Chapter 18

530 16 14
                                    

Ivan dan Tari sudah berada di ambulan menuju rumah sakit terdekat. Selama perjalanan, Tari tidak berhenti menangis khawatir dengan sang pacar.

“Van, kamu yang kuat ya! Jangan tinggalin aku.”

Kondisi Ivan saat masuk ambulan sudah tidak sadarkan diri. Sesampainya di rumah sakit, Ivan langsung ditangani di ruang IGD. Beberapa saat kemudian, Charles, Jenny, dan Julian tiba.

“Bagaimana kondisi Ivan, Tar? Ivan baik-baik saja 'kan?”

“Ivan masih diperiksa, Tante.”

“Tenang, Ma. Papa yakin Ivan akan baik-baik saja.”

“Iya, Ma. Benar kata Papa, sebaiknya kita berdoa buat Ivan.”

“Tuhan, tolong jangan pisahkan aku dengan Ivan lagi. Sembuhkan dia. Pa, kok dokternya lama?”

“Sabar, Ma.”

Tak lama, dokter keluar memberitahukan bahwa Ivan perlu pemeriksaan lanjutan terkait jantungnya. Setelah mendapat persetujuan, dokter mulai melakukan tindakan pemeriksaan. Selang satu jam, diketahui bahwa Ivan mengalami penyumbatan jantung dan harus segera dioperasi.

“Tolong lakukan yang terbaik, Dok.”

“Baiklah, pasien akan segera disiapkan untuk ke ruang operasi.”

Beberapa saat kemudian, Ivan sudah dipersiapkan memasuki ruang operasi.

“Jul, kalau sesuatu terjadi sama aku, kamu janji ya bakal jagain Tari?”

“Kamu jangan ngomong seperti itu. Kamu akan baik-baik saja. Tari butuh kamu, Van.”

“Iya, Van. Kamu jangan ngomong sembarangan. Pokoknya kamu harus janji nggak akan ninggalin aku. Kamu harus semangat!”

“Iya, Sayang. Jangan ngomong gitu! Kamu pasti sembuh.”

“Maaf, Bu, Pak. Operasi harus segera dilaksanakan.”

“Baik, Dok. Silakan operasinya bisa segera dilakukan.”

“Ya sudah, Ivan pamit dulu ya! Doakan biar semuanya lancar.”

“Amin.”

Ivan dibawa masuk ke ruang operasi. Operasi dimulai. Dokter mulai melakukan bius lokal pada area lengan.

“Dok, kenapa hanya dibius sebagian? Aku takut.”

“Memang tidak butuh bius total. Kalau kamu takut, pejamkan saja matamu dan pikirkan hal-hal yang membuatmu bahagia. Pemasangannya kira-kira satu jam.”

Ivan memejamkan matanya. Ia mulai membayangkan hal-hal yang membuatnya bahagia.

“Tar, aku sudah siapkan semuanya. Rumah, mobil sudah aku beli. Kamu mau nggak jadi pendamping hidupku, jadi ibu untuk calon anak-anakku nanti, dan menua bersamaku?

“Aku mau, Van.”

Ivan memeluk Tari. Tak lama ia mengeluarkan sebuah cincin dan menyematkannya pada jari Tari.

“Aku janji akan bahagiakan kamu selalu. I love you, Tar.”

“I love you more, Van.”

Tak terasa satu jam telah berlalu. Operasi telah selesai dan berjalan dengan lancar. Saat ini, Ivan tengah tertidur dan telah dipindah ke ruang rawat. Ivan ditemani oleh Julian dan Tari. Sementara itu, Charles dan Jenny sedang menemui dokter.

“Tar, pacar kamu kenapa tidurnya sambil senyum-senyum gitu? Bisa-bisanya ya dia ketiduran pas operasi.”

“Entahlah, mungkin dia lagi mimpi indah?”

“Bisa jadi. Oh, iya kamu nggak pulang? Orangtua kamu nggak nyariin kamu apa?”

“Tenang, aku sudah kabarin mereka.”

“Oh, sudah kabarin. Bagus itu. Ya sudah, aku ke toilet dulu ya! Kamu jagain Ivan dulu.”

Okay.”

Julian masuk ke toilet di ruang rawat tersebut. Tak lama, Ivan mulai membuka kedua matanya.

“Tari.”

“Hai, Van. Kamu sudah bangun rupanya. Bagaimana kondisimu? Dadanya masih sakit?”

“Hmm, sudah mendingan. Operasinya sudah selesai? Kapan selesainya.”

“Sudah 30 menit yang lalu. Memangnya kamu nggak tahu?”

“Nggak.”

Tari tersenyum.

“Ya, iya, kok bisa-bisanya lagi operasi bisa sampai ketiduran.”

“Habisnya di ruang operasi membosankan. Daripada aku lihat dokter, mendingan aku tidurlah.”

“Iya, juga. Oh, iya aku mau kasih hadiah sedikit atas keberhasilan operasi kamu.”

“Hadiah apa?”

“Kamu merem dulu.”

“Kamu mau ngapain?”

“Merem dulu.”

Ivan menurut dan memejamkan matanya. Tak lama, Ivan merasakan bibirnya disentuh oleh tangan.

“Ciumannya sekarang pake perantara dulu ya, Van. I love you.

Ivan membuka matanya sambil tersenyum.

“Iya, Tar. I love you more.

TAMAT

The Twins Julian & JulivanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang