Tahun ajaran baru dimulai. Hari ini Julian pergi sekolah diantar oleh sopirnya. Julian keluar dari mobil dan mulai memasuki gedung sekolah barunya, SMA Merah Putih. Ia langsung disambut oleh sahabatnya, Angga dan Arman. Mereka adalah sahabat Julian sejak ia pindah ke kota.
“Hello, Brother ! Apa kabar? Kita kembali satu sekolah,” sambut Angga dengan bersemangat.
“Ke mana saja lu? Selama liburan kok nggak pernah keluar rumah? Bentah amat di rumah. Lu sakit? Mau main ke rumah lu, tapi gue sama Angga nggak tahu rumah lu di mana,” tambah Arman.
“Kabar gue baik. Biasa gue males keluar rumah.”
“Syukurlah, lu sehat. Oh, iya rumah lu di mana sih? Kasih tahu kita dong. Jangan sok misterius deh.”
“Hmm, belum saatnya kalian tahu rumah gue di mana. Lebih baik sekarang kita ke kantin. Gue mau traktir kalian.”
“Wah, seriusan? Lumayan nih bisa hemat uang jajan. Let’s go !” respon Arman bersemangat.
Sementara di seberang sana, tepatnya di SMA Pancasila, Ivan baru saja tiba di sekolah barunya. Berbeda dengan Julian, di sekolah ini Ivan tidak mengenali siapa pun karena ia baru saja pindah ke daerah ini beberapa minggu yang lalu. Sebelumnya ia tinggal bersama orang tua angkatnya, Darius dan Dela di Alam Nusa, daerah tempat ia berasal. Namun, karena Darius mendapatkan pekerjaan baru di sini, mereka pun memutuskan untuk ikut pindah. Untuk masuk sekolah ini, Ivan mendapatkan beasiswa karena prestasinya sewaktu SMP sangatlah baik.
“Hai, kamu murid baru di sini ya?” sapa seorang gadis cantik.
“Hai juga. Iya, aku murid baru di sini,” jawab Ivan kikuk.
“Salam kenal. Namaku Tari.”
“Ivan.”
“Kamu bukan orang sini ya?”
“Iya, bukan. Aku baru saja pindah dari Alam Nusa.”
“Oh, dari Alam Nusa. Kamu kok kelihatannya bingung? Ada yang bisa aku bantu?”
“Aku lagi nyari ruang kepala sekolah, tapi aku bingung di mana lokasinya. Sekolahnya besar banget.”
Tari tersenyum kecil.
“Oh, ruang kepala sekolah. Biar aku antar saja bagaimana?”
“Boleh, maaf merepotkan.”
“Tidak repot kok. Ayo!”
Tari pun mengantarkan Ivan ke depan ruang kepala sekolah.
“Ini ruangannya, Van.”
“Oh, ini ruangannya. Terima kasih ya sudah bantu aku.”
“Sama-sama, Van. Aku senang bisa bantu kamu. Aku permisi dulu ya!”
“Okay.”
Ivan mulai memasuki ruangan kepala sekolah.
“Permisi, Pak. Selamat pagi.”
“Pagi. Ada perlu apa ya?”
“Saya Julivan, Pak. Siswa pindahan dari SMP Alam Nusa.”
“Oh, Julivan. Silakan duduk.”
Ivan segera mengambil posisi duduk.
“Semua berkas kepindahan dan beasiswa kamu sudah selesai diurus. Selamat bergabung di SMA Pancasila, Julivan.”
“Terima kasih, Pak.”
“Sekarang kamu bisa kembali ke kelasmu.”
“Mohon maaf, Pak. Saya belum tahu kelas saya di mana.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins Julian & Julivan
Teen FictionJulian dan Julivan, saudara kembar yang terpisah karena bencana tsunami yang menerjang daerah asalnya. Pasca kejadian sang ayah, Charles memutuskan untuk membawa Julian dan istrinya Jenny pergi jauh dari tempat kejadian. Mereka menetap di sebuah kot...