Liburan telah tiba. Julian, Angga, dan Arman baru saja tiba di Alam Nusa. Mereka tiba di sana sekitar pukul 15.00 setelah menempuh perjalanan lima jam.
“Akhirnya kita sampe juga, Jul.”
“Iya, Jul. Rumah lu di sebelah mana?”
“Sabar, bentar lagi juga sampai.”
Beberapa saat kemudian, Pak Barli memberhentikan mobilnya di sebuah rumah.
“Sudah sampai, Den. Ini rumah Den Julian yang baru selesai di renovasi.”
“Terima kasih, Pak Barli. Sekarang kita turun ya!”
Mereka berempat turun dari mobil membawa barangnya masing-masing dan mulai memasuki rumah tersebut. Saat Julian masuk, ia dapat melihat memori masa lalunya seakan diputar di rumah itu.
“Jul, lu baik-baik saja?”
“Gue baik-baik saja, Ga. Gue hanya kangen sama rumah ini. Sudah 10 tahun, gue nggak ke sini.”
“Syukurlah, lu baik-baik saja. Ya sudah, kamar gue sama Arman di mana?”
“Hmm, mau satu kamar atau dua kamar?”
“Barengan boleh, sendiri-sendiri juga boleh.”
“Okay, ikut gue. Oh, iya Pak Barli sudah tahu ‘kan kamarnya?”
“Sudah, Den.”
“Okay, saya sama teman-teman permisi dulu ya!”
“Silakan, Den.”
Julian mengantar Angga dan Arman ke kamar tamu.
“Ini kamar kalian, silakan dipilih.”
“Gue yang ini saja, Jul.”
“Kalau gue yang ini. Kamar lu di mana, Jul?
“Kamar gue di atas.”
“Oh, gitu. Ya sudah, gue sama Arman beres-beres dulu.”
“Okay. Habis beres-beres, kalian langsung istirahat saja. Nanti jam 19.00, gue mau ajak kalian makan malam di luar.”
“Iya, Jul. Kami masuk dulu.”
“Silakan. Gue juga mau pamit ke kamar.”
Julian beranjak menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, ia langsung membaringkan diri di tempat tidur. Kemudian ia mengambil pigura yang diletakkan pada nakas.
“Untung saja rumah ini nggak hancur sampai rata dengan tanah. Kamar kita sama sekali nggak ada yang berubah, Van. Sekarang kamu di mana? Aku sudah kembali ke sini.”
—oOo—
Waktu telah menunjukkan pukul 19.00. Julian, Angga, dan Arman telah bersiap hendak pergi untuk mencari makan. Tadinya Pak Barli hendak diajak, tetapi ia ternyata sudah makan duluan di warung nasi dekat rumah. Mereka bertiga pun berangkat dengan berjalan kaki.
“Jul, kita bakal makan apa nih? Lu tahu makanan enak di sini apaan?”
“Lu nggak usah khawatir, Ga. Kita percayakan saja pada masternya.”
“Hmm, gue juga nggak tahu. Sejak kejadian itu, gue langsung pindah dari sini. Kita keliling saja dulu. Dulu ada seafood enak langganan keluarga gue, tapi gue nggak tahu masih ada atau nggaknya.”
“Ya sudah, kita coba ke sana. Kalau nggak ada, kita bisa cari yang lain.”
Mereka pun berangkat menuju warung seafood yang dimaksud, Warung Seafood Mas Gombrang. Lokasinya tidak begitu jauh, hanya sekitar satu kilometer.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins Julian & Julivan
Teen FictionJulian dan Julivan, saudara kembar yang terpisah karena bencana tsunami yang menerjang daerah asalnya. Pasca kejadian sang ayah, Charles memutuskan untuk membawa Julian dan istrinya Jenny pergi jauh dari tempat kejadian. Mereka menetap di sebuah kot...