Gisella.pov
Angin yg menghembus menerpa wajahku. Namun mataku masih memandang wajah yg teduh di depanku. Ku fikir dia akan kembali padaku namun aku salah. Aku hanyalah figuran dalam kisah cintanya lelaki di hadapanku ia manatapku lamut. Namun aku hanya diam saja memandangnya. Tak ada yg berubah ia masih di dalam sana di hatiku.
"Gisel maaf atas kejadian itu" ucapnya sambil mengusap lembut puncak kepalaku. Aku ingin mengelak namun seolah terhenti karena tatapan teduhnya. Sudah jarang aku melihat tatapan itu bagaimana kita da di posisi ini. Itu adalah hal yg paling ku inginkan.
"Tak perlu seperti itu Rangga aku paham Natalie adalah calonmu jawar saja dia cemburu"ucapku pelan. Sungguh ku fikir ia akan berubah setelah bertemu Natalie. Gadis berwajah boneka itu.
Tangan kekar itu kian meraih lenganku. Ia menggegamnya erat dan sangat erat seolah tak ingin kehilanganku.
Aku hanya memandangnya bibirku kian selah Kelu untuk berucap.
"Gisella jujur saja aku memang mencintaimu itu sulit untukku. Aku tak dapat mencintainya aku melanggar pertemanan kita Gisella, apa kau tau aku mencintaimu fikiranku hanyalah kau,kau,kau,dan kau aku frustasi Gisel" jelasnya dengan nada yg terdengar sesak.
"Sulit untuk meninggalkanmu. Itu adalah hal terberat ku "
Kini ia menundukkan kepalanya. Lalu kian ia mendongak menatap mataku. Mata kami bertemu.
Aku hanya bisa mendengarnya. Aku tak mengerti hidupku. Aku mencintainya namun aku juga tak dapat bersamanya. Aku takut.
"D-dengarlah Rangga kesayangan ku. Mari saling melupakan, mari belajar untuk tak mencintai satu sama lain. I-ini memang sulit Rangga tapi aku yakin ini adalah takdir. Kita hanyalah sepasang manusia yg sedang mencari takdir. Kita membutuhkan takdir Rangga bukan buta akan takdir"ucapku. Kian ia memandangku dengan wajah yg memerah bak tomat. Ia menahan tangisannya.
Kini dengan perlahan aku mendekapnya erat seolah ini adalah hari terakhir ku dapat memeluknya,memandangnya dari dekat,dan menggegam lengan kekar itu. Itu sulit. Aku tak dapat hidup tanpanya.
Tuhan,mengapa kita harus berpisah?dengankan kami membutuhkan satu sama lain. Kami tak dapat meninggalkan. Berpisah itu adalah keharusan bukan kewajiban. Namun jika memang kita tak di tardirkan untuk apa?.
"Gisella aku mohon jangan tinggalkan aku. Aku mencintaimu. Benar aku tak dapat hidup tanpamu aku membutuhkanmu tapi aku menyadari bahwa kita berbeda"lirihnya kian tanganku meraih jemarinya lalu memberikan senyum. Ini hanyalah senyum palsu. Aku tak dapat tersenyum tulus saat orang yg ku cintai harus ku relakan.
'Tuhan mengapa engkau setega ini untuk memisahkan kami. Rasanya aku tak sanggup bernafas lagi Tuhanku'
"Rangga kita sama aku tak dapat hidup tanpamu. Kau sudah mencuri seluruh isi dari hidupku. A-aku_" kini ku langkahkan diriku pada pemandangan kota. Rangga kian menatap punggungku dengan sayu. Ia berusaha keras menahan tangisannya.
"Aku terlalu cinta sama kamu nga aku fikir aku sama kamu bisa bersama tapi nyatanya kita hanyalah sepasang manusia yg hanya di takdirkan untuk bertemu bukan memiliki. Dadaku sakit nga saat aku tau kamu mau pergi dari sisiku. Makasih yah nga untuk semuanya aku paham bahwa aku hanyalah cobaan dari Tuhanmu untuk agamamu" jelasku. Kian dengan perlahan senyumku bersamaan dengan hujan yg turun di sudut mataku memandangnya. Ku pandang lambat laut wajahnya. Bahkan di saat seperti ini ia masih tetap tampan. Bahkan perasaan tulus ini membuatku goyah akan imanku.
"Aku pergi yah, kamu jaga diri baik-baik. Mari saling melupakan" ucapku kian mengecup pipinya sejenak lalu pergi meninggalkannya sendiri. Bahkan ia masih mematung di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRJAVANO
Romanceini bukan soal tentang bagaimana awal pertemuan.tetapi bagaimana cara mereka di persatuan kembali melalui reingkarnasi yang sulit di pahami. dengan dokter javano Kevin raksel '32' yang bekerja di rumah sakit terbesar di Jakarta. dan Gisella blovin...