Sesuai kesepakatan, Ivan serta keluarga angkatnya tinggal di kediaman Keluarga Charles Abraham. Darius dan Dela diperbolehkan tinggal di salah satu paviliun. Sementara Ivan, tentu saja tinggal di rumah utama. Charles sudah menyediakan kamar untuk Ivan tepat di samping kamar Julian.
“Ivan, ini kamar kamu ya! Kamar ini sudah lama Papa siapkan buat kamu.”
“Wah, serius, Pa? Ini kamar Ivan?”
“Iya, gimana kamu suka sama kamarnya?”
“Suka, Pa.”
“Syukurlah. Oh, iya satu lagi. Ini Papa belikan HP buat kamu. Kata Julian kamu belum punya HP ‘kan?”
“Iya, Pa. Thankyou.”
“Ya sudah, Papa pamit dulu ya! Papa harus ke kantor sekarang. Kamu istirahat ya!”
“Okay, Pa.”
Tak lama setelah Charles keluar, Julian tiba-tiba masuk.
“Hai, gimana Van? Kamarnya kamu suka?”
“Suka, Jul. Kamu ada apa ke sini?”
“Ya, pengen aja ngobrol sama kamu. Sudah lama banget kita nggak ngobrol kayak gini.”
“Iya, juga.”
Mereka mulai mengobrol santai sambil Ivan membereskan pakaian dan barang-barangnya. Setelah selesai, Ivan meminta bantuan Julian untuk mengoperasikan ponsel barunya.
“Jul, ajarin caranya dong. Aku nggak ngerti sama sekali.”
“Siap, ini gampang, Van. Nyalainnya gini, tombol power-nya tahan yang lama. Tuh ‘kan nyala.”
“Oh, gitu. Kalau mau hubungin Tari bisa?”
“Bisa, asalkan punya kontaknya. Punya nomornya Tari?”
“Nggak. Aku nggak pernah minta.”
“Oh, ya sudah nanti minta.”
Julian mengajari Ivan mengoperasikan ponsel barunya lebih lanjut. Tak butuh waktu lama, Ivan sudah mulai mengerti cara mengoperasikannya.
“Sudah mulai lancar nih.”
“Iya, Jul. Thanks ya sudah ajarin aku.”
“My pleasure. Ada lagi yang mau ditanyakan?”
“Nggak ada, Jul.”
“Sekarang kamu istirahat saja ya, Van. Aku permisi ke kamarku dulu.”
“Okay.”
—oOo—
Sekitar pukul 12.00, Ivan memutuskan untuk pergi ke rumah sang pacar. Ia meminjam sepeda milik Julian. Sesampainya di sana, ia berpapasan dengan Herlan, ayah dari Tari.
“Ngapain kamu ke sini? ‘Kan sudah saya bilang jangan dekati anak saya! Kamu itu nggak selevel sama anak saya!”
Mendengar suara ribut di depan, Tari keluar menghampiri Ivan dan Herlan.
“Papa, cukup! Jangan hina Ivan lagi! Van, maafin Papa aku ya! Kamu ngapain ke sini?”
“Aku mau ajak kamu jalan-jalan.”
“Tunggu! Kok sepeda kamu bisa sekeren ini? Nyolong di mana? Biasanya pake sepeda butut.”
“Papa! Jangan merendahkan orang seperti itu.”
“Tidak apa, Tar. Aku ngerti kok. Ini sepeda Julian, aku pinjam. Katanya sepedaku masih dipesan.”
“Hah? Maksudnya gimana? Bukannya dia orang miskin, Tari? Kok bisa pesan sepeda?”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins Julian & Julivan
JugendliteraturJulian dan Julivan, saudara kembar yang terpisah karena bencana tsunami yang menerjang daerah asalnya. Pasca kejadian sang ayah, Charles memutuskan untuk membawa Julian dan istrinya Jenny pergi jauh dari tempat kejadian. Mereka menetap di sebuah kot...