke belakang rumah dan membakarnya itu lebih baik. Jangan sampai Raden tau jika tau sudah di pastikan pria itu tidak selamat. Ayahnya yg memiliki posesif akut setelah ibunya tiada.

"Gisel?" Panggil seseorang. Ia berbalik dan mendapatkan pelukan hangat dari javano.

"Kau kenapa?" Tanya Gisella. Kini pria itu hanya menggeleng. Lalu suara dehaman membuat kedua insan yg berpelukan kini melepaskan pelukan tersebut.

"Kamu_" tunjuk Raden di depan wajah javano.

"_ke ruangan saya"ucapan nya seolah tak dapat di bantai kini Raden langsung pergi begitu Saja.

"Pergilah sebelum ayah mendorongmu dari pesawat" ucapku membuat pria tampan itu berlari terbirit-birit menyisakan aku yg tertawa terbahak-bahak sendiri.lucu sekali.

***

AUTHOR.POV

Kini javano ke ruangan ayah dari gadis itu. Detak jantungnya seolah sedang mengacu adrenalin.

"Duduk lah tak perlu canggung"ucap Raden. Kian matanya memandang pemuda yg terduduk di hadapannya.

"Jadi kapan kalian pulang?" Tanya Raden.

"Aku tak tau tapi ku serahkan semua ke tangan Gisel"

"Jaga anakku"ucap Raden. Seketika javano menatap manik mata pria di hadapannya. Matanya yg memiliki tatapan menusuk. Beruntung ibu Gisel bisa mengenal Raden yg begitu tulus. Bahkan ia tak ingin membuka hati untuk siapapun.

"Apa aku boleh bertanya?" Izin Raden di angguki mantab oleh javano.

"Di mana orang tua mu?"tanya Raden.

"Mereka telah bahagia. Telah berkumpul. Namun mereka tak ingin mengajakku karna mereka ingin anaknya menemukan cinta nya. Mencari kebahagiaannya. Ya, benar mereka telah bahagia tanpa beban" ucap javano. Kian Raden mengerti. Ia termaksud manusia yg memiliki kepekaan yg cukup tinggi untuk menilai seseorang. Kini pria parubaya itu beranjak dari dudukannya.

DRJAVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang