11) makasih

13 2 0
                                    

Author.pov

Kini kedua insan sedang berhadapan. Sungguh jantung sang gadis kali ini tak baik setelah mendengar ketukan di pagi buta yg ternyata adalah dokter nya sendiri.

"Javano? Kenapa ke sini pagi sekali?" Tanya Gisel dengan binggung.

Sungguh setelah malam itu Gisel agak tak enak hati dengan javano apa lagi mengingat saat pria di hadapannya tersebut mendekapnya. Gisel merasa ini terlalu berlebihan untuknya. Namun apa boleh buat ia juga sangat membutuhkan pelukan.

"Sepertinya Anda lupa nona, saya ingin mengajak Juan untuk ikut bekerja bersama saya" ujarnya membuat Gisel mengingat apa yg di ucapkan anaknya. Benar juga ia hampir saja lupa.

Dengan sopan Gisel mengizinkan javano memasuki kediamannya.

"Tunggu sebentar javano saya akan memanggil Juan dulu" ucap Gisel lalu pergi.

Kini dengan perlahan Gisel membuka pintu kamar dari anak lelakinya.

"Juan? Mama masuk yah" izin gadis itu hanya di angguki oleh bocah di depannya.

"Juan Daddy datang tuh" ujar gadis tersebut membuat juandra yg baru saja selesai mandi dan berpakaian semangat hingga loncat-loncat di ranjangnya. Membuat kekehan dari gadis tersebut. Benar yah, bocah ini memang pria yg imut dan tampan.

Langsung saja bocah tersebut berlari keluar dengan pakaian rapih. Ternyata dia sudah siap.

"Juan kangen gak yah sama papa?"gumam gadis tersebut sambil menatap nanar ke arah pintu yg terbuka. Ia tersenyum getir. Anggap saja Gisel cengeng namun ini benar-benar sakit. Kalian tak akan pernah mengerti.

Dengan tatapan kosong gadis tersebut duduk di pojok ranjang Juan.

"Rangga aku butuh kamu"

Di sisi lain bocah tampan itu sedang bergelayut pada lengan kekar Daddy baru nya yg ia anggap sangat tampan dari papanya.

"Daddy tidak berbohong Juan senang!" Ucapnya sambil terkekeh kegirangan. Sontak menularkan kekehan bagi javano. Lengan kekarnya mengusap kepala Juan dengan penuh kasih sayang tak ada sedikitpun kebohongan.

Javano dapat merasakan bagaimana masa kecil yg tidak memiliki seolah superhiro. Ayah adalah pusat di mana kita dapat belajar bahwa kita harus menjadi seorang pelindung dan tak takut apapun. Sedangkan ibu?. Ibu lah yg mengajarkan kita berbagai hal mengenai kasih bahkan sampai kesabaran namun saat kita sudah dewasa ialah yg akan selalu mengkhawatirkan kita. Ya, walaupun memang ayah selalu mengajarkan kita untuk berbuat tegar.

"Daddy aku sangat sedih!" Ucap anak tersebut. Ia kini terduduk di hadapan javano sambil menatap mata pria tersebut.

"Kenapa?"

"Ayah Rangga bilang bakal ajak Juan jalan-jalan kalo sudah pulang!"jelasnya. Javano hanya terkekeh lalu menyentuh jemari kecil itu.

"Ayah lagi sibuk boy nanti saja yah, sekarang kan ada Daddy" ujarnya. Kini ekspresi nya mulai berubah girang lagi.

Javano binggung mengapa mood anak itu bisa berubah-ubah?.

"Di mana mommy mu?" Tanya pria berjakun itu pada bocah kecil yg terduduk di hadapannya.

"Di kamar Juan tapi Juan gak tau mama Lagi ngapain"

"Tunggu sebentar yah Juan"

Ucap javano lalu melangkah ke kamar yg bernuansa biru itu. Ia membuka pintu perlahan agar tak terlalu mengganggu.

Matanya memincing gadis di hadapannya yg sedang menangis dalam diam sambil menunduk. Perlahan pria tersebut menghampirinya lalu mengusap surai halus milik si empu. Membuatnya mendongak menatap mata sayu yg selalu akhir-akhir ini menghantui pikirannya.

DRJAVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang